x

Iklan

Dimas Sianipar

Bekerja di BMKG. Alumnus STMKG. Mahasiswa Ph.D. di TIGP Earth System Sciences, Academia Sinica - National Central University, Taiwan
Bergabung Sejak: 26 Januari 2022

Kamis, 27 Januari 2022 08:07 WIB

Menyimak Model Gempa Aceh 2004 Terbaru

Model gempa megathrust Aceh tahun 2004 dihasilkan oleh riset terbaru!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gempa Banten magnitudo 6,6 tanggal 14 Januari 2022 lalu membuat banyak orang kembali teringat tentang potensi gempa megathrust. Seperti halnya, gempa megathrust dan tsunami tahun 2004 yang terjadi di sekitar Aceh.

Gempa Aceh tanggal 26 Desember 2004 magnitudo 9,1 adalah salah satu gempa terbesar di dunia. Gempa megathrust ini membangkitkan tsunami yang besar dan merusak.

Gempa Aceh juga merupakan gempa yang paling banyak diteliti oleh ilmuwan kebumian di seluruh dunia. Data dari International Seismological Center (ISC) Event Bibliography, per bulan Januari 2022, ada sebanyak 903 artikel ilmiah berkualitas internasional yang membahas gempa Aceh 2004 ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gempa dapat diteliti dengan beberapa pendekatan. Biasanya, yang pertama, adalah dengan observasi/pengamatan dengan data seismik (geofisika), geodetik, dan/atau geologi. Yang kedua, adalah dengan simulasi komputer dengan berbagai formula fisika-matematika. Yang ketiga, dengan melakukan eksperimen fisik di laboratorium.

Terbaru, peneliti menghasilkan temuan penting tentang faktor dominan apa saja yang mempengaruhi gempa dan tsunami Aceh tahun 2004. Mari kita simak!

Tiga Faktor Penting

Dalam publikasi ilmiah terbaru yang ditulis di jurnal Nature Geoscience di awal tahun 2022 ini, Dr. Thomas Ulrich dan kawan-kawan, membuat model terbaru gempa Aceh 2004. Model gempa terbaru tiga dimensi ini dihasilkan dengan simulasi multi-fisika dengan komputasi kinerja tinggi.

Penelitian ini menggabungkan tiga hal: data observasi, fisika gempa, dan model/simulasi skala besar, yang langka dilakukan oleh para peneliti.

Artikel ilmiah tersebut berjudul "Stress, rigidity and sediment strength control megathrust earthquake and tsunami dynamics", diterbitkan di salah satu jurnal ilmiah terkemuka di bidang ilmu kebumian.

Model gempa Aceh 2004 terbaru ini mengungkapkan apa saja faktor yang mempengaruhi dinamika patahan saat terjadi gempa, dan mengapa gempa itu membangkitkan tsunami yang sangat besar.

Ternyata, ada tiga faktor penting yang diungkapkan, yaitu: tegangan tektonik (stress), kekakuan batuan (rigiditas), dan kekuatan sedimen di patahan megathrust.

Ternyata, variabilitas tegangan tektonik (stress) regional sepanjang busur tektonik mempengaruhi dinamika patahan gempa. Tegangan tektonik ini mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gempa dari titik awal, dan mengungkapkan gempa bergerak jauh ke arah utara, tetapi tidak ke arah selatan.

Selain itu, variasi kekakuan (rigiditas) batuan pada kedalaman, juga sangat mempengaruhi dinamika gempa tersebut. Kekakuan batuan ini membuat pematahan gempa (rupture) menjadi lebih cepat di kedalaman yang lebih dalam, dan lebih lambat di dekat palung (lebih dangkal). Selain itu, kekakuan batuan juga berpengaruh pada bentuk bagian depan patahan yang menjalar ke arah utara.

Ditambah lagi, kekuatan sedimen di dekat patahan megathrust tersebut, juga mempengaruhi apa yang terjadi selama gempa dan tsunami Aceh tahun 2004.

Untuk mendapatkan tiga faktor kunci ini, simulasi komputer yang dihasilkan itu mengkombinasikan berbagai observasi dan masukan skala regional yang jauh lebih rinci daripada yang sudah dibuat sebelumnya.

Kapabilitas komputer kinerja tinggi juga menjadi faktor kunci untuk bisa menggabungkan berbagai data dan informasi dengan resolusi yang tinggi.

Data yang digunakan meliputi data batimetri dan struktur yang detail, rekaman seismograf, data satelit, pengamatan laju karang, akustik, sensor GPS, dan data seismologi lainnya, seperti laju pergerakan lempeng, tegangan tektonik, sejarah gempa, dan model fisika.

Perlu diingat, patahan megathrust selalu menjadi tuan rumah bagi gempa sangat besar yang memicu tsunami besar. Oleh karena itu, hasil riset terbaru ini sangat penting untuk menghitung bencana dan resiko seismik pada suatu wilayah, misalnya di zona subduksi di wilayah Indonesia.

Mitigasi bencana gempa tektonik dapat diperkuat dengan memperhatikan tiga faktor penting tersebut, yang menunjukkan kenapa gempa bisa menjadi sangat besar, dan kemana dia bergerak. Faktor itu juga menjawab mengapa gempa megathrust menghasilkan tsunami yang besar.

Ikuti tulisan menarik Dimas Sianipar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu