x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Jumat, 25 Februari 2022 16:00 WIB

Inilah 4 Sebab Kamu Sering Terpenjara Pikiran Sendiri dan Jadi Frustrasi

Banyak orang pesimis, banyak pegiat literasi mengeluh. Akibat terpenjara pikiran sendiri, belum mencoba sudah mencibir sendiri. Apa sebabnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mungkin di dunia ini, penjara yang paling sulit untuk bebas adalah penjara pikiran. Terlalu sering takut, terlalu khawatir yang berlebihan. Sehingga tidak mampu berbuat dan melakukan apa pun. Belum mencoba sudah pesimis duluan. Belum memulai sudah diakhiri sendiri. Punya potensi dan kesempatan tapi tidak dimanfaatkan secara optimal. Akibat terpenjara pikiran sendiri.

 

Baru punya masalah sedikit, bisanya hanya berkeluh-kesah. Baru dimusuhi orang seperti jadi korban yang paling menderita. Baru tidak punya uang, gayanya seperti orang paling miskin sedunia. Lupa bahwa masalah dan tantangan itu dihadirkan untuk menempa diri. Agar memiliki jiwa yang kuat sekaligus meningkatkan iman dan takwa. Akibat terpenjara pikiran sendiri, jadi lupa bersyukur. Bahwa apa yang dialami dan dianugerahi kepada siapa pun, sejatinya sudah pantas untuknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Seperti pegiat literasi di taman bacaan pun sering terpenjara pikiran sendiri. Koleksi bukunya sedikit sudah frustrasi. Anak-anak yang membaca sedikit sudah kecewa. Taman bacaannya begitu-begitu saja, sudah berpikir tidak mau diteruskan. Belum berjuang optimal, belum berkreasi yang maksimal di taman bacaan sudah gampang menyerah. Maka tidak ada kata lain, pegiat literasi “dikarang” terpenjara pikiran sendiri. Harus selalu berpokir positif dan optimis dalam ber-literasi. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat ke depan.

 

Jangan biarkan terpenjara pikiran sendiri.

Banyak orang menyangka gajah jalannya pelan. Padahal gajah, bila sudah ngamuk, dampaknya sangat dahsyat. Gajah itu mampu berjalan lebih dari 40 km per hari, bahkan bisa merusak satu kampung dan merobohkan pohon sebesar apa pun. Tapi gajah seliar apa pun, tidak akan mampu berbuat apa-apa bila kakinya sudah diikat, dirantai kuar seperti penjara. Gajah tidak bebas bergerak sekalipun hanya diikat seutas tali kecil. Saat diikat di tiang kecil, gajah pun tidak bisa berbuat apa-apa. Begitulah analogi, orang yang terpenjara pikiran sendiri.

 

Terpenjara pikiran sendiri. Ketika siapa pun termasuk pegiat literasi di taman bacaan terlalu pesimis dalam hidup, Pikirannya negatif dan sering mematahkan pikiran baiknya sendiri. Dan yang paling kentara, orang yang terpenjara pikiran sendiri sering berkata-kata empat hal ini:

  1. Tidak mungkin, saat segala sesuatu impian besar dianggap sulit bisa dicapai, Taman bacaan punya banyak buku, banyak anak yang membaca, dan banyak sponsor CSR dianggap tidak mungkin. Kok bisa?
  2. Tidak bisa, saat cita-cita yang diharapkan dianggap tidak bisa diraih karena keterbatasan. Taman bacaan punya aktivitas rutin dan menarik dianggap hal yang sulit dilakukan, tidak bisa dijalankan.
  3. Tidak mau, saat segala rencana yang dicanangkan tidak mau di-eksekusi. Mentalitas dan ikhtiar untuk menjadi lebih baik diabaikan. Taman bacaan pengen maju tapi tidak ada yang dilakukan. Sesuatu yang baik, kenapa tidak mau?
  4. Tidak berani, saat segala yang baik tidak berani dijalankan. Merasa terlalu banyak kendala sehingga tidak berani untuk mencoba lagi, tidak berani memulai dengan cara yang berbeda. Taman bacaan ingin menambah koleksi buku tapi tidak berani bertanya atau membuat proposal ke lembaga yang berpotesni memberinya?

Terpenjara pikiran sendiri sehingga sering bilang "tidak mungkin tidak bisa, tidak mau, tidak berani". Seperti banyak orang, pegiat literasi di taman bacaan sering terpenjara pikiran sendiri. Maka sejatinya, musuh taman bacaan atau pegiat literasi itu bukan ada di luar. Bukan orang lain yang tidak suka, melainkan diri sendiri. Akibat pikirannya pesimis, negatif, dan terlalu sering bilang “tidak mungkin”. Akhirnya ya begitu-begitu saja atau begini-begini saja. Jadi frustrasi sendiri.

 

Sekadar berbagi pengalaman, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor sejak didirikan pada November 2017 pun hanya punya 14 anak yang bergabung. Bukunya pun hanya 600 buku bacaan. Tidak punya relawan dan tidak satu pun anak yang terbiasa membaca buku sebelumnya. Tapi kini setelah 5 tahun berjalan dan dengan mengembangkan model “TBM Edutainment”, TBM Lentera Pustaka kini sudah menjalankan 13 program literasi, yaitu: 1) TAman BAcaan (TABA) dengan 140 anak pembaca aktif usia sekolah yang berasal dari 3 desa, setiap anak pun mampu membaca 3-8 buku per minggu per anak, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai sekolah, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 33 ibu-ibu anggota, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng) melalui celengan, 10) LITDIG (LITerasi DIGital) seminggu sekali, 11) LITFIN (LITerasi FINansial) sebagai edukasi keuangan, dan 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan akhlak dan kesantunan, serta 13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling) yang beroperasi seminggu 2 kali. Dari tadinya tidak punya relawan, kini ada 18 relawan yang membantu. Tidak kurang dari 250 orang menjadi pengguna layanan literasi di TBM Lentera Pustaka setiap minggunya. TBM Lentera Pustaka boleh dibilang taman bacaan paling komprehensif di Indonesia, selain paling aktif dalam menggelar aktivitas literasi secara rutin. Semua itu terjadi karena selalu optimis, berpikir positif, dan selalu kreatif mencari cara untuk mengembangkan taman bacaan.

 

Alhadil,pada tahun 2021, TBM Lentera Pustaka pun meraih berbagai penghargaan, diantaranya: 1) Terpilih “Jagoan 2021” dari RTV (Des 2021), 2) Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021), 3) Terpilih "31 Wonderful People 2021" dari Guardian Indonesia (24 Sept 2021), 4) Terpilih "Ramadhan Heroes" dari Tonight Show NET TV (6 Mei 2021), dan 5) Terpilih program "Kampung Literasi 2021" dari Dit. PMPK Kemdikbud RI (14 Nov 2021).

 

Jadi siapa pun dan pegiat literasi, sudah sepantasnya menjauh dari terpenjara pikiran sendiri. Jangan terlalu membatasi diri sendiri apalagi bertindak pesimis. Niatkan yang baik dan ikhtiar yang optimal untuk mencapai tujuan. Bila sudah, percayalah ada kekuatan “langit dan Ilahi” yang siap bekerka untuk kebaikan di taman bacaan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB