x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Jumat, 7 Januari 2022 06:13 WIB

Omicron Mewabah, It is Not Enough to be Sane Person

Omicron merajalela. Its not enough to be sane person. Zaman begini, tidak cukup jadi orang waras saja. Hidup juga tidak bisa lagi mengandalkan logika. Tapi harus diimbangi dengan hati dan rasa. Pedulikah?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Omicron jadi varian baru. Covid-19 masih mewabah. Entah sampai kapan akan berakhir? Ikhtiar sudah, doa pun sudah. Sudah berapa ribu saudara-saudara kita terenggut nyawa. Tahun lalu masih jumpa dan bercanda tapi hari ini sudah tiada. Sungguh, hidup di zaman begini. Tidak cukup hanya jadi orang yang waras. It's not enough to be sane person, boss! 

Adalah Prof. David Hawkins yang menyebut bahwa “Banyak orang sakit karena di dalam dirinya tidak ada hati yang penuh dengan kasih sayang yang tulus dan ikhlas kepada sesama. Minimnya perbuatan baik sehingga yang tersisa hanya kesedihan dan deraian air mata”. Hilangnya kepedulian dan perbuatan baik. Sebab itulah, seseorang mudah terserang penyakit.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sungguh, tidak cukup jadi orang yang waras semata. Karena faktanya, banyak orang fisiknya sehat tapi hatinya sakit. Kata Prof. David Hawkins didapati kebanyakan orang sakit selalu menggunakan pikiran negatif. Gagal melihat orang lain dari sisi positif. Sehingga energi kasih sayang-nya pupus. Maka akhirnya sakit batin-nya, bukan lahir-nya.

 

Zaman memang makin maju, makin digital. Tapi sayang, pikiran dan emosi hidupnya makin negatif. Ciri-cirinya gampang, sehari-hari hidupnya mengeluh. Gemar menyalahkan orang lain. Kepo hingga menggibahi orang lain. Bahkan menanamkan benci, iri, dan dendam kepada orang lain. Hingga akhirnya meruntuhkan pikiran positif. Lalu menjauhkan diri dari perbuatan baik, terisolasi dari ikhtira membantu orang lain yang membutuhkan uluran tangannya.

 

Maka, it's not enough to be sane person. Tidak cukup hanya menjadi orang waras. Karena orang waras hanya mencari ilmu agar pintar. Tapi lupa mengamalkannya untuk orang lain. Orang waras bekerja hanya untuk menjadi kaya. Tapi lupa sedekah dan zakat untuk membantu orang miskin. Orang waras bercita-cita naik pangkat dan punya jabatan. Tapi pangkat dan jabatannya tidak bermanfaat untuk orang lain. Akibat kepeduliannya sudah pergi. Lagi-lagi, terlalu mudah sakit.  

Suka tidak suka, pikiran dan emosi negatif yang dipelihara orang-orang waras itu telah menguras energi kehidupannya sendiri. Sedikit-sedikit mengeluh atau mencari salahnya orang lain. Hidupnya terkuras dengan pikiran jelek, tanpa mau meluagkan waktu untuk berbuat baik secara nyata. Maka orang seperti itu, sangat mudah mengidap berbagai penyakit yang kian canggih.

 

Hidup, tidak cukup hanya menjadi orang waras. Harus ada kepedulian dan pengabdian kepada sesama. Bantulah orang lain yang membutuhkan secara nyata. Amalkan ilmu yang dipunya. Sedekahkan harta yang dimiliki. Ubah niat baik jadi aksi nyata. Tebarkan terus kebaikan. Tegakkan berpikir positif. Karena di situ, ada kekebalan tubuh dan vitalitas yang tinggi. Sehingga penyakit kesulitan menembus dirinya.

 

Syukur itu bukan ucapan. Semua yang diperoleh sudah pasti anugerah Allah SWT. Masalahnya, sudahkah syukur diwujudkan dalam aksi nyata? Harta yang dibelanjakan untuk sedekah. Ilmu yang diamalkan untuk mencerdaskan orang lain. Waktu yang digunakan untuk berbuat kebaikan. Karena pikiran positif dan kebaikan yang ditebarkan pada akhirnya orang lain dan daerah itu akan merasakan getarannya. Lingkungan yang auranya positif, pergaulan yang diisi dengan ocehan-ocehan yang baik dan bermanfaat. Bukan obrolan yang sia-sia, apalagi menimbulkan dosa.

 

It's not enough to be sane person. Tidak cukup hanya menjadi orang waras. Karena hidup tidak cukup mengandalkan logika saja. Tapi hidup harus diimbangi hati dan rasa. Hidup pun tidak cukup memberi makan lahir semata. Tapi juga memberi makanan batin. Untuk terus-menerus berbuat baik kepada orang lain. Karena kita tidak tahu, kebaikan kecil yang mana yang akan menjadikan hidup jadi lebih sehat dan berkah.

 

Tidak cukup hanya menjadi orang waras. Tapi teruslah berbuat kebaikan setiap waktu dan di mana pun. Karena di situ, ada cinta dan kasih sayang, amal perbuatan, sedekah, kelembutan hati dan cinta yang tulus.  Moralitas itulah yang jadi spirit di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Terus bergerak untuk menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Untuk menolong anak-anak kampung yang terancam putus sekolah, membebaskan kaum ibu dari buta aksara, membebaskan warga dari jeratan rentenir akibat utang berbunga tingga, hingga menyantuni anak-anak yatim dan jompo binaan.

 

Bila hari ini, masih ada di antara kita yang masih suka membenci, memusuhi orang lain, iri dan dedam, mudah marah, egois, gibah, dan kepo atas urusan orang lain maka berhentilah. Itu semua jadi sebab datangnya penyakit dan kian menjauhkan diri dari perbuatan baik. Makin jauh dari kepedulian terhadap sesama.

 

Pergilah ke taman bacaan, lalu lihatlah. Ada perbuatan kecil dan sederhana yang bisa dilakukan untuk menolong orang lain. Sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan dan keberkahan hidup yang hakiki. Kan hidup bukan hanya dunia semata …

 

Katakan “It's not enough to be sane person”. Tidak cukup hanya menjadi orang waras. Tapi jadilah orang yang punya hati dan rasa. Agar pikiran dan emosi positif mengalir deras dalam darah kita. Sambil membuang pikiran dan energi negatif dalam diri dan di lingkungan kita. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler