x

Jokowi

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Juli 2021

Minggu, 13 Februari 2022 19:13 WIB

Nasib Hilirisasi Aspal Buton di Akhir Masa Pemerintahan Pak Jokowi

Pemerintahan Pak Jokowi sebentar lagi akan berakhir di tahun 2024. Aspal Buton masih belum juga mampu menggantikan aspal impor. Apa sebenarnya masalah aspal Buton, sehingga Pak Jokowi kesulitan untuk menyelesaikannya? Apakah itu masalah “tehnis”, “ekonomis”, atau “politis”. Kalau masalahnya adalah masalah “politis”, maka hanya Pak Jokowi sendiri sebagai seorang Presiden Republik Indonesia yang akan mampu menuntaskannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemeritahan Pak Jokowi sebentar lagi akan berakhir di tahun 2024. Waktunya kurang dari 3 tahun lagi. Ironinya, aspal Buton masih belum juga mampu menggantikan aspal impor. Apa yang salah? Mengapa hal ini bisa terjadi? Apa kesan dan penilaian kita sebagai rakyat Indonesia terhadap kinerja pemerintahan Pak Jokowi selama ini? Apakah gagal atau belum berhasil? Karena Pak Jokowi masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki, meningkatkan, dan memaksimalkan upaya-upaya untuk melipatgandakan performa dan prestasinya di sisa waktu yang kurang dari 3 tahun lagi ini.

Mengapa instruksi Pak Jokowi di awal tahun 2015 kepada seluruh Kementerian terkait untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton sampai sekarang ini masih belum juga dapat terwujud? Hal ini perlu dikaji dan dievaluasi secara serius oleh Pak Jokowi dan para Menterinya. Waktu 7 tahun lebih adalah masa yang sangat lama sekali untuk suatu upaya mewujudkan sebuah instruksi tersebut. Rasanya ada sesuatu yang tidak lazim. Dan penyebab dari kondisi “anomali” ini kelihatannya tidak dapat diterima oleh akal sehat sama sekali. Mungkin pertanyaan ini hanya Pak Jokowi sendiri yang akan dapat menjawab dan menjelaskannya. Dan rakyat Indonesia masih harus menunggu pertanggung jawaban Pak Jokowi di akhir masa pemerintahannya nanti.

Tentunya rakyat Indonesia masih sangat mengharapkan di akhir masa pemerintahan Pak Jokowi yang tinggal tersisa kurang dari 3 tahun ini, Pak Jokowi akan masih bisa melakukan sebuah kejutan. Yaitu, sebuah gebrakan cerdas dan arif bijaksana mengeluarkan sebuah Keputusan Presiden (Keppres) yang menyatakan bahwa “Program Hilirisasi Aspal Buton adalah Program Prioritas dan Strategis Nasional untuk menggantikan aspal impor. Dan implementasi program ini harus sudah terwujud sebelum pemerintahan Pak Jokowi berakhir di tahun 2024”. Apabila Pak Jokowi sependapat dengan pemikiran ini, maka rakyat Indonesia patut mengacungkan 2 jempol untuk kebijakan cerdas Bapak Presiden Joko Widodo yang pro rakyat ini. Dan tidak diragukan lagi bahwa Pak Jokowi memang sudah sepantasnya untuk menyandang gelar kehormatan sebagai “Bapak Infrastruktur Indonesia”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apabila Keppres ini benar-benar akan segera diterbitkan oleh Pak Jokowi, maka semua Kementerian terkait akan dipacu untuk berupaya semaksimal dan secepat mungkin agar target yang sudah ditetapkan oleh Pak Jokowi ini akan dapat segera terwujud sebelum tahun 2024. Dan hal ini bukannya sesuatu yang tidak mungkin. Karena sejatinya akar dan inti permasalahan aspal Buton adalah masalah “politis”, dan bukan masalah “”tehnis” atau pun “ekonomis”. Yaitu masalah “politis” mengenai tingkat kepercayaan para Investor terhadap kesungguhan hati atau “political will” dari kebijakan pemerintah Indonesia untuk mewujudkan wacana aspal Buton menggantikan aspal impor. Dan isu “politis” atau “political will” ini hanya Pak Jokowi sendiri, sebagai Presiden Republik Indonesia, yang akan mampu menyelesaikannya.

Hilirisasi aspal Buton adalah rekomendasi dari para pakar dan ahli ekonomi yang sudah disampaikan kepada Bapak Presiden Joko Widodo sejak lama. Tetapi implementasinya masih menemui jalan buntu. Dan ada kesan seolah-olah sengaja diabaikan. Padahal Pak Jokowi sendiri sudah sering kali mengatakan di depan umum bahwa hilirisasi industri adalah sangat penting bagi Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah di sektor industri. Dengan demikian Indonesia akan mampu membuat produk barang-barang jadi siap pakai dengan menggunakan bahan mentah miliknya sendiri. Dan sudah tidak perlu melakukan impor lagi. Kalau bisa, malah Indonesia yang akan mengekspor. Jadi mengapa hilirisasi aspal Buton selama ini telah menjadi “anak tiri”?. Apa bedanya hilirisasi aspal Buton dengan hilirisasi-hilirisasi Industri yang lainnya?  

Mengutip berita dari kompas.com tanggal 24 Januari 2022 dengan judul Resmikan Groundbreaking Hilirisasi Batu Bara, Jokowi Minta 30 Bulan Proyek Harus Selesai, Jangan Mundur. Berita ini mengenai Pak Jokowi meresmikan dimulainya pembangunan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang berada di Muara Enim, Sumatera Selatan. Pak Jokowi menjelaskan produk yang dihasilkan dari hilirisasi batu bara adalah Dimethyl Ether (DME) yang dapat dipergunakan untuk memasak, sama halnya dengan gas LPG. Sehingga, jka Proyek ini dilanjutkan, akan dapat menghemat biaya impor LPG senilai Rp. 80 triliun per tahun.

Apabila kita membaca berita di atas dan mengkaitkannya dengan wacana hilirisasi aspal Buton, maka alangkah miris dan pilunya nasib hilirisasi aspal Buton ini. Logika dan akal sehat kita sudah tidak bisa menerima lagi apa yang sedang terjadi dengan nasib hilirisasi aspal Buton. Untuk menguji nalar kita yang masih sehat, ayo mari kita bandingkan keuntungan negara antara implementasi proyek hilirisasi batu bara dengan proyek hilirisasi aspal Buton.

Indonesia mengimpor aspal per tahun dengan asumsi 1,5 juta ton per tahun. Asumsi harga aspal impor sekarang ini adalah US$ 563 per ton. Dengan demikian, hilirisasi aspal Buton akan menghemat devisa negara per tahun sebesar US$ 844,500.000. Dan kalau dirupiahkan kurang lebih Rp. 12.667.500.000.000, atau senilai Rp. 12 triliun lebih per tahun. Memang nilai tambah untuk proyek hilirisasi aspal Buton ini adalah lebih kecil apabila dibandingkan dengan proyek hilirisasi batu bara. Tetapi jumlah uang Rp. 12 triliun lebih per tahun itu akan dimanfaatkan di dalam negeri untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mungkin para ahli ekonomi yang akan dapat menghitung secara profesional dampak signifikan dari “multiply effect” nilai tambah dari hilirisasi aspal Buton terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia, khususnya rakyat yang tinggal di Pulau Buton. 

Sejatinya Pak Jokowi harus memperoleh informasi “jujur” yang lebih jelas dan lengkap mengenai potensi keuntungan negara secara “politis” dengan adanya proyek Hilirisasi Aspal Buton ini. Keuntungan negara secara “tehnis” dan “ekonomis” sudah bukan merupakan masalah yang perlu diperdebatkan lagi sekarang ini. Tetapi untuk menyelesaikan masalah “politis” aspal Buton, satu-satunya kunci solusinya berada di tangan Pak Jokowi dan para Menterinya. Oleh karena itu rakyat Indonesia, khususnya rakyat yang tinggal di Pulau Buton, harus mendorong dan mendesak Pak Jokowi melalui perjuangan rakyat “Gerakan Aspal Buton Menggantikan Aspal Impor” agar solusi masalah aspal Buton ini dapat Pak Jokowi tuntaskan sebelum pemerintahan Pak Jokowi akan berakhir di tahun 2024.

Pemerintahan Pak Jokowi telah mengimplementasikan program hilirisasi tembaga, nikel, dan batu bara. Dengan mengacu kepada fakta dari kebijakan pemerintahan Pak Jokowi ini, maka program hilirisasi aspal Buton seharusnya sudah diimplementasikan juga persis sama dan sejalan dengan program hilirisasi-hilirisasi industri yang lainnya ini. Apa yang membuat program hilirisasi aspal Buton ini berbeda? Apakah karena kebergantungan pemerintah Indonesia terhadap aspal impor sudah sedemikian besarnya, sehingga sudah tidak mungkin bisa diganggu gugat lagi oleh aspal Buton? Hal ini adalah sangat tidak masuk akal sama sekali. Aspal Buton sebentar lagi akan genap berusia 1 abad di tahun 2024. Padahal ini adalah momentum yang paling tepat untuk kebangkitan aspal Buton menggantikan aspal impor. Dan tahun 2024 sudah sangat dinanti-nantikan oleh anak-anak Bangsa. Termasuk saya sendiri. 

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB