x

ilustr: Bridgeport Public Library

Iklan

Dinasari Mahbengi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 Desember 2019

Selasa, 25 Januari 2022 06:58 WIB

Hubungan antara Bahasa dan Dialek

Dialek dibedakan dari bahasa oleh struktur linguistiknya, yaitu tata bahasa dan kosa kata. Dialek dengan bahasa yang sama dianggap saling dimengerti, sedangkan yang berbeda bahasa, tidak. Dialek hampir tidak pernah sepenuhnya lengkap. Di sisi lain, bahasa masih dapat berkomunikasi sampai batas tertentu bila menggunakan bahasa nasional.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam kajian sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sistem lambang berupa bunyi, arbitrer, produktif, dinamis, beraneka ragam dan manusiawi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

Ada beberapa pengertian bahasa menurut para ahli:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Keraf dalam Smarapradhipa (2005) memberikan dua pengertian bahasa. Definisi pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat bicara manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang menggunakan lambang-lambang vokal (bunyi ujaran) yang arbitrer.

2. Owen dalam Stiawan (2006) menjelaskan bahasa adalah kombinasi yang dimiliki secara sosial dari simbol-simbol tersebut dan kombinasi yang diatur aturan dari simbol-simbol tersebut. simbol yang diinginkan dan kombinasi simbol yang diatur oleh kondisi).

3. Menurut Wibowo (2001), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bermakna dan artikulasi (dihasilkan oleh alat-alat tutur) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

4. Menurut Walija (1996) adalah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan gagasan, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.

5. Menurut Algeo (2005) bahasa adalah sistem tanda vokal konvensional yang dengannya manusia berkomunikasi. Definisi ini memiliki beberapa istilah penting, yang masing-masing diperiksa secara rinci. Istilah-istilah tersebut adalah sistem, tanda, vokal, konvensional, manusia, berkomunikasi.

Definisi dialek adalah ragam bahasa yang bervariasi menurut pemakainya (misalnya bahasa daerah tertentu, kelompok sosial tertentu, atau jangka waktu tertentu). Perbedaan dialek dapat disebabkan oleh perbedaan asal daerah dan perbedaan status sosial.

Dalam KBBI terdapat beberapa jenis dialek, yaitu:

1. Atlas Dialek, atlas dialek ini merupakan perangkat peta yang menggambarkan sebaran ciri-ciri dialek.

2. Dialek Daerah, dialek ini yang ciri-cirinya dibatasi oleh tempat, misalnya dialek Melayu Manado, atau dialek Jawa Banyumas.

3. Dialek Sosial, dialek ini digunakan oleh kelompok sosial tertentu, seperti dialek wanita dalam bahasa Jepang.

4. Dialek Temporal, dialek temporal adalah dialek bahasa yang bervariasi dari waktu ke waktu. Ini misalnya yang biasa disebut Melayu Kuno, Melayu Klasik, dan Melayu Modern.

5. Dialek Tinggi, dialek ini merupakan variasi sosial atau kedaerahan dari suatu bahasa yang diterima sebagai standar bahasa tersebut dan dianggap lebih unggul dari dialek-dialek lainnya. Selama ini bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari mengandung dialek.

Dialek memiliki banyak variasi terkait dengan aktivitasnya. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, ragam bahasa Indonesia dibagi menjadi lima, yaitu berdasarkan tempat, misalnya Jakarta, Manado, Jawa, Minangkabau, dan lain-lain. Bahasa berdasarkan penuturnya, dibagi menjadi kelompok ulama dan non-ulama. Bahasa berdasarkan sarananya, yaitu ragam lisan dan tulis. Bahasa berdasarkan penggunaannya yaitu berbagai ilmu pengetahuan, sastra, surat kabar, undangan, dan lain-lain. Bahasa berdasarkan suasana penggunaan, ragam formal dan santai. Bahasa yang digunakan seseorang sangat dipengaruhi oleh konteks sosial budaya di sekitarnya.

Konteks budaya juga tergantung pada status sosial, aktivitas, wilayah geografis, usia, dan lain-lain. Bahasa yang digunakan masyarakat di perkotaan akan berbeda dengan bahasa yang digunakan masyarakat di pedesaan. Hal ini dikarenakan konteks sosial budaya di setiap daerah berbeda dan mengiringi kehidupan masyarakatnya. Misalnya, seorang siswa yang tinggal di daerah perkotaan akan memiliki dialek yang berbeda dari seorang siswa yang tinggal di daerah pedesaan atau pinggiran kota. Padahal mereka satu sekolah.

Dialek dibedakan dari bahasa oleh struktur linguistiknya, yaitu tata bahasa dan kosa kata. Dialek dengan bahasa yang sama dianggap saling dimengerti, sedangkan yang berbeda bahasa tidak. Dialek hampir tidak pernah sepenuhnya lengkap. Di sisi lain, bahasa masih dapat berkomunikasi sampai batas tertentu bila menggunakan bahasa nasional. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat mengandung berbagai dialek. Dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari suatu bahasa.

Bahasa membentuk dialek, terjadinya bahasa membentuk dialek karena pengaruh nonbahasa, terutama politik, budaya, dan ekonomi. Akhirnya muncul keragaman dialek dan aksen menurut pemakainya. Dialek adalah kata-kata di tanah kelahiran. Sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa baku atau bahasa resmi di Indonesia. Meski begitu, setiap daerah memiliki aksen atau dialek yang unik ketika berbicara bahasa Indonesia. Misalnya, orang Papua memiliki dialek yang unik ketika menggunakan bahasa Indonesia, juga bahasa Madura, Manado, dan sebagainya. Semuanya menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Indonesia, namun menggunakan aksen tersendiri. Dari sini dapat diketahui identitas sosial.

Hal ini menunjukkan bahwa bahasa membentuk dialek melalui perbedaan tempat atau sering disebut dialek daerah. Dialek bahasa juga dapat disebabkan oleh latar belakang pendidikan, pekerjaan atau faktor status resmi situasi. Misalnya, banyak orang menggunakan frikatif labiodental tak bersuara seperti (f) pada nama Jusuf, Fahrudin, Fransiska dan lain-lain. Namun, banyak orang justru melafalkannya dengan konsonan bilabial (p) tak bersuara hingga menjadi Jusup, Pahrudin, Pransiska, dan lain-lain.

Dialek ini terjadi karena perbedaan latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan faktor derajat kedinasan yang berbeda atau sering disebut dialek sosial. Sehingga bahasa membentuk dialek melalui perbedaan latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.

Dialek membentuk bahasa karena dialek adalah bentuk tuturan lokal atau daerah yang berbeda. Dialek memiliki karakteristik umum. Dalam perkembangannya, dialek merupakan bahasa daerah yang kemudian cocok digunakan dalam karya sastra daerah yang bersangkutan. Namun karena pengaruh faktor politik, budaya, dan ekonomi, beberapa dialek menjadi setara dan dapat diterima sebagai bahasa baku.

Selain faktor tersebut, munculnya bahasa baku juga dipicu oleh kebutuhan beberapa kelompok masyarakat yang terpisah untuk saling berhubungan. Dari sudut pandang ini, yang disebut bahasa baku atau baku adalah bahasa atau dialek yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk berkomunikasi satu sama lain.

Pemilihan dialek sebagai bahasa baku juga karena bahasa atau dialek tersebut dianggap paling baik oleh banyak orang dan akan menggunakannya. Bentuk bahasa baku ini kemudian menjadi model bagi semua orang. Dalam prakteknya, seseorang yang akan berbicara selain harus menyesuaikan diri dengan menggunakan bahasa baku yang dimengerti kebanyakan orang bisa. Inilah cara dialek yang mengubah bahasa menjadi universal, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

Sebelum bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional, pada mulanya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Dimana bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa daerah dengan dialek khusus. Dengan kesepakatan bersama, karena berbagai alasan. Bahasa ini lebih akrab dan mudah menyebar dibandingkan bahasa etnis lainnya. Bahasa Indonesia kemudian menjadi bahasa resmi atau standar.

Jadi bahasa dan dialek sebenarnya berkaitan. Dalam penggunaan dialek, ada baiknya memperhatikan situasi dan kondisi. Jika Anda berada dalam situasi informal, penggunaan dialek dapat ditoleransi sebagai sarana untuk membiasakan diri dan kenyamanan dalam berkomunikasi dengan kelompok. Namun jika penutur dalam kondisi formal, penutur diharapkan mampu menempatkan dirinya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku, karena tidak semua lawan tutur memahami bahasa dialek yang digunakan.

Ikuti tulisan menarik Dinasari Mahbengi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler