x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Kamis, 17 Februari 2022 12:47 WIB

Kecerdasan Anak Bukan Hanya Akdemik, Inilah Kisah dari Taman Bacaan

Semua anak itu pasti cerdas. Maka jangan berprasangka buruk kepada anak. Inilah kisah 4 anak cerdas di taman bacaan, bukan kata guru atau orang tua

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap anak itu cerdas. Maka berprasangka baiklah kepada anak-anak.

Agar tidak ada lagi kata-kata yang menyebut “anak guru kok tidak cerdas” atau “anak kampung memang bodoh”. Ketahuilah, banyak anak-anak rusak atau gagal karena kelalaian orang tuanya. Maka jangan terlalu mudah berkata buruk kepada anak-anak. Bila akhirnya mempersulit masa depan mereka. Percayalah, setiap anak itu cerdas!

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiap anak itu cerdas, baik di kampung maupun di kota. Hanya saja kecerdasan anak berbeda-beda. Sekalipun saudara sekandung. Karena tiap anak punya ciri dan kemampuan yang tidak sama. Maka jangan banding-bandingkan mereka. Apalagi disuruh seperti ayah atau ibunya. Kecerdasan anak itu beragam sekaligus unik, masing-masing tidak sama.

 

Suatu kali di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Di papan tulis digambarkan sebatang pohon kelapa. Lalu, salah satu buahnya jatuh. Ada pertanyaan sederhana untuk anak-anak. “Apa yang kamu lakukan saat melihat buah kelapa itu jatuh, apa yang dilakukan?” Ada 4 anak yang menunjuk tangan. Dengan antuasias mereka siapkan jawaban atas kejadian buah kelapa yang jatuh di depan matanya.

 

Anak ke-1 menjawab bahwa buah kelapa jatuh dari ketinggian 14m. Setelah dihitung menentukan sudut dan mengira berat kelapa di secarik kertas dengan rumus matematika dan fisika yang diketahuinya. Apakah anak ini cerdas? Iya, anak yang cerdas secara akademik.

 

Sedangkan anak ke-2 menjawab akan memungut buah kelapa yang jatuh dan membawanya ke pasar untuk dijual ke pedagang laku Rp 3.000. Apakah anak ini cerdas? Iya, anak yang cerdas secara finansial.

 

Lalu anak ke-3 lain lagi, dia menjawab akan mengambil dan membawa keliling sambil menanyakan, pohon kelapa itu milik siapa? Buah kelapanya jatuh dan saya mau kembalikan kepada yang punya pohon. Apakah anak ini cerdas? Iya, anak yang cerdas secara karakter,

 

Dan akhirnya anak ke-4 pun menjawab dia mengambil buah kelapa kelapa yang jatuh dan memberikan kepada seorang bapak yang sedang kepanasan di pinggir jalan untuk diminumnya. Apakah anak ini cerdas? Iya, anak yang cerdas secara sosial.

 

Cerita di atas sangat jelas membuktikan, bahwa setiap anak itu cerdas. Anak ke-1 punya kecerdasan akademik. Anak ke-2 punya kecerdasan finasial. Anak ke-3 punya kecerdasan karakter. Dan anak ke-4 punya kecerdasan sosial. Sekali lagi, setiap anak punya kecerdasan-uniknya masing-masing. Tidak sama antara anak satu dengan anak lainnya. Tapi sayang hari ini, banyak guru atau orang tua hanya menilai kecerdasan anak hanya dari satu sisi saja. Hanya “kecerdasan akademik”, sebagai ukuran cerdas atau tidaknya anak.   

 

Orang tua dan guru sering lupa. Kecerdasan anak bukan hanya nilai rapor. Bukan pula sebatas nilai ulangan di sekolah. Apalagi menuding siswa IPA lebih pintar daripada siswa IPS yang kini di kurikulum “Merdeka Belajar” sudah tidak ada lagi. Maka hargai tiap kecerdasan setiap anak. Biarkan mereka meraih kecerdasan dalam hidup dengan caranya sendiri, sesuai potensi dan kemampuannya. Entah cerdas secara akademik, finansial, karakter atau sosial.

 

Prinsip kecerdasan universal inilah yang diajarkan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak yang kini menjadi tempat membaca buku 130 anak pembaca aktif usia sekolah dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya). Seminggu 3 kali membaca dan kini rata-rata mampu membaca 3-8 buku per minggu per anak. Selain jadi tempat baca, taman bacaan cukup menjadi tempat untuk setiap anak mengenal potensi dirinya sendiri melalui buku bacaan. Karena setiap anak itu unik dan cerdas.

 

Jangan lagi menilai anak hanya dari kecerdasan akademik. Karena sejatinya, setiap anak pasti cerdas sesuai potensinya masing-masing. Bangun optimisme dan semangat pada dirinya. Agar dapat mengarungi lautan kehidupan di masa depannya. Tanpa bantuan orang tua atau guru sekalipun.

 

Karena anak cerdas bukan karena tudingan orang tua. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler