x

Rumah Ibadah Tridharma, Singaraja - Bali

Iklan

Indra Andrianto

Penulis Buku Kumpulan Opini #MerawatIngat
Bergabung Sejak: 27 Desember 2021

Jumat, 31 Desember 2021 18:02 WIB

Kantor Kemenag Buleleng dan Tindakan Nyata dalam Moderasi Beragama

Takkan ada kampung seperti ini di atas gunung kalau tidak ada kerukunan diantara para penghuninya. - Pramoedya Ananta Toer (Sastrawan Indonesia Tahun 1925-2006)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang sangat kaya. Keberagaman sendiri memiliki pengertian secara umum suatu keadaan ataupun kondisi yang didalamnya terdapat banyak perbedaan baik itu perbedaan suku, agama, ras, dan bahkan masyarakat antargolongan. Tidak mengherankan jika perbedaan di dalam jati diri bangsa Indonesia begitu majemuk mengingat ada banyak faktor yang menyebabkan hal demikian terjadi mulai dari kondisi negara kepualauan, iklim dan keadaan alam serta jika kita kembali meninjau ulang peristiwa sejarah tentang cikal-bakal keberagaman bangsa ini dimana kedatangan pedagang-pedagang dari berbagai belahan dunia yang membawa kebudayaan dan berbagai keyakinan atau penganut agama.

Para pedagang Gujarat, India, Persia, China masuk melalui jalur perairan samudera hindia dan samudera pasifik tidak sampai disitu saja Indonesia memiliki posisi yang strategis secara geografis karena diapit oleh dua benua diantaranya benua australia dan benua asia. Tidak heran jika para pedagang menjadikan nusantara pada masanya sebagai titik temu bangsa-bangsa dari belahan dunia dan bahkan ada yang memilih menetap di negara yang kita cintai ini.

Adanya keberagaman bukan berati tidak menimbulkan gejolak dalam Negara Kesatuan Reupublik Indonesia (NKRI) dari dulu hingga saat ini. Tentunya menimbulkan beberapa dampak positif dan juga tak luput dari dampak negatifnya. Pada dampak positif misalnya, adanya keberagaman dalam diri bangsa Indonesia akan mampu meningkatkan inovasi dan keunikan budaya yang sangat beragam. Keberagaman di Indonesia juga tampak lebih berwarna  dimata masyarakat dunia. Tetapi semua itu dapat tercapai apabila suatu keberagaman yang  kita miliki dijalankan dan dimaknai dengan semangat rasa yang toleransi dan nilai-nilai persatuan yang dihayati sesuai dengan ikatan batin pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang sampai hari ini masih hidup dan dipertahankan nilai-nilainya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan semangat tersebut tidak akan ada celah untuk setiap umat atau masyarakat memiliki sifat egosentris yang bisa meracuni setiap masyarakat dalam kehidupan sosial dan spiritualnya.  Kehidupan sosial masyarakat juga akan berjalan sangat dinamis. Jika boleh saya berpendapat bukan lagi tidak mungkin hal tersebut dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia dan akhirnya semuanya akan menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa keberagaman merupakan anugerah dan keniscayaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Berbicara dampak positif kurang rasanya jika tidak melihat dampak negatif yang juga ditimbulkan dari adanya keberagaman yang ada. Melihat realitanya banyak sekali konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat terutama dalam hal yang berkaitan dengan perbedaan keyakinan, karena respon masyarakat Indonesia tentang isu SARA sangat sensitif. Semakin mencuatnya isu sara maka sifat-sifat egosentris dan fanatisme buta selalu menjadi masalah yang mengancam keutuhan bangsa Indonesia apalagi adanya aksi ataupun seruan berupa propaganda dan ujaran intoleransi yang akhir-akhir ini banyak dilakukan oleh oknum atau bahkan ormas yang tidak tidak bertanggung jawab mempecah belah persatuan dan berisiko menimbulkan perpecahan.

Bahkan karena saking bahayanya  gerakan-gerakan intoleransi membuat pemerintah pasang badan salah satu penindakan tegas dapat kita lihat beberapa tahun yang lalu pemerintah berhasil membrangus jaringan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dianggap membahayakan ideologi Pancasila dan keberagamannya. Semua itu dilakukan bukan atas kehendak sepihak presiden tetapi lebih kepada misi merawat dan menjaga keberagaman dengan sebaik mungkin.

Dalam merawat keberagaman semua elemen masyarakat harus bersatu dan terlibat tanpa harus meninggikan ego dan fanatisme yang berlebihan. Keberagaman akan menjadi sebuah kekuatan apabila masing-masing dari kita memiliki semangat kepeduliaan sosial yang tinggi tentunya semua itu harus tertanam nilai-nilai toleransi dan semangat persatuan. Dalam hal ini, tentu pemerintah dan segala komponennya tidak hanya memberikan pemahaman pada ranah kognitif saja kepada masyarakat sebagai bentuk edukasi, tetapi juga harus bisa memberikan contoh nyata kepada masyarakat  atau umat beragama agar tetap tertanam nilai-nilai toleransi dalam setiap diri setidaknya mampu mencontohkan sikap rukun dalam keberagaman yang ada.

Refleksi atas keadaan keberagaman dan dampak negatif yang ditimbulkan dari keberagaman maka pemerintah melalui Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) sedang galak-galaknya menggencarkan semangat moderasi beragama  sebagai bentuk program unggulan dalam merekatkan persatuan dan kesatuan ditengah umat yang beragam. Kemenang memprioritaskan moderasi beragama sebagai salah satu program unggulan. Hal tersebut terlihat dari pernyataan Gus Men yang mengatakan menginginkan legasi yang jelas dan terukur dengan tujuan agar umat beragama memiliki karakter moderat, unggul, berdaya guna, rukun, damai yang semua hal tersebut dibangun atas tiga pondasi utama yakni moderasi beragama, transformasi digital, dan good governance. Saya rasa hal ini sangatlah tepat, dan beberapa waktu yang lalu Kemenag Buleleng mulai ikhtiar dalam menjalankan misi tersebut.

Kemenag Buleleng Berikan Contoh Sikap Dalam Moderasi Beragama 

Moderasi bergama merupakan suatu usaha kreatif untuk mengurangi kekerasan dalam kehidupan beragama maupun ketegangan seperti misalnya klaim kebenaran absolut dari salah satu agama yang beresiko menimbulkan kegaduhan dan konflik berkepanjangan. Dalam menyemarakkan HAB-76 kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng menyelenggarakan kegiatan bakti sosial di tempat-tempat ibadah yang ada di Buleleng. Dengan mengusung tajuk “Moderasi Beragama”. Para pimpinan dan pegawai Kemenag Buleleng melaksanakan kegiatan bakti sosial dengan bersih-bersih di lingkungan tempat ibadah diantaranya di Pura Segara Pelabuhan Buleleng, TITD (Klenteng) Ling Gwan Kiong yang berada di Pelabuhan Buleleng, Gereja Santo Paulus Jalan Kartini, dan Mushola Al-Ikhlas.

Menariknya dalam kegaiatan ini, dalam melakukan bhakti sosial di tempat ibadah diikuti oleh perwakilan dari masing-masing pemuluk agama. Tidak cukup sampai rumah ibadah, semua yang terlibat dalam kegiatan tersebut juga menyisir lingkungan sekitar yang ada di dekat rumah ibadah.

Tujuan dari kegiatan tersebut merupakan cerminan kerukunan umat beragama sesuai dengan program yang dicanangkan Kementerian Agama RI. Bahkan dipertegas kembali oleh Kasubag TU Kemenag Buleleng, Drs. I Made Sarjana bahwa kegiatan tersebut sebagai tonggak utama dalam pelaksanaan Moderasi Beragama. Tidak hanya diranah edukasi kognitif masyarakat tetapu lembaga Kemenag Buleleng harus juga memberikan contoh semangat keberagaman dan kerukunan antarumat beragama agar bisa menjadi teladan kepada semua umat beragama. Saya jadi ingat tentang apa yang disampaikan oleh Maya Angelo bahwa dalam kerukunan dan keberagaman terdapat cinta, keindahan, dan kekuatan dan bayangkan jika hal ini mampu diterapkan oleh semua umat di seluruh NKRI bukan tidak mungkin apa yang disanjung-sanjung oleh presiden Barrack Obama dalam kunjungannya ke Indonesia dengan mengatakan bahwa kita telah berhasil mempromosikan sosio-religius dalam masyaralat majemuk kepada dunia internasional.

Seperti tidak ada habisnya dalam mencontohkan hal baik bahkan Kemenag Buleleng juga melakukan kegiatan donor darah pada Selasa, 22 Desember 2021, dengan mengajak semua jajaran pegawai Kemenag Buleleng. Dalam giat donor darah ini, peserta yang awalnya berkisar di angka 20 ternyata hadir sebanyak 60-an orang. Kemenang dalam hal ini juga mengajak UDD PMI Buleleng meyakinkan semua pihak bahwa donor darah ini adalah bagian dari cara kita berbagi dan peduli sesama melalui “setetes darah sebagai penyambung nyawa”.  Contoh sikap seperti ini yang harus sering-sering ditunjukkan kepada masyarakat beragama mengingat gesekan intoleransi di ruang-ruang publik seperti youtube dan media sosial lainnya sangat mudah diakses oleh khalayak ramai. Khawatir bagi mereka yang tidak mendapatkan pemahaman lebih akan mengikuti alur apa yang mereka lihat sehingga bibit baru dalam masyarakat intoleransi semakin menjamur. Kemenag Buleleng bagi subjektifitas saya memandang sebagai salah satu lembaga negara tentunya mempunyai kredibilitas yang tinggi dan diharapkan dengan contoh kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tindakan menjalankan nilai-nilai moderasi dapat diterapkan oleh masyarakat luas.

Ada hal yang ingin saya utarakan dalam tulisan ini dari apa yang sudah Kemenag Buleleng lakukan dalam nilai-nilai semangat moderasi beragama melaui contoh sikapnya sejauh ini dan tentu ini memberikan banyak kesan baik bagi umat beragama yang terlibat maupun yang hanya membaca melalui tulisan ini. Salah satu makna kita hidup di Indonesia dan memilih memeluk agama adalah untuk mejaga martabat manusia sebagai mahluk mulia yang diciptkan oleh Tuhan. Dalam kegiatan bhakti sosial yang dilakukan oleh Kemenag Buleleng sudah sangat tepat dan sejalan dengan misi agama pada umumnya yakni mengedepankan keharmonisan, kesejukan, dan kerukunan lebih tepatnya bahwa agama apapun itu akan selalu membawa pesan damai dalam setiap ajarannya. Perbuatan-perbuatan mencela, menghina, menjatuhkan bahkan saling bersitegang melalui khotbah dan ceramah itu sangat kurang tepat dalam menyadarkan umat dalam beragama. Dalam moderasi beragama sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Terlihat buruk apabila suatu umat beragama hanya membela keagungan agamanya sendiri tanpa menghargai keyakinan saudara kemanusiannya.  Sesungguhnya salah satu intisari ajaran agama adalah kemanusiaan.

Ikuti tulisan menarik Indra Andrianto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler