x

cover buku Dokter Gerilya

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 5 Januari 2022 16:38 WIB

Dokter Gerilya - Novelisasi Pengalaman Gerilya Hario Kecik

Novel ini berisi kisah gerilya para dokter bersama dengan mahasiswa dan laskar tentara di Malang Selatan saat mempertahankan Republik Indonesia dari agresi Belanda tahun 1947.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Dokter Gerilya

Penulis: Haryo Kecik

Tahun Terbit: 2015

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Abhiseka Dipantara

Tebal: viii + 223

ISBN: 978-602-18215-2-7

 

Novel Dokter Gerilya ditulis oleh Hario Kecik sebagai bentuk penghargaan kepada teman-teman seperjuangannya yang pada tahun 1939-1945 kuliah di Fakultas Kedokteran di Jakarta dan sama-sama mempertahankan Republik Indonesia dari serangan militer Belanda (hal. v). Sebagai kenang-kenangan kepada sesama mahasiswa kedokteran, peran para dokter di novel ini kelihatan sangat menonjol. Selain dari peran utama, yaitu “Pak Dokter” alias Kecik, novel ini juga disertai dengan nama-nama dokter yang ikut berjuang mempertahankan daerah Malang Selatan.

Hario Kecik menuangkan pengalamannya bergerilya di wilayah Malang Selatan pada masa agresi Belanda 1 di novel ini. Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang dokter yang dalam novel ini dipanggil “Pak Dokter.” Tokoh pak Dokter adalah representasi dari hario Kecik sendiri. Tokoh pak Dokter digambarkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan sebagai seorang dokter. Pengetahuannya tentang pengobatan modern ini sangat berguna bagi penduduk setempat. Ia memiliki istri bernama Lily. Lily digambarkan mempunyai darah eropa, mempunyai keterampilan menggunakan pistol dan tangguh hidup dalam pengungsian. Pak Dokter dan Lily mempunyai seorang anak perempuan bernama Tinol yang mampu berkomunikasi dengan peri. Pak Dokter dan Lily juga memiliki seorang bayi laki-laki yang baru lahir saat perispan perang gerilya dengan Belanda.

Pak Dokter bersama dengan beberapa dokter lain yang berada di wilayah sekitar Malang – Blitar adalah tokoh-tokoh yang bekerjasama mempersiapkan perang gerilya. Para dokter ini bekerjasama dengan mahasiswa, laskar-laskar yang dulunya ikut berperang di Surabaya melawan Inggris dan masyarakat desa, merancang penyergapan pasukan Belanda yang dikirim ke wilayah selatan. Para gerilyawan ini tergabung dalam Kesatuan Commando Kawi Selatan (KCKS). Mereka juga bekerjasama dengan Corp Mahasiswa Djawa Timur (CMDT) (hal. 57).

Novel ini menggambarkan secara detail beberapa peristiwa penyerangan tentara Belanda oleh para gerilyawan. Misalnya peristiwa peledakan jembatan  Sungai Lahor dengan menggunakan bom yang ditanam di jembatan (hal. 108) dan serangan umum Blitar (hal 113). Penggambaran peristiwa dengan deatil ini membuktikan bahwa sesungguhnya apa yang ditulis oleh Hario Kecil dalam novel ini adalah berdasarkan kisah nyata yang dia alami.

Selain menggambarkan perang, Hario Kecik juga menyoroti kelompok pemimpin yang suka bekerjasama dengan penjajah. Melalui tokoh “Bok” yang digambarkan sebagai seorang sosialis pendukung Syahrir, Hari Kecil mengritik Partai Sosialis yang sangat lunak kepada Belanda. Hario Kecik menganggap kelompok Syahrir sebagai orang-orang yang pemikirannya steril dan dogmatis (hal. 36). Kelompok sosialis ingin kemerdekaan diakui dunia internasional secara grantis tanpa membayar dan unjuk gigi! Pengakuan itu mustahil tanpa ada pihak yang menunjukkan perlawanan nyata melalui perang.

Hario Kecik juga mengritik para pemimpin bangsa yang mudah menyerah. Mereka tidak mau keluar dari Ibu Kota untuk menyatu dengan rakyat karena mereka sudah menikmati kesenangan-kesenangan (hal. 174).

Bukan hanya membahas tentang perang fisik, bagian akhir novel ini juga membahas penjajahan asing bentuk baru. Penjajahan baru itu dalam bentuk perusakan lingkungan demi kemajuan ekonomi. Sepertinya Hario Kecik mau mengingatkan akan bahaya kapitalisme yang ekploitatif (hal. 209).

Satu lagi yang menarik dari novel ini adalah hadirnya makhluk astral yang disebut sebagai peri. Dalam novel ini ada tokoh bernama Trisno, seorang pemuda hasil hubungan antara seorang Belanda pro Indonesia yang bernama Karl dengan seorang peri (hal. 84). Trisno adalah saudara tiri dokter Herman. Trisno bersama ibunya (seorang peri) membantu para pejuang kemerdekaan ini dengan kemampuan telepati dan menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam perang gerilya. Para peri ini digambarkan sebagai makhluk astral yang sudah ada di bumi berjuta tahun yang lalu. Mereka pernah membantu para leluhur Jawa di Jawa Selatan membangun peradaban tingkat tinggi. Tugas utama mereka adalah membantu secara tidak langsung proses evolusi manusia sampai kepada taraf seperti mereka.

Kemunculan para peri dan keturunannya yang membantu para gerilyawan ini membuat saya bertanya-tanya. Apakah masuknya makhluk astral dalam novel ini sekadar pemanis atau Hario Kecik benar-benar meyakini adanya makhluk dari angkasa luar yang lebih cerdas dari manusia? Bukankah sesuatu yang lazim dalam penulisan novel memasukkan hal yang menarik supaya novel bisa menghibur? Bumbu roman atau percintaan biasanya dipakai oleh banyak penulis untuk membuat novelnya menghibur. Apakah Hario Kecik memasukkan unsur peri dalam novelnya dengan maksud tersebut? Tetapi melihat epilog dimana Hario Kecik membahas tentang kerjasama makhluk dari galaksi Andromeda dengan manusia di masa depan, sepertinya ia memang meyakini adanya makhluk dari angkasa luar yang saat ini menghuni bumi lebih cerdas dari manusia. 647

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB