x

Untuk mendapatkan uang Rp 28 Miliar, Panitia Ganti rugi libatkan 8 orang Masyarakat Desa, seakan akan jadi pemilik tanah.

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Juli 2021

Selasa, 1 Maret 2022 17:18 WIB

Harga Aspal Impor Meroket, Que Sera Sera?

Sehubungan dengan terjadinya konflik perang Rusia — Ukraina harga minyak bumi dunia naik di atas US$ 100 per barel. Dampaknya harga aspal impor pun ikut meroket ke harga US$ 601 per ton. Siapakah yang harus menanggung beban berat kenaikan harga aspal impor yang sangat tinggi ini? Kalau proyek-proyek pembangunan infrastruktur jalan-jalan Tol yang didanai oleh investasi asing dan hutang negara, maka sudah tentu rakyat yang akan menanggung beban berat kenaikan harga aspal impor tersebut. Tetapi kok kelihatannya pemerintah Indonesia masih tetap “adem ayem” saja menghadapi kenaikan harga aspal impor yang sedang meroket sekarang ini? Bukankah sebaiknya kita segera beralih ke aspal Buton ? Aspal alam milik negeri sendiri. Atau, apakah lebih baik kita cuek saja ? Emangnya gue pikirin ? Karena pada suatu saat nanti harga aspal impor pun pasti akan nyungsep kembali. Tetapi kapan ?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Harga aspal minyak (aspal impor) untuk bulan Maret 2022, menurut Maryland Asphalt Index, adalah sebesar US$ 601 per ton. Ini berarti ada kenaikan harga sebesar 43% sejak bulan Januari 2021 yang lalu, dimana pada saat itu harganya masih US$ 420 per ton. Kenaikan harga aspal impor yang sangat tinggi ini sejalan dengan kenaikan harga minyak bumi dunia yang sekarang sudah berada di atas US$ 100 per barel. Menurut para ahli, harga minyak bumi dunia ini diramalkan akan naik terus, dan berpotensi sentuh harga US$ 150 per barel. Adapun kenaikan harga minyak bumi dunia yang luar biasa tingginya ini dipicu dengan terjadinya konflik perang Rusia — Ukraina.

Apa dampak dari kenaikan harga aspal impor yang sedang meroket ini terhadap perekonomian indonesia? Kelihatannya sementara ini masih belum ada. Padahal Indonesia sudah sejak tahun 1980an adalah pengimpor aspal sejati. Indonesia merupakan importir aspal terbesar ke-10 di dunia berdasarkan data tahun 2017. Jadi kemungkinan besar dengan banyaknya pembangunan infrastruktur jalan-jalan Tol di masa pemerintahan Pak Jokowi, sekarang ini bisa saja Indonesia sudah merupakan importir terbesar ke 5 di dunia, setelah China, India, Amerika Serikat, dan Jepang.

Mengingat kebergantungan pemerintah Indonesia sudah sedemikian sangat besar sekali terhadap aspal impor, maka tentunya kenaikan harga aspal yang sekarang sedang meroket ini akan berdampak signifikan terhadap pelaksanaan dan kelanjutan dari pembangunan-pembangunan proyek-proyek infrastruktur jalan-jalan Tol di seluruh Indonesia. Tetapi anehnya, ternyata tidak demikian keadaannya. Atau masih belum terasa. Berita-berita di media massa masih belum ada yang mengulas sedikitpun berita mengenai terjadinya kenaikan harga aspal impor yang sangat tinggi ini. Dan dampaknya terhadap masalah kelanjutan dari pada proyek-proyek infrastruktur yang sedang marak berjalan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita jadi bertanya-tanya, apakah kenaikan harga aspal impor yang luar biasa tingginya sekarang ini dianggap sebagai suatu fenomena yang wajar-wajar dan biasa-biasa saja ? Dan sudah diantisipasi sebelumnya, atau sudah dianggap sebagai bagian dari dinamika dan resiko bisnis? Atau dalam keadaan yang paling ekstrim, apakah sebaiknya kita cuek saja? Emangnya gue pikirin? Tetapi siapakah sebenarnya yang harus menanggung beban berat dari kenaikan harga aspal impor yang sangat tinggi tersebut ? Apakah rakyat Indonesia ?

Kelihatannya kenaikan harga aspal impor yang sedang meroket sekarang ini belum menjadi berita viral di media-media massa nasional, karena mungkin pemerintah Indonesia masih sangat mengharapkan harga minyak bumi dunia akan segera turun kembali ke harga semula sebelum tahun 2021. Dan harga aspal impor pun akan ikut turun juga dengan turunnya harga minyak bumi dunia tersebut. Namun ternyata faktanya tidak seperti apa yang kita harapkan. Harga minyak bumi dunia malah ada kecenderungan akan terus naik lagi. Dengan demikian harga aspal impor pun juga pasti akan ikut naik lagi. Apa yang dapat kita ambil hikmahnya dari peristiwa kenaikan harga aspal impor yang sedang naik tajam dan meroket sekarang ini?

Pemerintah Indonesia tidak pernah mau belajar dari pengalaman-pengalaman di masa lalu. Pada bulan Agustus 2008, harga aspal impor pernah mencapai harga US$ 825 per ton. Ini adalah harga aspal impor tertinggi dalam sejarah. Tingginya harga aspal impor ini dipicu oleh tingginya harga minyak bumi dunia yang mencapai US$ 100 per barelnya. Untungnya beberapa bulan kemudian harga minyak bumi dunia mulai turun lagi. Kalau pada tahun 2008 harga minyak bumi dunia bisa mencapai US$ 100 per barel, maka ini berarti sudah merupakan sebuah isyarat genting bahwa pada suatu saat nanti harga minyak bumi dunia pasti akan bisa mencapai harga US$ 100 per barel lagi, atau bahkan lebih. Dan kelihatannya sekarang ini, kemungkinan yang sangat kita kuatirkan terjadi selama ini telah benar-benar terulang kembali. Apakah pemerintah Indonesia sudah siap untuk menghadapi kenaikan harga aspal impor yang sedang meroket? Apa rencana mitigasinya?    

I dont think so. Kelihatannya tidak. Indonesia selama ini terlalu jor-joran mengimpor aspal, karena merasa harga aspal impor adalah sangat murah. Sekitar sepuluh tahun yang lalu harga aspal Buton full ekstraksi diperkirakan 3 — 4 kali lebih mahal dari pada harga aspal impor. Oleh karena itu paradigma yang tertanam di dalam pemikiran pejabat-pejabat tinggi pemerintah Indonesia adalah untuk apa kita repot-repot memproduksi aspal Buton “full” ekstraksi yang harganya sangat mahal? Lebih baik kita impor aspal saja yang harganya jauh lebih murah. Tetapi kita lupa dan tidak sadar diri bahwa harga aspal impor itu hakikatnya sangat bergantung sekali kepada fluktuasi harga minyak bumi dunia. Kalau harga minyak bumi dunia sedang rendah, maka harga aspal impor juga akan ikut rendah. Dan demikian juga sebaliknya. Sekarang ini kita baru merasakan kembali pahit dan getir tingginya harga aspal impor akibat sedang tingginya harga minyak bumi dunia. Lalu apa yang harus kita perbuat? Menyesali diri dan kembali kepada aspal Buton ekstraksi? 

Dengan kemajuan teknologi yang cepat dan canggih sekarang ini, harga aspal Buton ekstraksi sudah bisa jauh lebih murah dari pada harga aspal impor. Tetapi sangat disayangkan sekali, bahwa pemerintah Indonesia tidak cukup cerdas, kreatif, jeli, dan gesit untuk menangkap dan memanfaatkan peluang emas ini, meskipun mereka sudah tahu dan paham sejak lama. Kemudahan, kenikmatan, dan kenyamanan dari pengalaman-pengalaman penggunaan aspal impor yang sudah selama 40 tahun lebih pemerintah Indonesia rasakan dan nikmati membuat kita lupa diri bahwa Indonesia sejatinya sudah memiliki deposit aspal alam di Pulau Buton. Jumlah depositnya ini sangat luar biasa besarnya untuk dapat diproduksi selama 300 tahun lebih. Apakah dengan adanya kenaikan harga aspal impor yang sekarang ini sedang meroket, kita akan segera berpaling kepada aspal Buton ekstraksi? Rasanya ini keputusan yang sangat sulit dan berat sekali. Karena kebergantungan pemerintah Indonesia selama 40 tahun lebih terhadap aspal impor sudah sedemikian sangat besarnya, sehingga kelihatannya pemerintah Indonesia akan sangat mustahil untuk mau dengan suka rela beralih “ke lain hati” aspal Buton.

Dengan ada kenaikan harga aspal impor yang tinggi sekarang ini, pemerintah Indonesia tidak mempunyai pilihan lain, kecuali harus menggunakan aspal Buton. Memang sekarang ini keadaannya sudah sangat terlambat sekali untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton. Mungkin pada saat ini hanya sekitar 10% saja dari aspal impor yang masih bisa digantikan oleh aspal Buton. Dan selebihnya yang 90%, pemerintah Indonesia mau tak mau masih harus tetap mengimpor aspal dengan harga yang sangat tinggi agar pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur masih bisa terus berjalan. Indonesia masih harus mengimpor 90% dari 1,5 juta ton per tahun ?. Wow sangat besar sekali jumlahnya. Akibat dari kenaikan harga aspal impor yang tinggi ini Indonesia harus terpaksa membayar dengan harga yang jauh lebih mahal. Dan apabila proyek-proyek pembangunan infrastruktur jalan-jalan Tol ini dibiayai oleh dana investasi asing atau hutang negara, maka cucu-cucu dan cicit-cicit kita sudah pasti harus siap-siap untuk membayar hutang-hutang tersebut dengan nilai yang jauh lebih besar.

Apabila harga minyak bumi dunia masih akan tetap tinggi sekali dalam periode waktu lama, jangka panjang, dan bertahun-tahun, akibat terjadinya konflik perang Rusia - Ukraina, maka sampai berapa lamakah pemerintah Indonesia masih akan kuat dan mampu bertahan dengan terus membeli aspal impor yang harganya sedang meroket? Bukankah lebih baik kita segera beralih ke aspal Buton, aspal alam terbaik di dunia milik negeri kita sendiri? Meskipun sangat disesalkan sekali bahwa keadaannya sekarang ini memang sudah sangat-sangat terlambat. Solusi lain adalah apakah kita lebih baik cuek saja dengan harga aspal impor yang sekarang ini sedang meroket sambil menyanyikan lagu Que Sera Sera, what will be will be? Kan, nanti harga aspal impor yang sekarang sedang meroket itu pun pasti akan nyungsep turun kembali dengan sendirinya lagi. Tetapi kapan?

Oleh karena itu biarkanlah waktu yang akan mewujudkan harapan rakyat Indonesia: Aspal Buton menggantikan aspal impor? Masalah hutang negara itu adalah masalah anak-anak dan cucu-cucu kita nanti. Semoga saja mereka akan paham bahwa pemerintah Indonesia sejatinya tidak akan mudah dan mustahil untuk mau dengan suka rela beralih ke lain hati aspal Buton.

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB