x

Iklan

Silivester Kiik

Penulis Indonesiana.id, Guru, Penulis, Founder Sahabat Pena Likurai, Komunitas Pensil, dan Pengurus FTBM Kabupaten Belu. Tinggal di Kota Perbatasan RI-Timor Leste (Atambua).
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 6 Maret 2022 19:42 WIB

Kata yang Berdarah–darah dalam Tubuh

Di tanah yang terjanjikan ini, tak ada tubuh yang ditampilkan utuh. Kebohongan diagungkan dengan menyembunyikan anak-anak menangis di jalanan berdebu. Silivester Kiik - 2022

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ini adalah kata yang berdarah-darah

untuk tubuh yang lapar dan haus

untuk tangan dan kaki yang hilang

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

sampai patung-patung penghias kota berubah

dari putih ke hitam

dari gemuruh musim hingga doa pertobatan.

 

Di tanah yang terjanjikan ini—tak ada tubuh yang ditampilkan utuh

kebohongan diagungkan

dengan menyembunyikan anak-anak menangis di jalanan berdebu.

 

Aku teringat tempo itu, seorang ibu dengan anaknya berpakaian kuning kusut

berjalan di atas padang gersang, membentang selendang merah kecil

lalu duduk berhadapan—saling menatap wajah pilu

sedikit tertawa sambil mengelus ubun-ubun si anak

inilah jalan sesungguhnya, di mana engkau sendiri yang akan merenungkannya

dengan segenap jiwa dalam nama ayah dan ibu.”

 

Di bawah langit awan dari kali dan sungai mengumpul

dekat taman air pemali yang hening dan sakral

di mana batu memiliki cerita

kayu memiliki napas 

untuk menciptakan api kejernihan di mata anak-anak

yang tak diperbolehkan untuk mengubahnya menjadi benci suatu hari nanti.

 

Darah tanah yang menghidupkan

berilah penghayatan; di mana kami tidak cukup mencintai,  

di mana mereka tidak cukup mencintai

—terlebih lidah-lidah karang.

 

Kami tak membutuhkan kemuliaan dengan nama apapun

kami juga tak perlu berlutut untuk menutupi diri

memasuki rumah penuh rahmat

kami hanya perlu mengingat apa yang telah dilakukan satu sama lain

dengan segalanya yang dilakukan ayah terhadap anaknya

yang saudara-saudari lakukan terhadap orang-orang yang tak percaya

bagaimana kami mencoba menemukan siapa yang bersalah, dan menjadi bersalah?

sebab matahari terus berlanjut—membuka urat nadi setiap orang dalam peta pencariannya

untuk sesuatu yang menjadi emas di musim yang akan datang.   

 

Atambua, 18 Februari 2022

Ikuti tulisan menarik Silivester Kiik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB