x

cover buku Biographical Notes of Antonie Augustus Bruijn

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 11 Februari 2022 09:40 WIB

Antonie Augustus Bruijn - Pedagang Burung Dari Ternate

Maluku mempunyai peran penting dalam menyumbang perkembangan ilmu taksonomi. Salah satu tokoh yang berjasa di bidang ini adalah Antonie Augustus Bruijn.Ia menjadi pedagang spesimen, khususnya burung. Spesimennya dijual ke Eropa dan dijadikan bahan untuk pengembangan ilmu taksonomi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Biographical Notes of Antonie Augustus Briujn (1842-1890)

Penulis: C. J. Heij

Tahun Terbit: 2011

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: IPB Press

Tebal: xiv + 145

ISBN: 978-979-493-294-0

 

Dalam sejarah Indonesia, kehadiran orang-orang Belanda hanya ditulis dari satu perspektif; yaitu sebagai penjajah. Cara pandang yang demikian memang tidaklah salah. Sebab bukti-bukti bahwa Belanda telah menggunakan kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan mereka sendiri memang tak terbantahkan. Cara pandang yang demikian juga penting bagi bangsa yang baru merdeka dan sedang membangun jati diri.

Namun setelah kita merdeka selama 77 tahun dan sudah kuat sebagai Indonesia, mestinya kita perlu untuk melihat orang-orang Belanda – setidaknya secara individu, yang berjasa bagi Indonesia. Kita mengenal Juhnhun (ia orang Jerman tetapi berwarganegaraan Belanda) yang datang ke Hindia Belanda untuk memetakan geologi, gunung-gunung dan tetumbuhan di Jawa dan Sumatra. Juhnhun juga sangat berjasa dalam pembudidayaan pohon kina yang sangat penting dalam pengobatan malaria. Ada juga Christian Eijman yang menemukan penyebab penyakit beri-beri. Ada pula L.F. Preager yang meneliti keanekaragaman pangan di Jawa yang hasilnya bisa menurunkan kematian akibat penyakit beri-beri.

Upaya untuk memberi penghargaan kepada orang-orang Belanda atau orang Barat yang berjasa itu memang telah dilakukan. Namun masih sangat terbatas. Nama-nama mereka disematkan menjadi nama daerah, nama jalan atau nama institusi. Juga disinggung sedikit dalam pelajaran di sekolah. Penghargaan kepada individu-individu tersebut tentu bukan untuk menyanjung pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tetapi untuk menunjukkan bahwa Hindia Belanda sangat penting artinya bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Buku “Biographical Notes of Antonie Ausgustus Bruijn” ini adalah salah satu dokumentasi tentang orang-orang Belanda yang berjasa di masa Hindia Belanda. Antonie Ausutus Bruinj (Bruijn) adalah seorang pedagang spesimen hewan dan tumbuhan – khususnya burung, dari Ternate pada pertengahan abad 19.

Melalui perdagangan spesimen inilah ilmu taksonomi berkembang pesat di Eropa. Perdagangan spesimen dari Hindia Belanda pada masa tersebut memang luar biasa besar volumenya. Buku ini menyebutkan setidaknya ada 69 Musium di Eropa yang melakukan studi spesimen dan menjadi pelanggan spesimen dari Hindia Belanda (hal. 13).

Siapakah A. A. Bruijn? Bruijn lahir di Rotterdam pada tanggal 27 Desember 1842 (hal. 26). Bruijn kemudian masuk ke Angkatan Laut Belanda (Koninklijke Marine) yang membawanya ke Maluku. Ia menikahi  Adolphine Susanna Wilhelmina van Renesse van Duivenbode di Ternate. Adolphine Susanna Wilhelmina van Renesse van Duivenbode adalah putri dari Maarten Dirksz van Renesse van Duivenbode. Maarten dijuluki sebagai “Raja Ternate.” Ibunya adalah seorang tionghoa bernama Gim Nio.

Bruijn menjabat sebagai Kapten Komandan Pengamanan Sultan Ternate, sebelum menjadi pedagang, khususnya berdagang spesimen burung. Saat Alfred Russel Wallace bepergian ke Maluku, ia menginap di rumah milih Bruijn (hal. 46). Demikian juga dengan Achille Raffray yang diutus oleh Menteri Pendidikan Perancis ke Maluku untuk melakukan ekpsedisi, juga menyebut Bruijn dalam laporannya. Hal ini mebuktikan bahwa Bruijn sudah dikenal baik di kalangan para peneliti tumbuhan dan hewan dari Eropa.

Bruijn bukan sekadar pedagang. Tetapi dia juga melakukan ekspedisi sendiri untuk mengumpulkan spesimen. Bruijn juga membuat catatan ekspedisinya ke Pulau Karon yang dikirimkannya ke Geographical Society di Amsterdam (hal. 74). Publikasi ekspedisinya tersebut menggambarkan kehidupan di Pulau Karon (termasuk kanibalisme) serta fauna yang ada di pulau ini.

Melalui buku ini kita bisa belajar bahwa Indonesia di Jaman Hindia Belanda berperan penting dalam perkembangan ilmu biologi, khususnya taksonomi. Para peneliti utama, seperti Alfred Russel Wallace pernah melakukan perjalanan ke wilayah ini. Orang-orang Belanda dan Perancis yang ada di Hindia Belanda terlibat aktif dalam perdagangan spesimen yang digunakan untuk pengembangan ilmu biologi di Eropa.

Semoga semakin banyak buku tentang orang-orang yang berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dari wilayah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia. Tidak penting apa suku dan bangsanya. Dengan demikian kita bisa bangga karena wilayah ini menjadi salah satu sumber berkembangnya ilmu pengetahuan bagi dunia. 655

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler