Lorong trotoar itu sedemikian sepi oleh canda tawanya telah lenyap yang ada deretan toko yang coba tawarkan lagi kehangata ala Jogja kehangatan industri yang harus di coba untuk menghidupkan lagi gemerlap lorong yang di balik kaca-kaca toko yang menawarkan lagi hidup berkelas dan modis ditengah hawa modern dan masih mencekamnya covid serta omocron yang sedang naik di ujung Jogja hari ini.
Seorang setengah tua sedang menant sedikit pemandangan rupa dagangannya dan beberapa orang karyawan membantu membenahi depan tokonya yang sudah lenggang itu aku tertegun sejenak memandang sepinya lorong trotoar. Lorong yang semakin sepi karena pesona Heritage yang konon aan diakui oleh UNESCO bila lorong trotoar ini bersih dari kaki lima.
Kenangan itu masih membekas karena ada rasa yang dulu pernah singgah darimu, simpel karena batik dan jualan cinera matalah aku menemukan cinta mu itu.
"Sudah pindah semua "kata pemilik toko yang msih keturunan china itu, dulu ada kamu didepannya
"sudah lama kah pindahnya?" aku mencoba korek keterangannya
"baru seminggu mas itu di bekas bioskop ratih depan beringharjo, ada juga yang di bekas kantor dinas pariwisata itu mas " kata sang babah semangat memberitahuku saat itu.
" di wa mawon mas kalau punya no hpnya kata mba-mba penjaga toko didekat babah yang menjawab pertanyaanku saat itu.
Sungguh mengapa semua harus eperti ini demi ya demi indahnya Jogja tercinta konon sudah hampir 18 tahun keinginan untuk membebaskan Malioboro ini dari apa yang di namakan keriuhan dan ramainya lorong ini.
"semua harus pindah dan semua manut saja to mas tidak ada yang nolak walau sebagaian masih mencari keadilan di DPR dan kantor LBH sama saja ujungnya harus pergi juga dari sini" itu WA terakhirmu dan aku kehilangan kontak hingga detik ini.
"haruskah begitu atau haruskan pindahan "jawaban yang tidak pernah kamu jawab sampai detik ini
"pasarah mas" katamu dan semu seperti malam yang kelabu hilang tertelan pagi yang indah dan silauny matahari hari ini.
.....Gerimis hujan di ujung Malioboro
gerimis itu seakan menjadi saksi
ketika hujan lebat semakin nyata
derasanya bisa tumbangkan apapun
anginnya keras membuat pintu dan genteng bertebaran
seakan menjadi saksi air hujannya tetesnya membasahi ujung jalan ini.....
Waktu seakan kembali membeku mencari tatanan baru yang membuat semua orang berharap banyak kepada sang waktu, semua berbalik seperti kehilangan yang ada dan pernah ada yang semua harus menjadi nyata adanya.
Aku mencarimu tentang canda tawamu yang tidak pernah ada lagi tentang riuhnya pedagang kaki lima yang entah akan bagaimanapun tidak akan bis atergantikan oleh cafe dan restoran penuh bisnis dan memikirkan uang.
Semua tidak akan pernah tergantikan lagi ...
#sayidj
Ikuti tulisan menarik Sayid Jumi Anto S.Pd lainnya di sini.