x

Iklan

Fioleta Vahada

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Desember 2021

Selasa, 4 Januari 2022 10:58 WIB

Rendang dan Estetika Kulinernya

Tahukah kamu rendang memiliki nilai estetika? Banyak yang mengira estetika selalu berasal dari citra visual dan melupakan bahwa lidah dan telinga juga bisa menjadi penghubung seseorang untuk merasakan keindahan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rendang dan Estetika Kulinernya

            Tahukah kamu rendang memiliki nilai estetika? Banyak yang mengira estetika selalu berasal dari citra visual dan melupakan bahwa lidah dan telinga juga bisa menjadi penghubung seseorang untuk merasakan keindahan. Sebelum itu apa sih yang dipahami sebagai estetika, kenapa makanan bisa memiliki nilai tersebut. Secara etimologi estetika berasal dari bahasa Yunani ‘aesthetikos’ yang berarti sensitivitas, keindahan atau segala sesuatu yang dapat diserap oleh panca indera. Estetika merupakan ilmu yang membahas bagaimana keindahan terbentuk dan kemudian bagaimana tanggapan orang yang merasakannya. Dan ada juga yang mengartikan bahwa istilah tersebut merupakan cabang ilmu filsafat yang mengupas mengenai keindahan yang terdapat dalam seni.

Keindahan itu relatif, karena setiap orang mempunyai definisi dan cara yang berbeda untuk merasakannya. Kuliner bisa menjadi sumber estetika yang dapat dirasakan baik dari indera penglihatan, pengecap dan pembau. Jadi banyak nilai dan filsafat yang dimiliki dari satu kuliner saja, kuliner juga bisa menjadi ciri khas dan simbol bagi budaya yang ada. Dengan banyaknya value yang dimiliki dari santapan kuliner, tentu mendorong kita untuk dapat mempertahankan dan melestarikan kebudayaan khususnya pada cita rasa kuliner. Indonesia sendiri memiliki santapan kuliner yang beragam dan dengan keunikannya salah satunya ialah yang dimiliki budaya Minangkabau. Makanan-makanan dari budaya tersebut sudah memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat Indonesia, bahkan salah satu makanannya menempati urutan makanan terenak di dunia pada tahun 2021 yang menjadi satu-satunya makanan Indonesia yang masuk daftar tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi masyarakat Minang sendiri rendang memiliki tiga filosofi dalam proses memasaknya termasuk dengan pemilihan bahan bercita rasa tinggi yang berkaitan dengan sikap yakni kesabaran, kebijaksanaan dan ketekunan. Dari proses pemasakan dan tampilan penyajian disanalah letak nilai estetikanya, dimana makna dan keindahan yang mampu diserap panca indera yang diberikan oleh kuliner rendang. Bahan-bahan yang digunakan pun memiliki makna berhubungan dengan ‘Tungku tigo sajarangan’ yang merupakan istilah kepemimpinan di Minangkabau. Pada daging melambangkan ‘niniak mamak’ yang merupakan pemimpin suatu suku, daging dilambangkan sebagai simbol kemakmuran dan rasa cinta orangtua kepada anak dan keponakannya. Lalu kelapa, yang melambangkan ‘cadiak pandai’ atau kaum intelektual yang menyatukan semua masyarakat yang ada. Cabai melambangkan ‘alim ulama’ yang mengajarkan agama, dimana pedas melambangkan  para guru agama di Padang yang mengajarkan anak-anak membaca Al-quran dan budi pekerti. Dan terakhir bumbu, yang dimaknai keberagaman yang ada di masyarakat Minangkabau yang harus dihargai.

Ketiga pemimpin informal tersebut saling melengkapi dan menguatkan yang terlembaga pada idiom adat :

Tungku nan tigo sajarangan (Tungku yang tiga sejerangan),

Tali nan tigo sapilin(Tali yang tiga seikatan),

Nan tinggi tampak jauah (Yang tinggi tampak jauh),

Tabarumbun tampak hampia (Tersembunyi tampak hampir)

Nilai budaya dalam sistem kepemimpinan ini menjadi salah satu filosofi yang dimiliki kuliner rendang, jadi bisa dilihat baik dari proses awal hingga akhir kuliner ini memberikan nilai dan estetika sendiri yang dapat diberikan. Jadi kuliner memang dapat menjadi salah satu sarana untuk memperkenalkan budaya kita sehingga sudah kewajiban bagi kita semua sebagai masyarakat Indonesia untuk dapat menjaga dan melestarikan budaya asli bangsa yang memiliki keindahan tak ternilai melalui salah satu santapan kuliner khas Minangkabau yaitu rendang.

Ikuti tulisan menarik Fioleta Vahada lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler