Sungguh tahun 2022 ini benar adanya tahun koordinasi politik untuk tujuan 2024. Era informasi dan teknologi ini digunakan untuk merekrut suara dan menebar pengaruh karena inilah era partai merah berakhir.
Bagai virus corona yang mudah menjalar isu tendangan sajen (waktu duka seneru belum reda) ditambah aksi Arteria Dahlan yang tidak suka suatu bahasa daerah hingga wartawan senior Edy Mulyadi yang mengomentari calon tempat IKN di Kalimantan Timur.
Tampaknya isu SARA ini besar karena media (medsos). Dan sepertinya media umum kembali meniupnya sehingga semua unsur di calon IKN di Pulau Kalimantan meradang adanya.
Sungguh ini sudah diprediksi para ahli bahwa pemerintah saat ini ujungnya biasa digoyang oleh isu SARA adalah sebuah kelemahan, nyata adanya.
Ketika mimbar kritik dibungkam UU ITE dab mural pun dicurigai maka isu ini cepat dan bisa timbulkan rasa senasib sepenangunggan. Itulah efektifnya isu Suku, Agana, ras dan antar golongan.
Betapa sebenarnya ini aksi politik yang berbahaya bila manuver ini untuk goyang penguasa saat ini.
Hakekatnya bisa dihindari namun banyak kubu dan sebagai oposan selalu gunakan isu ini untuk pembunuhan karakter dan juga memfitnah atas agama dan idiom paham politik tertentu untuk menghantam lawan dan kawan mereka.
Namun sebuah kritik konstruktif juga bisa elegan tidak usah menendang sesajen, atau menyuruh orang tidak berbahasa daerah tertentu dan menolak pembangunan IKN baru itu hak mereka namun jangan pakailah unsur-unsur SARA ini untuk hantam penguasa saat ini.
Karena kita sudah sepakat dengan ke Bhineka Tunggal Ika maka cobalah kritik yang lebih elegan dan proporsional adanya.
Mengapa isu SARA dimanfaatkan?
Ini sebabnya kita sudah terlena nina bobok hampir 24 tahun eforia demokratis ini kita lupa sendi-sendi kebangsaan kita kurang pelumas dan mudah diguncang isu tersebut.
Belajarlah arif untuk bisa rekatkan lagi sendi-sendi ini dan bila isu ini digunakan bisa jadi perpecahan itu akan nyata adanya.
Kekhawatiran itu benar nyata dan terbukti pernyataan DM tentang kritik untuk calon IKN di Kalimantan berhasil sulut api SARA ini.
Siapa bermain untuk apa?
Jawaban bisa jadi lawan atau oposan juga bisa jadi kawan serta kaum ekstrem kanan (kiri )atau malah ini penguasa sendiri untuk tes atas calon IKN di Kalimantan tersebut semoga bukan.
Hanya saja benar adanya bila isu ini masih sangat Gaskan ( kata generasi milenia saat ini) untuk di gunakan mengkritik dan menghantam kawan maupun lawan juga penguasa saat ini tetapi tolonglah apakah harus begini?
Karena isu harga tunggal minyak goreng (sawit) lebih sexy dan bingungkan ibu rumah tangga dan pengusaha gorengan daripada isu SARA beginian.
#Sayid Jumianto, S.Pd
seorang guru yang baru belajar menulis
Ikuti tulisan menarik Sayid Jumi Anto S.Pd lainnya di sini.