Tekanan terhadap Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto untuk menghadapi Pemilu 2024.
Airlangga dihadapkan pada situasi yang amat dilematis pada 2024 ini, yakni elektabilitas yang rendah dan kasus personal yang menimpa dirinya; pelaporan Rifa Handayani.
Desakan yang disampaikan Gerakan Muda Partai Golkar terkait tingkat keterpilihan Airlangga yang masih amat rendah, wajar adanya. Kondisi di lapangan memang demikian adanya.
Airlangga sulit didongkrak elektabilitasnya. Pun dengan apa yang disampaikan Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti yang menyarankan agar Airlangga sebaiknya tak terlalu memaksakan untuk diusung pada hajat pilpres nanti.
Sehingga harus terbuka opsi lain yang sehingga menciptakan win-win solutions. Memang, mencalonkan Airlangga terlalu amat beresiko.
Resiko terhadap personal Airlangga sendiri serta partai Golkar. Idealnya, Golkar menyaring kembali figur-figur yang potensial pada Pilpres 2024. Sejauh ini sudah agak sulit menaikan elektabilitas Airlangga.
Karena tidak ada satu peristiwa yang membuat beliau ini dikenal, di Menteri Koordinator di Bidang Ekonomi, artinya sulit menaikan elektabilitas beliau. Adapun baliho-baliho yang sudah bertebaran ini juga tidak terlalu signifikan untuk bisa menaikan elektabilitas Airlangga Hartarto.
Padahal dia mesti bersaing dengan tokoh-tokoh lain untuk menjadi capres. Jika Partai Golkar terus memaksa mengusung Airlangga Hartarto sebagai capres, maka akan berimbas ke elektabilitas partai berlogo pohon beringin ini. Pasalnya publik tidak tertarik terhadap capres yang diusung Golkar.
Solusi terbaik adalah Airlangga harus memilih satu fokusnya saat ini. Jika tetap menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian maka akan sulit untuk mengejar ketertinggalannya dalam hal elektabilitas.
Tinggal dipilih saja meninggalkan yang mana supaya beliau bisa lebih fleksibel, karena kalau sekarang mau tidak mau harus mengurusi kementerian. Sebelumnya, Inisiator Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) Sirajuddin Abdul Wahab mengatakan, elektabilitas Airlangga Hartarto sangatlah memprihatinkan.
Hal ini merujuk dari data survei Voxpol Center yang menyebutkan Airlangga Hartarto hanya mendapatkan 0,8 persen. Sementara di Indikator Politik Indonesia sebesar 0,2 persen. (*)
Ikuti tulisan menarik dezan news lainnya di sini.