x

Aneka kegiatan bermain dan berkarya anak-anak usia dini di PAUD Quantumkids Pekanbaru. Foto: Istimewa.

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Minggu, 20 Maret 2022 08:10 WIB

Pujilah Upaya, Bukan Cuma Hasil

Kebanyakan orang hanya fokus kepada hasil. Maka mereka memuji hasil saja. Mereka ingin anaknya mendapat nilai tinggi, gaji besar dsb. Mereka tidak fokus kepada upaya. Artikel ini menjelaskan mengapa kita perlu fokus pada upaya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pujilah Upaya, Bukan Cuma Hasil

Bambang  Udoyono, penulis buku

 

Ketika browsing di dunia maya saya menemukan sebah artikel menarik berjudul “Why leaders should praise efforts not achievement”.  Intinya Jeff, si penulis, memaparkan bahwa pemimpin seharusnya memuji kepada upaya yang dilakukan anak buah dan bukannya hasil.  Pujian ini akan berdampak kepada kinerja anak buah sehingga hasilnya akan baik.  Artikel yang ditulis oleh Jeff Haden ini menarik perhatian saya dan membuat saya merenung. Sebenarnya topik ini sudah tidak asing lagi  karena saya sudah menerapkannya dalam keluarga dan hasilnya baik. Meskipun demikian saya sedang merenungi bagaimana caranya untuk menerapkannya di masyarakat dalam kehidupan sosial politik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Saya sudah menerapkan prinsip ini di dalam keluarga saya.  Kepada anak anak sejak mereka kecil sudah saya tanamkan bahwa dalam sekolah mereka harus mengutamakan upaya yaitu belajar sebaik baiknya dan bukan mengutamakan hasil berupa nilai.  Saya tidak pernah menuntut mereka untuk mendapat nilai tinggi dan mendapat peringkat tinggi  di kelas. Saya sampaikan kepada mereka bahwa peringkat itu tidak penting dan bahwa itu salah.

 

Belakangan saya membaca tentang teori kecerdasan majemuk. Saya jadi makin yakin bahwa pemeringkatan di sekolah itu salah. Bagaimana mungkin anda membuat peringkat, menduga seseorang adalah paling pintar jika bakat dan potensi mereka berbeda beda?  Siapa yang lebih pintar apakah seorang yang nilai matematikanya paling tinggi ataukah yang kemampuan bahasa asingnya terbaik? Anda cuma bisa membandingkan kemampuan orang dalam satu pelajaran saja. Si A terbaik dalam bahasa Inggris, si B terbaik dalam fisika dsb.

 

Dengan menerapkan policy itu dalam keluarga Alhamdulilah prestasi belajar anak anak saya baik. Mereka selalu mendapat sekolah yang baik dan kemudian mendapat pekerjaaan yang cukup baik.  Kadang sekolah mereka memaksakan memperingkat muridnya dan mereka tidak selalu mendapat peringkat tertinggi. Tapi saya terima dengan lapang dada dan anak anak saya beri motivasi bahwa itu bukan masalah.  Allah memberi rejeki kepada semua mahluknya, bukan hanya kepada yang mendapat peringkat tertinggi saja.

 

Ketika berdiskusi dengan istri tentang prinsip ini di tempat kerjanya ternyata dia juga sudah menerapkannya. Di sana setiap langkah dari proses kerja diperhatikan dengan teliti untuk memastikan agar hasilnya baik. Sesungguhnya dengan memfokuskan perhatian kepada proses yang baik bisa dipastikan hasilnya akan baik juga.

 

Sekarang marilah kita lihat apa yang terjadi di masyarakat. Ternyata masyarakat kita sangat dangkal berpikirnya.  Masyarakat memberi penghargaan kepada orang hanya pada hasilnya dan tidak pada prosesnya. Lihatlah orang yang kaya, berkuasa akan selalu diberi penghargaan, ditokohkan oleh masyarakat. Mereka tidak mau tahu dari mana asal kekayaannya, apakah halal atau haram tidak dipersoalkan. Sebaliknya lihatlah orang yang tidak memiliki banyak harta atau yang bergaya hidup sederhana sehingga dianggap tidak memiliki banyak harta. Maka dia tidak akan ditokohkan. Dia tidak akan dimintai tolong mencari pekerjaan oleh kerabat dan tetangganya.  Dia tidak akan dimintai sumbangan besar ketika ada acara tujuhbelasan.

 

Jadi masyarakat kita sedang sakit. Masyarakat kita sangat mata duitan. Mereka menilai orang secara sangat dangkal. Hanya harta dan kekuasaan saja yang mereka hargai, bukan cara mendapatkannya. Bahkan ketika mereka sudah tahu bahwa cara yang didapatkan salah, tetap saja mereka memberi apresiasi. Buktinya beberapa orang yang jelas sudah pernah dihukum karena kasus korupsi masih saja mendapatkan dukungan untuk menjadi pejabat. Masyarakat tetap saja menokohkan mereka. Jarang sekali ada masyarakat yang memberi sangsi sosial.

 

Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang memiliki sistem nilai yang baik, yaitu yang sesuai dengan moral agama.  Di semua agama pasti tidak membenarkan cara memperoleh harta dengan korupsi, kolusi, nepotisme, karena tindakan itu merugikan banyak orang.  Sistem nilai inilah yang harus terus menerus diperbaiki.  Agar terjadi perbaikan maka dibutuhkan peran serta para upaya dari opinion leaders, penulis, guru, ulama, ustadz(ah) dll untuk mempengaruhi opini masyarakat agar lebih kritis lagi. Mereka idealnya terus menerus menyampaikan nilai nilai agama yang mendukung kepada cara cara yang benar dalam memperoleh harta.  Mereka mestinya menyampaikan dengan berbagai cara baik lisan maupun tertulis agar masyarakat memberi apresiasi dan sangsi sosial kepada orang dengan memperhatikan prosesnya, caranya mendapatkan hartanya bukan sekedar hasil. 

 

Langkah yang bisa diambil masyarakat misalnya di sebuah  jamaah menolak seseorang yang sudah terbukti bersalah secara hukum menjadi imam solat di mushola atau masjid.  Masyarakat juga bisa menolak orang yang sudah terbukti salah untuk menjadi penyumbang dana di acara tujuhbelasan dan acara acara amal. Tentu saja penolakan harus disampaikan secara santun agar tidak menimbulkan pertikaian. Orang yang sudah terbukti bersalah sebaiknya juga tidak lagi diberi jabatan baik birokrasi maupun politis.  Harusnya ada aturan hukum yang melarang mereka menjadi caleg atau cakada dan menjabat di birokrasi.

 

Di dunia pariwisata ada gejala yang mirip.  Ada beberapa orang pekerja pariwisata yang sangat mengutamakan hasil yaitu keuntungan finansial sehingga melupakan proses kerja yang baik.  Suatu saat saya membawa Java-Bali overland tour. Ketika di Yogya tamunya menginap di Hyatt di utara kota.  Paginya ketika akan city tour si sopir mendesak saya agar kunjungan pertama adalah ke artshop Kabul.  Saya menolak dan tetap memutuskan ke Kraton dulu, karena itinerarynya demikian.   Cerita yang sama saya dengar juga dari beberapa guide. Semoga tidak ada guide yang terlalu mata duitan seperti itu.  Soal tip juga demikian.  Guide tidak perlu menagih misalnya $3 /orang/hari buat guide dan $2/orang/hari buat driverTip bukanlah kewajiban tamu yang bisa ditagih.  Cara terbaik untuk meminta adalah dengan melayani dengan baik.  Apabila tamu puas mereka pasti memberi tip kalau orang barat, kalau orang Jepang memang lain.  Kalau tamu barat tidak memberi tip ya mungkin mereka sedang menghemat atau pelayanan kita kurang baik.  Lebih baik kita pakai untuk mawas diri dan memperbaiki diri.

 

Apabila langkah langkah tersebut diambil maka Insya Allah akan ada perbaikan di negri ini. Seberapa beratpun tantangan marilah kita ambil langkah untuk mulai. Paling tidak dengan menyebarkan tulisan ini.

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler