x

Rumah Gadang. Wikipedia

Iklan

Raihany Fahira

Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Andalas
Bergabung Sejak: 2 Januari 2022

Kamis, 6 Januari 2022 08:14 WIB

Mengenal Nilai-nilai Kepemimpinan dalam Adat Minangkabau

Dasar-dasar dan ajaran mengenai kepemimpinan sudah hidup di ranah Minangkabau dan terkadang tidak disadari masyarakat karena sudah melekat dengan kehidupan sehari-hari dan dicerminkan oleh pemimpin itu sendiri. Namun demikian, di era sekarang banyak orang Minang terutama anak muda tidak lagi mengetahui prinsip-prinsip dan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan adat Minangkabau, terutama kepemimpinan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berbicara mengenai kepemimpinan, dalam konteks adat Minangkabau, pembahasan ini merupakan hal yang patut diketahui oleh setiap individu sebagai pemimpin atas dirinya sendiri, keluarga, kelompok, kaum, ataupun nagarinya. Kepemimpinan juga merupakan salah satu skill fundamental yang sangat dijunjung di masa sekarang dan harus dipelajari serta dilatih sedini mungkin. Namun demikian, untuk membentuk jiwa kepemimpinan yang mumpuni, seorang individu atau pemimpin tentu menghadapi dinamika permasalahan dan menghadapi orang-orang yang ia pimpin atau se-simple berinteraksi sosial. 

 

Dalam adat Minangkabau, seseorang yang menjabat suatu posisi dan memimpin suatu kelompok haruslah dapat bertindak proporsional dan profesional. Ia harus pandai dalam menempatkan segala perkara sesuai dengan batasan dan tingkatan-tingkatan secara bertahap dalam menjalankan tanggung jawabnya karena setiap permasalahan atau tanggung jawab memiliki dinamika dan tingkat urgensi yang berbeda. Sementara itu, maksud dari profesional ialah seorang pemimpin harus memilki sederet kapasitas esensial seperti komunikasi, problem-solving dan keterampilan serta kapabilitas seperti pengetahuan, wawasan, keahlian, dan sebagainya. Poin mengenai hal ini dapat ditemui dalam petatah-petitih sebagai berikut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pakaian rajo banamo undang (pakaian raja bernama undang)

Pakaian panghulu banamo adat (pakaian penghulu bernama adat

Pakaian ulama banamo syara’ (pakaian ulama ialah syara’ atau ajaran agama)

Rancak nagari dek pangulu (rancak nagari karena penghulu)

Rancak tapian dek rang mudo (rancak tapian karena anak muda)

Rancak  musajik dek tuangku (rancak mesjid karena tuangku)

Rancak rumah dek bundo kanduang (rancak rumah karena bundo kanduang)

….

Alang tukang binaso kayu

Alang cadiak binaso adat

Alang alim rusak agamo

Alang pandai rusak nagari

Dari petatah di atas dapat dimaknai bahwa terdapat beragam jenis pemimpin dalam kehidupan masyarakat. Dalam konteks adat Minangkabau, contoh pemimpin dapat berupa penghulu, bundo kanduang, ulama, dan lainnya. Setiap pemimpin memiliki kecakapan masing-masing sesuai bidangnya dan ranah yang ia pimpin atau kelola. Oleh karena itu, proporsionalitas dan profesionalitas menjadi kriteria pertama seorang pemimpin.

 

Kedua, seorang pemimpin haruslah adil dan menjalankan aturan hukum yang ada. Sebagaimana dalam petatah-petitih minang yaitu:

Manimbang samo barek (menimbang sama berat)

Maukua samo panjang (mengukur sama panjang)

Mambilai samo laweh (membelah sama besar/luas)

Baragiah samo banyak (membagi sama banyak)

 

Tibo di mato indak dipiciangkan (Tiba di mata tidak dipicingkan)

Tibo di paruik indak dikampihkan (Tiba di di perut tidak dikempiskan)

Tibo di  dado indak dibusuangkan (Tiba di dada tidak dibusungkan)

Bajalan di nan luruih (Berjalan di jalan yang lurus)

Bakato di nan bana (Berkata yang benar)

Bahukum adia manimbang (berhukum adil dalam menimbang)

Makna yang dapat diambil dari petatah-petitih di atas adalah seseorang haruslah adil, tidak sombong, dan menegakkan kebenaran apapun yang terjadi, dan selalu jujur dalam melangkah dan berucap.

 

Selanjutnya, berkaitan dengan poin sebelumnya, seorang pemimpin memiliki sifat istiqomah atau berpendirian teguh dalam kebenaran. Seorang pemimpin pandai dalam mengkalkulasikan segala opsi dan pemecahan masalah yang diputuskan bersama atau diajukan. Hal ini disebabkan oleh usaha dalam pencarian kebenaran dan penegakan hukum oleh pemimpin tersebut.

Ka lauik indak bariak (ke laut tidak beriak)

Ka rimbo indak barangin (ke rimba tidak berangin)

Walau dibujuak ameh jo perak (walau dibujuk emas dan perak)

Indak bakucak lahia jo batin (tidak tergoyah lahir dan batin)

Namun niek dalam hati (namun niat dalam hati

Satapak bapantang suruik (setapak berpantang surut)

Nan bana tatap dipasuntiang (yang benar tetap dipersunting)

Nilai yang terkandung dalam petatah-petitih di atas ialah bagaimana pemimpin tidak goyah akan pendiriannya dan amanah dalam tanggung jawab dan kebenaran.



Keempat, seorang pemimpin mampu berpikir visioner. Seorang pemimpin tidak hanya memikirkan hal-hal yang bersifat jangka pendek namun sebaliknya. Oleh karena itu, ia harus memiliki keterampilan berpikir kritis dan perhitungan terhadap usaha yang dilakukannya untuk memperoleh hasil yang bermanfaat. Contoh sederhana yang dapat dilihat dalam kehidupan kita ialah hasil dari apa yang dilakukan dan diperjuangkan nenek moyang terdahulu dapat kita rasakan dan peroleh saat ini. 

Himaik pangka kato

Rajin pangka pandai

 

Ingek-ingek sabalun kanai

Bakulimek sabalun habih

Maminteh sabalun hanyuik

 

Selain empat poin di atas, pemimpin haruslah jujur, menepati janji, bersikap tegas, dan mampu menjaga kesucian hati dan pikiran.

 

Referensi:

  1. Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat. Pedoman Pengalaman Adaik Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah: Syara’ Balinduang Adaik Bapaneh; Syarak Mangato Adaik Mamakai

Ikuti tulisan menarik Raihany Fahira lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu