x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Rabu, 2 Februari 2022 19:04 WIB

Kamu, Mau Jadi Pemenang atau Pecundang?

Ini soal pemenang dan pecundang di taman bacaan. Ada yang memberi bukti ada yang menunggu bukti. Terserah Ada mau jadi apa?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Siapa pun, saat ditanya, mau jadi pemenang atau pecundang?

Pasti jawabnya, semua orang mau jadi pemenang. Tidak ada seorang pun yang mau jadi pecundang. Karena pemenang selalu berjiwa pantang menyerah. Hingga mampu menaklukkan tantangan bahkan dapat mengalahkan musuh-musuhnya. Sementara pecundang hanya bisa berkeluh-kesah, lalu menghasut untuk melihat apa pun dari sisi keburukan. Satu yang pasti, pecundang hanya bermentalitas “korban”. Seolah apa yang dialaminya akibat perbuatan orang lain.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa pun dan di mana pun. Selalu saja ada kaum pemenang atau pecundang. Pemenang, mereka yang hanya tahu berbuat dan terus bekerja keras untuk mewujudkan impian. Sementara pecundang, hanya bisa berceloteh dan menuntut orang lain bertindak seperyi yang dipikirkannya. Pecundang sering kali banyak omong tapi aromanya negatif. Tanpa ada karya sepotong pun.

 

Pemenang atau pecundang, pasti ada dan terjadi. Siap pun boleh punya ilmu tinggi. Tapi bila tidak bermanfaat untuk orang lain tentu hanya sampah belaka. Harta dan uang boleh sebanyak apa pun. Namun bila tidak dibagi atau disedekahkan ke orang yang membutuhkan pun hanya jadi sampah. Status sosial, gaya hidup, bahkan pangkat dan jabatan setinggi apa pun. Hanya omong kosong bila tidak digunakan untuk memberdayakan atau membantu orang lain. Jadi, pemenang atau pecundang itu pilihan.

 

Sejatinya, pemenang atau pecundang bedanya hanya satu. Terletak pada “action” atau tindakan.  Pemenang bertindak untuk wujudkan tujuannya. Sementara pecundang hanya berdiam diri. Pemenang selalu bilang “Biarkan saya yang mengerjakannya untuk Anda”. Sementara pecundang bilang, “Itu bukan pekerjaan saya, biarkan saja dia yang lakukan”. Pemenang selalu optimis, “Itu memang sulit, tapi mungkin bisa dilakukan”. Sementara pecundang dengan pesimis bilang, “Itu tidak mungkin, karena terlalu sulit”. Pemenang bertekad, “Saya harus melakukan sesuatu”. Sementara pecundang hanya omong, “Bukan saya yang harus lakukan”. Saat kebobrokan terjadi di lingkungannya, pemenang bilang, “Itu salah saya”. Sementara pecundang selalu cuci tangan dan bilang, “Itu bukan salah saya”. Itulah beda pemenang dan pecundang.

 

Seperti di taman bacaan pun, ada pemenang dan pecundang.

Pemenang, mereka yang selalu mengantar anaknya saat membaca. Ikut membantu dan menyuruh anak-anak membaca di taman bacaan. Bersedia menjadi relawan sekalipun tinggalnya jauh. Atau berkontribusi sekecil apa pun demi tegaknya kegemaran membaca. Sementara pecundang, mereka hanya bisa berdiam diri. Apatis bahkan menampung anak-anak yang keluar dari taman bacaan. Boro-boro membantu, menyuruh anak-anak membaca pun tidak. Hidupnya ingin berubah tapi hanya berdiam diri atau meminta-minta. Pemenang, taman bacaan didekati sebagai ladang amal. Sementara pecundang, taman bacaan justru dijauhi sebagai ladang dosa. Itulah beda pemenang dan pecundang di taman bacaan.

 

Maka di taman bacaan, siapa pun bisa jadi pemenang atau pecundang. Bedanya hanya di aksi atau tindakan. Pemenang selalu berbuat, pecundang selalu berdiam diri. Pemenang hanya melihat jawaban dari setiap masalah. Sementara pecundang selalu melihat masalah dari setiap jawaban. Pemenang bikin program, sementara pecundang mencari kambing hitam. Pemenang masuk menjadi sebuat tim, sementara pecundang keluar dari tim. Hanya kemudahan yang dilihat pemenang, sementara kesulitan selalu ada di otak pecundang. Pemenang berbuat sampai tuntas, sementara pecundang bergerak tapi kandas. Pemenang bikin jalan, pecundang bikin alasan.Pemenang hanya memberi contoh, sementara pecundang berteriak mencemooh. Realitas itu terjadi kok di taman bacaan.

 

Di taman bacaan, pemenang selalu menemani sementara pecundang memusuhi. Pemenang berjuang untuk terjadi, sementara pecundang hanya bisa membenci.

 

Jadi, terserah Anda saat berada di taman bacaan. Mau jadi pemenang atau pecundang?

Hanya ada satu ciri pembeda antara pemenang dan pecundang di taman bacaan. Pemenang selalu “menjadi bukti”, sedangkan pecundang hanya “menunggu bukti”. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustsaka

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler