Budaya atau kebudayaan menurut Bronislaw Malinowski adalah penyelesaian manusia terhadap lingkungan hidupnya serta usaha mempertahankan kelangsungan hidup sesuai tradisi terbaik. Malinowski menekankan hubungan manusia dengan alam semesta dapat digeneralisasikan secara lintas budaya.
Pengertian dari Malinowski ini sangat tepat diterapkan di era ketika perbaikan lingkungan jadi salah satu tujuan utama di seluruh dunia. Kondisi lingkungan yang memburuk akibat pemanasan global, penebangan hutan liar, dan eksploitasi sumberdaya alam, membutuhkan solusi dan aksi untuk mencegah degradasi makin jauh. Salah satu hal yang dapat kita lakukan sebagai orang awam adalah melindungi lingkungan di sekitar kita.
Manusia mempertahankan kelangsungan hidupnya sesuai tradisi, erupakan teori Malinowski yang banyak diamalkan di Indonesia. Salah satunya adalah lubuk larangan yang banyak kita temukan di pedesaan. Lubuk larangan terdengar menyeramkan, namun memiliki peran penting terhadap kelestarian lingkungan.
Tujuan dari pelarangan berinteraksi dengan lubuk atau sungai tertentu adalah agar masyarakat mengurangi aktivitasnya di bagian sungai tersebut. Aktivitas harian ini seperti mandi atau mengambil sumberdayanya. Hal ini bisa melindungi sungai terutama ikan-ikan yang hidup di dalamnya. Pengambilan tanpa kontrol akan berakibat buruk terhadap populasi ikan, apalagi jika menggunakan jaring. Ikan yang belum seharusnya dipanen akan terambil semuanya. Lubuk larangan-lah solusinya. Lubuk larangan biasanya dipatuhi dan ditakuti masyarakat sekitar. Hukuman bagi mereka yang melanggar aturan itu berbeda-beda di tiap daerah.
Di lubuk larangan biasanya ada juru kunci. Juru kunci biasanya dikaitkan dengan orang pintar di daerah itu. Kadang masyarakat awam menyebutnya sebagai dukun. Lubuk larangan sangat erat kaitannya dengan budaya masyarakat. Warga yang masih memercayai hal-hal mistis dan paranormal akan sangat patuh terhadap aturan ini.
Lubuk larangan biasanya dibuka oleh kepala desa setelah satu minggu, atau satu bulan, bervariasi di tiap daerah. Pada saat itu masyarakat berbondong-bondong mendatangi sungai dengan alat pancing, jaring, dan ember. Semua berlomba memanen ikan, karena memang sudah saatnya.
India juga memiliki budaya atau kepercayaan melestarikan lingkungan. Salah satunya adalah larangan menebang atau memanfaatkan jenis tumbuhan-tumbuhan tertentu. Tumbuhan-tumbuhan tersebut adalah banyan tree, sandalwood tree, dan juga pohon kelapa. Tumbuhan-tumbuhan tersebut dianggap keramat. ada juga larangan perburuan hewan-hewan tertentu. Masyarakat India menganggap hewan-hewan itu sebagai reinkarnasi atau peliharaan dari dewa-dewi dalam kepercayaan mereka. Harimau dan ular kobra juga sangat dilindungi di negara India.
Madagaskar memiliki lembah yang dilarang untuk didatangi. Lembah ini disebut Valley of Leeches. Lembah keramat ini merupakan tempat pemakaman kuno dan tempat hidup mereka orang-orang di zaman dahulu. Hutan ini telah lama dilindungi dari penebangan atau fady. Fady adalah konsep sosiokultur yang berisikan aturan dan larangan sejak nenek moyang orang-orang Malagasi atau suatu etnis di Madagaskar. Fady dapat diterapkan kepada tempat, tumbuhan, hewan, dan orang tertentu. Mereka yang melanggar fady, lehernya akan patah dan kepalanya akan terbalik
Menurut Michael Randriamaniraka, animisme yang masih umum dipercayai masyarakat Madagaskar dan fady adalah pembatas antara duniawi dengan surgawi.
Budaya-budaya yang bertujuan melestarikan lingkungan banyak terdapat di berbagai negara. Budaya ini harus dilestarikan agar lingkungan terjaga. Agar generasi selanjutnya dapat menikmati lingkungan yang sehat serta kebudayaan yang melekat di tempat tinggal mereka. Generasi selanjutnya harus dapat menikmati hak ini, lingkungan dan kebudayaan.
Ikuti tulisan menarik Almanico Islamy Hasibuan lainnya di sini.
