x

tanggung jawab

Iklan

Reszky Fajarmahendra Riadi

Guru Sekolah Dasar & Pecandu Belajar
Bergabung Sejak: 4 September 2020

Sabtu, 26 Februari 2022 08:10 WIB

Celoteh Guru untuk Program Kampus Merdeka

Pada tulisan ini saya mencoba menelisik lebih dalam mengenai program-program Kampus Merdeka, tidak semuanya karena saya tidak memahami seluk beluk detailnya. semoga tulisan ini menjadi jembatan mengenai apa yang saya pahami dan kegelisahan kawan-kawan mahasiswa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nadiem dan Klaster Kecilnya

Penabrak garis pembatas kenormatifan pendidikan di Indonesia, itu adalah kata-kata yang tepat yang menggambarkan seorang Nadiem Makarim. Beliau adalah pendiri startup, yang dimana domain pekerjaannya fleksibel serta bergulat dengan ide-ide pembaharuan. Sekarang beliau beralih dengan situasi birokratis yang serba lama dan perlu jenjang hirarkis serta berjumpa dengan  manusia- manusia Asal Bapak Senang (ABS) yang kadang memoles data dan statistik agar keadaan tetap "baik-baik" saja.

Dulu Nadiem adalah the one & only boss. Sekarang di wadah birokrasi, Nadiem tidak bisa menjadi bos sendirian ketika mewujudkan ide dan gagasan yang muncul di kepalanya. Kritik dan saran dari pakar pendidikan, atau stake holder pendidikan perlu didengarkan suaranya untuk mengoreksi langkah-langkah ataupun strategi yang sudah di gariskan. Karena Nadiem tidak lahir dalam rahim Pendidikan, namun Nadiem bisa disebut pemikir cemerlang pendidikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Startup membutuhkan ide-ide yang cemerlang untuk membuat bisnisnya berjalan dan mengikuti trend market terkini. Pada tangan beliau yang saya salutkan adalah bagaimana dapat memisahkan masalah-masalah pendidikan menjadi cluster kecil, dan solusi yang ditawarkan adalah program untuk menjawab masalah-masalah tersebut.

Saya melihat bahwa ide-ide tersebut bermuara pada diksi pilihan yaitu "bergerak & merdeka". Diksi bergerak dialamatkan pada satuan pendidikan dan diksi merdeka dialamatkan pada Universitas. Apakah Nadiem berpikir bahwa pendidikan kita jalan ditempat, atau sudah lama tidur pulas untuk satuan pendidikan. Serta melihat bahwa Universitas merupakan kompleks penjara pemikiran yang perlu di merdekakan. Apapun jawaban dari pertanyaan itu tetap hormat saya kepada beliau yang sudah mencoba mengurai benang yang terlalu lama kusut.

Pada tulisan ini saya mencoba menelisik lebih dalam mengenai program-program Kampus Merdeka, tidak semuanya karena saya tidak memahami seluk beluk detailnya. semoga tulisan ini menjadi jembatan mengenai apa yang saya pahami dan kegelisahan kawan-kawan mahasiswa.

 

Pertukaran Mahasiswa yang Harusnya Pertukaran Pengetahuan

Menonton YouTube

Program-program yang di paparkan oleh Nadiem  banyak yang sudah jalan sejak dahulu seperti pertukaran pelajar, namun masih sesuai dengan bidang keilmuan yang dia minati. Karena banyak mahasiswa termasuk penulis juga merasakan dan berpikir bahwa kayanya "gue salah jurusan deh". Gumaman penulis dikuatkan dengan hasil penelitian Indonesia Career Center Network (ICCN) pada tahun 2017 menyatakan dari hasil risetnya adalah 87 % mahasiswa Indonesia merasa salah jurusan.

Jurusan penulis adalah Program Studi Pendidikan Guru SD, namun saat Sekolah Menengah Atas penulis mulai menyukai bacaan-bacaan sosial, politik dan filsafat. Mengapa masuk jurusan itu ya karena ikutan teman. Nah hal ini menjadi masalah serius untuk Sekolah Menengah Atas dibutuhkan banyak sekali Guru Bimbingan Konseling yang oke untuk menganalisis, mengetahui minat dan menempatkan siswa pada jalur pendidikan tinggi yang memang benar serta disukai, selain menangani masalah quarter life crisis siswanya. hal ini akan penulis urai pada tulisan berikutnya mengenai pentingnya guru konseling yang revolusioner di sekolah menengah.

Untuk memenuhi dahaga, akhirnya Oase ditemukan, lewat tayangan youtube Salihara, yang memuat konten-konten yang penulis sukai. hal ini bisa juga dilakukan oleh Kemendikbud-Ristek dalam menyebarkan pengetahuan secara massif melalui sarana digital yang dipikirkan juga mengenai audio dan visual yang memanjakan mata. Untuk dosen yang oke secara pengetahuan dan komunikasi bisa diatur bagaimana konten yang baik atau minimal berkolaborasi dengan content creator yang bergerak atau berjuang untuk memproduksi konten edukatif, tentunya juga harus dipromosikan oleh Kemendikbud-Ristek sehingga trending youtube bukan hal-hal yang menye-menye.

Suasana Pembelajaran juga harus yang chill agar kehilangan belenggu, duduk di kelas mendengarkan materi, diskusi formatif dan soal evaluasi diakhir adalah hal yang membelenggu. Mahasiswa adalah mahluk yang merdeka. Sekedar papan tulis kecil membuat lingkaran diskusi sambil makan, kopi dan rebahan sambil memikirankan project apa yang harus dilakukan malah akan lebih optimal.

Mahasiswa Magang Bukan Budak Gratisan

Software Akuntansi untuk Perusahaan Travel

Magang bersertifikat ini adalah program yang baik. Kendala para lulusan baru saat melamar kerja adalah ada persyaratan bahwa sudah mempunyai pengalaman bekerja. Pada program ini hal yang paling ampuh dan sangat tepat dalam menguji pemahaman terapan mahasiswa yang disajikan oleh dosen di kelas selama ini. Pemahaman kita lebih komprehensif. lebih baik kita melakukan dari pada hanya mendengarkan pidato-pidato abstraksi dosen yang kadang kala susah kita membayangkan dalam wujud yang real.

Magang banyak diasosiasikan adalah dimana seluruh pekerjaan dapat dikerjakan oleh orang tersebut tanpa upah yang layak (under paid) atau tidak dibayar sama sekali. Sebagai gantinya perusahaan hanya akan mencetak sertifikat selembar sebagai ganti pekerjaan dan keringatnya selama ini. Mental ini harus di lenyapkan oleh Kemendikbud-Ristek karena mahasiswa yang magang dilindungi oleh undang-undang  Pasal 22 Ayat (2) UU Ketenagakerjaan, peserta magang berhak memperoleh uang saku dan/atau uang transportasi, memperoleh jaminan sosial tenaga kerja, dan memperoleh sertifikat apabila lulus di akhir program.

 

KKN Itu Istilah Lama Sekarang KKB (Kuliah Kerja Berbakti)

Mahasiswa KKN UNDIP Ajarkan Cara Membuat Lilin Aromaterapi Dengan Menggunakan Minyak Jelantah

Membangun desa KKN tematik salah satu program yang menjadikan saya semangat untuk mengulas. Dulu ketika saya kuliah ada seorang dosen yang membawa peta buta Indonesia tanpa nama-nama provinsi, sejurus kemudian dia menyembutkan sebuah daerah yang tidak asing karena itu adalah provinsi di Indonesia. ketika itu dosen menyuruh kami menunjuk wilayah tersebut, satu kelas tidak bisa menjawab. kemudian dia bilang bahwa untuk menunjukan wilayah saja kalian tidak tau bagaimana mengetahui potensi sumber daya yang ada disana, kita memang masih dalam era kolonialisme yang kasat mata, cetusnya.

 

Saat itu saya terkesima dengan cara dosen tersebut membuka pelajaran. dan itu menjadi renungan untuk saya. benar juga bagaimana saya bisa tidak tahu, pantas saja kekayaan alam bisa direnggut oleh mudah bagi yang berpengetahuan lebih, apakah pengetahuan kita memang sengaja di tutup-tutupi, gumam saya. Desa KKN Tematik, pada wujud idealismenya adalah membangun desa, melihat potensi daerah, serta melakukan pelatihan, pendampingan di desa tersebut sehingga dapat sejahtera baik keadaan ekonomi sosial dan kemasyarakatannya. Namun bukan hanya sarana fisik dan memberikan sesuatu kepada wilayah yang menjadi objek KKN, Namun adanya pemahaman pembentuk kepribadian yang mapan disandingkan ke dalam kegiatan keagamaan yang biasanya kuat diwilayah pedesaan.

Rachel M Mc Cleany dan Robert J Barro dalam bukunya The Wealth of Religions: The Political Economy of Believing and Belonging. Menyatakan bahwa ada hubungan kausalitas antara efek agama terhadap ekonomi-politik maupun sebaliknya. Ilustrasinya adalah akhirat bisa memberi motivasi yang kuat bagi pemeluknya untuk menuju kesana dengan berlaku sesuai dengan perintah yang tertulis dalam kitab suci. Motivasi tersebut bisa menjadi pondasi dalam pembentukan kepribadian seperti etika kerja, kejujuran, kedisiplinan, dsb. Selain itu bila kepribadian yang kuat disandingkan dengan pemahaman kitab suci yang baik juga dapat meningkatkan literasi di wilayah tersebut. Dari hal tersebut keyakinan keagamaan dapat berdampak positif bagi perkembangan ekonomi dan politik bagi Desa KKN Tematik yang akan di singgahi untuk berbakti.

Kampus Mengajar atau Mahasiswa Mengajar ?

Terakhir adalah program kampus mengajar. mahasiswa menjadi mitra guru dalam pembelajaran literasi, numerasi dan teknologi. ini menjadi salah satu hal yang baik, karena memang dunia pendidikan tidak menutup mata bahwa keadaan guru saat ini perlu di perkenalkan dengan pengajaran yang dengan keadaan terkini. Mahasiswa cemerlang dalam hal penguasaan teknologi, tapi apakah teknologi hanya menyolok proyektor dan membuat Power Point pengajaran? apakah literasi harus kaitannya hanya dengan baca buku dan menulis, dan numerasi mengenai hitung-hitungan matematis?

Ada pentingnya ketiga hal tersebut namun, ada hal yang perlu diperhatikan adalah mental peserta didik. Mahasiswa harus bisa menumbuhkan basis struktur ilmu pengetahuan di daerah tersebut, sehingga para peserta didik menjadi gila belajar. menurut Robert K Merton terdapat 4 basis struktur bagi efisiensi dan pertumbuhan ilmu, yaitu: (1) semangat berbagi informasi; (2) menempatkan kebenaran di atas kepentingan perseorangan; (3) menyerahkan keputusan mengenai validitas sesuatu berdasarkan pengujian empiris dan teoritis, tanpa menghiraukan status dan reputasi dari sumber pengetahuan; (4) terbuka bagi pelbagai karakteristik personal dan sosial.  Mentalitas ini merupakan mentalitas mahasiswa, namun juga perlu ditularkan kepada peserta didik yang menjadi objek pengajaran, sehingga kemandirian dalam mencari, membagi, menganalisis, dan memproduksi pengetahuan tertanam walaupun kegiatan kampus mengajar sudah usai.

Kampus mengajar harus menjadi dua program yang dijalankan bersamaan dengan KKN Tematik menurut hemat saya. Kali ini argumen saya adalah kampus tidak boleh memonopoli pengetahuan, dan berperan dalam kegiatan Kampus Mengajar, bukan hanya mahasiswanya saja. Pada saat kegiatan ini kampus wajib membuat sebuah arena taman bacaan dengan buku-buku berkualitas terbaik utuk segala umur di Satuan Pendidikan, Fasilitas umum seperti posyandu, balai desa, pos ronda, dsb. Sehingga masyarakat mendapatkan akses buku dimana pun. Sebetulnya minat baca Indonesia itu tinggi namun, kesulitan akses bukunya saja menurut Najwa Shihab.

Terakhir dari celoteh guru SD ini adalah, jalan panjang perubahan pendidikan sudah di mulai, bergeraklah agar merdeka, merdekakanlah orang lain yang masih terjajah, dan jadilah rakus pada pengetahuan dan penyebar pengetahuan yang bijak.

Ikuti tulisan menarik Reszky Fajarmahendra Riadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler