Sastra Anak, Penjaga Ideologi Bangsa

Jumat, 18 Maret 2022 08:04 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Esai ini membahas tentang manfaat sastra anak dalam menjada ideologi bangsa yakni nilai-nilai luhur Pancasila. Beberapa contoh sastra anak yang mengandung ideologi bangsa ditampilkan dalam esai ini.

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa (Wellek dan Warren, 2016:98). Sastra “menyajikan kehidupan” dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. Sejalan dengan pandangan tersebut, Teeuw (2015) menyebutkan lewat sastra pembaca seringkali jauh lebih baik dari lewat tulisan sosiologi manapun. Artinya, karya sastra juga membangun lingkup sosial dalam hubungan antarmanusia. Setiap manusia memiliki bangsa dan negara, oleh karenanya hubungan sosial juga mencakup aspek ideologi sebuah bangsa.

Ideologi, pada dasarnya, mencerminkan pola pikir orang atau masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita (Suryana, dkk, 2014: 36). Ideologi merupakan landasan dalam sebuah negara. Ideologi berbangsa dan bernegara Indonesia secara eksplisit tertuang dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian disebut dengan Pancasila merupakan materi wajib dalam pelajaran semenjak sekolah dasar hingga pendidikan tinggi. Pola infiltrasi pelaksanaan Pancasila dilakukan dengan beragam cara, dengan hafalan, lomba, seminar, juga bacaan-bacaan yang mengarah pada penerapan ideologi tersebut. Salah satunya adalah melekatkan ideologi Pancasila dalam sastra anak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nurgiyantoro (2004:108) menjelaskan bahwa sebuah buku dapat dipandang sebagai sastra anak apabila citraan dan metafora kehidupan yang dikisahkan, baik secara isi (emosi,perasaan, pikiran, saraf sensori, dan pengalaman moral) maupun bentuk (kebahasaan dan cara-cara pengekskpresian) dapat dijangkau dan dipahami oleh anak sesuai dengan tingkat perkembangan jiwanya. Penulis membuat karya tentunya memiliki misi yang hendak disampaikan untuk bisa memengaruhi atau bahkan mengubah pandangan dan perilaku pembaca. Penulis yang memiliki kepedulian terhadap ideologi bangsa Indonesia tidaknya sedikit. Beberapa karya bahkan sudah dialihbahasakan di berbagai negara. Contohnya Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

 

 

 

 

Perekat Persatuan

Dia bilang, “Willa, memukul orang yang cacat itu perbuatan yang salah! Sampai kapanpun kamu tak boleh menyakiti orang yang cacat!”

“Tapi dia bilang aku Cino!”

Mak berteriak, “Kamu memang Cino! Bapakmu Cino!”

Kutipan dialog antara Mak dan Willa yang diambil dari novel anak berjudul Na Willa karya Reda Gaudiamo kiranya dapat menjadi sebuah pembuka pemikiran tentang ideologi berbangsa bagi anak-anak era 2000-an. Na Willa sebagai tokoh utama dalam cerita digambarkan sebagai anak usia pra sekolah dasar yang tinggal di sebuah gang Kota Surabaya. Willa kecil, seperti umumnya anak yang tinggal dalam gang memiliki teman sepermainan yang beragam. Gambaran fisik Willa berkulit putih dan berambut hitam lurus. Yang kemudian terus mengusik karena berbeda dengan teman-temannya.

Kasus-kasus seperti yang dialami tokoh Willa mengemuka beberapa tahun belakangan ini dengan istilah bullying atau perisakan. Anak-anak melakukan pembedaan terhadap satu dengan lainnya karena hal-hal fisik dan materi. Misalkan sebagai keturunan ras Cina yang notabene jarang tinggal di gang. Hal ini tentunya bertentangan dengan ideologi bangsa yang menyuarakan persatuan dan kesatuan bangsa melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang telah ditetapkan sebagai semboyan resmi negara melalui PP Nomor 66 tahun 1951.

Melalui penggambaran dialog percakapan antar tokoh, Reda menyajikan liku-liku persahabatan antara Willa, Bud, Siti yang berasal dari suku yang berbeda-beda. Meski terkadang ada tokoh yang melakukan penghinaan ras, namun anak-anak ini bersahabat dengan baik. Inilah yang selanjutnya bisa dimaknai sebagai kerukunan hidup. Kerukunan hidup bangsa Indonesia dapat terwujud jika setiap orang tidak memandang perbedaan sebagai pemicu konflik/ perpecahan, tetapi memandangnya sebagai sebuah kekayaan yang dimiliki bangsa (Suryana, dkk, 2014:15). Rukun bukan berarti harus kongruen. Tapi upaya penerimaan terhadap perbedaan.  Penulis tentu berharap agar anak-anak bangsa bersatu dan saling menghormati.

Pendidik Kemanusiaan

Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan bunyi sila kedua Pancasila yang bisa dihafal semua rakyat Indonesia. Tentu saja itulah salah satu cita-cita luhur yang menjadi arah kebijakan setiap pemerintahan. Namun dalam pelaksanaannya tentu mengalami situasi pertentangan antara das sein dan das solen. Laskar Pelangi, karya fenomenal Andrea Hirata, menyuguhkan kisah kesenjangan antara sekolah yang dikelola PN Timah dengan SD Muhammadiyah tempat Arai dan kesembilan rekannya bersekolah. Anak-anak pejabat pertambangan timah memiliki hak untuk bersekolah di tempat dengan fasilitas terbaik. Bahkan ada tulisan besar di depan pintu kolam renang milik perusahaan : “Dilarang Masuk Bagi yang Tidak Memiliki Hak” (Hirata, 2015:58). Tentu saja yang berhak hanya putra-putri petinggi pertambangan.

Pun halnya dengan kekecewaan yang besar karena Lintang yang jenius harus putus sekolah dan memilih bekerja demi adik-adiknya, pasti memberi kesan mendalam bagi pembaca anak. Anak yang hidupnya berkecukupan saat ini tentu akan merasa bersyukur masih bisa sekolah tanpa harus bekerja untuk mencari uang. Pembaca yang kehidupan ekonominya kurang beruntung, bisa menjadikan Arai sebagai panutan untuk berani bermimpi suatu hari nanti dapat menempuh pendidikan tinggi di luar negeri. Ideologi kemanusiaan yang diamanatkan dalam Pancasila tertuang melalui penggambaran situasi,dialog antar tokoh, juga judul yang kuat.

Tak sama tapi serupa adalah novel anak berjudul Keluarga Cemara karya Arswendo Atmowiloto. Novel ini menampilkan kisah keluarga sederhana yang hidup pas-pasan secara ekonomi namun semuanya bahagia dan penuh syukur. Euis sebagai kakak tertua, meski baru berusia 12 tahun dengan rela membantu Ema (ibu) untuk berjualan opak. Kedua adiknya, Ara dan Agil pun memiliki sifat yang baik. Ara tak malu meski selalu diberi baju bekas kakaknya untuk pergi ke sekolah. Bahkan dia merasa bangga bisa bersekolah hari itu. Sedangkan Agil yang masih kecil tentu sebagai anak paling manja. Namun juga tak banyak meminta. Kiranya penulis berusaha memasukkan ideologi kemanusiaan dalam kisahnya yang sempat ditayangan di TVRI pada tahun 1990-an itu. Bahwa kunci kebahagiaan bukan terletak pada banyaknya harta, melainkan pada rasa syukur dan kebaikan hati.

Willa, Arai, dan Euis tentunya hanya sebagian kecil dari tokoh sastra anak yang memberikan sumbangsih pada pemertahanan nilai-nilai luhur ideologi bangsa Indonesia. Bisa dipastikan masih banyak lagi karya sastra anak dari penulis Indonesia yang mampu menumbuhkan kecintaan,saling menghargai, juga bersiap menjadi bagian dari komunitas internasional. Semakin berkembang tema-tema sastra anak,semakin menarik kemasannya, semakin beragam bentuknya, tentu semakin memberi manfaat bagi masa depan anak bangsa. Indonesia emas tahun 2045 disiapkan oleh sastra.

 

Daftar Rujukan

Wellek, Rene & Warren, Austin. 2016. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Atmowiloto, Arswendo. 2013. Keluarga Cemara. Jakarta: Gramedia.

Gaudiamo, Reda. 2021. Na Willa. Jakarta: POST Pres.

Hirata, Andrea. 2015. Laskar Pelangi. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.

Nurgiyantoro, Burhan. 2004. Sastra Anak: Persoalan Genre. Jurnal Humaniora, vol. 16. No. 2: hlm. 107-122.

Suryana, Yana, dkk. 2014. Ensiklopedia Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Klaten: PT Cempaka Putih.

Teeuw, A. 2015. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.

Tobroni, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM, Civil Society, dan Multikulturalisme. Malang: Pusapom.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Iim Imrotin

Guru Bahasa Indonesia

0 Pengikut

img-content

Guru, Bolehkah Marah?

Selasa, 10 Oktober 2023 16:50 WIB
img-content

Menyuarakan Demokrasi di SMK dengan P5

Kamis, 28 September 2023 19:22 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler