x

STy

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 2 Januari 2022 05:32 WIB

Gagal Meraih Tropi Piala AFF, STy Tak Maksimalkan Potensi Pemain dan Strategi

Maaf, Tuan STy, ini sekadar catatan kecil. Hanya melihat dari luar. Melihat potensi para pemain yang ada di skuat yang Anda pilih, pun dari layar kaca.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Terima kasih Shin Tae-yong (STy), akhirnya perbendaharaan head to head timnas Indonesia bersua dengan timnas Thailand di Piala AFF 2020 menjadi 14 pertemuan dengan 1 kali imbang, 3 kali menang, dan 10 kali kalah. Sementara di semua ajang menjadi 80 kali pertemuan dengan tetap 25 menang, imbang 15 kali, sisanya kalah 40 kali.

Stategi, komposisi, potensi

Dalam laga babak final leg kedua Piala AFF 2020 Sabtu (1/1/2022) di Stadion Nasional, Singapura ternyata timnas Indonesia mampu meraih hasil imbang dengan skor 2-2.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Atas hasil ini, banyak publik sepak bola nasional yang berpikir bahwa Thailand bermain sudah tidak ngotot karena di leg pertama sudah unggul 4-0. Jadi, Thailand sengaja kasih hasil imbang untuk timnas Indonesia. Benarkah pemikiran subyektif yang seperti demikian?

Boleh-boleh saja ada pihak yang berpikir Thailand kasih imbang, tetapi fakta di lapangan, saat mereka tertinggal 0-1, mereka langsung ngotot membalas. Bahkan dalam tempo singkat langsung berbalik unggul 1-2.

Tetapi, ternyata mereka juga tak menduga bila Egy mampu menyamakan kedudukan dengan gol cantiknya. Hingga babak kedua berakhir, skor tetap 2-2.

Atas fakta tersebut, maka ada fakta yang wajib kita cermati. Meski STy terbukti telah membangkitkan sepak bola nasional, hingga mampu menyingkirkan Laos, Kamboja, Malaysia, dan menahan imbang Vietnam di fase grup. Lalu, menyingkirkan Singapura di semi final. Ada catatan untuk STy berdasarkan fakta yang terjadi dalam laga babak final leg pertama dan kedua saat meladeni Thailand.

Catatan saya, dengan melihat fakta yang terjadi di lapangan, saya sebut, STy tidak memaksimalkan potensi yang di bawa ke Piala AFF kali ini dengan tepat atau benar.

Saya berpikir, bila STy menggunakan strategi yang benar dan komposisi pemain sesuai potensi, maka hasil akhir leg pertama bisa imbang. Meladeni Thailand di leg pertama, STy langsung berani dengan startegi terbuka, tak mawas diri bahwa kemampuan TIPS pemain Indonesia di bawah Thailand.

Mungkin karena strategi juga, STy terlalu berani memasang Edo menggantikan Pratama Arhan. Lalu menyimpan Egy yang bahkan diturunkan di babak kedua menit kesekian. Malah STy tetap memasang Dedik yang kurang kontributif.

Jadi, di leg pertama, ada kesalahan strategi dan komposisi pemain yang salah, karena tidak sesuai potensi dan kebutuhan tim.

Di leg kedua, terlepas ada anggapan bahwa Thailand sudah tak ngotot, tetapi faktanya dengan kembalinya Pratama Arhan, lalu Egy turun sejak kick-off, Thailand dibikin kocar-kacir dan Kambuaya mampu mencuri gol cepat.

Sayang, Dedik masih dipaksa turun, padahal menjadi titik lemah barisan depan timnas. Mengapa tidak Irfan Jaya saja yang langsung diturunkan, karena Indonesia butuh menang minimal 4 gol.

Ini Irfan Jaya malah menggantikan Ramai yang cukup energik kontributif, Dedik justru diganti Hanis yang tetap bikin lemah. Lucunya, Hanis pun ditarik lagi.

Sayang sekali. Andai di leg pertama, strategi bermain dan komposisi pemain tepat dan sesuai potensi atau SDM pemain yang ada. Hasil imbang tak mustahil dapat diraih. Atau meski harus kalah, tak sampai 4-0, karena di leg pertama, barisan belakang juga buru-buru dirombak.

Bila leg pertama imbang atau tak kalah 4 kosong, maka laga leg kedua tentu akan bisa kita nikmati secara obyektif. Sebab, praduga bahwa Thailand sudah tak ngotot lagi, tak akan berlaku.

Hasil menjadi runner-up Piala AFF 2020, memang terbukti seperti apa yang diungkap oleh media massa dari Vietnam, bahwa Indonesia adalah spesialis juara dua di turnamen Asia Tenggara ini.

Namun, saya melihat, bila strategi dan pemasangan komposisi pemain di final leg pertama tepat, hasilnya mungkin bisa beda.

Sebab STy masih akan menukangi Indonesia sampai tahun 2023, maka harapan saya, dalam laga-laga berikutnya, STy yang kita akui sudah mumpuni dan kelas dunia, tetap wajib kita ingatkan dan kita kasih catatan evaluasi.

Maaf, menurut saya STy melakukan kesalahan strategi dan komposisi pemain baik di leg pertama maupun kedua babak final Piala AFF, tidak sesuai potensi atau SDM pemain yang dia pilih sendiri.

Jangan terulang atau diulang di laga-laga berikutnya. Lebih baik dianggap baru mampu bertahan hingga mengimbangi Vietnam. Dari pada tak mawas diri, akhirnya dicukur 4-0 oleh Thailand. Tapi saat ada kesadaran dan mawas diri, ternyata Indonesia mampu juga mengimbangi Thailand, meski mungkin, memang Thailand sudah tak ngotot atau demi menghibur Indonesia.

Maaf, Tuan STy, ini sekadar catatan kecil. Hanya melihat dari luar. Melihat potensi para pemain yang ada di skuat yang Anda pilih, pun dari layar kaca.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler