
ilustr: Everyday Power
Selasa, 29 Maret 2022 20:05 WIB
Raibnya Rasa Malu Bersikap Tidak Adil
Bersikap adil berarti berani bersikap tegas kepada yang kuat—sekalipun itu kawan, kerabat, maupun saudara dekat. Di sisi yang bersamaan, bersikap adil berarti bertekad menolong rakyat lemah agar mampu menghadapi yang kuat.
Dibaca : 2.154 kali
Bersikap adil adalah tuntutan terberat yang diminta dari pemimpin dan pemegang kekuasaan, sekaligus juga paling sukar untuk mereka penuhi. Dalam relasi antar individu saja, bersikap adil tidak mudah ditunaikan—terlebih jika itu terkait relasi dengan seseorang yang tidak kita sukai, yang kita anggap musuh. Sekali kita menganggap seseorang musuh, akan sangat susah untuk menganggapnya kawan.
Bersikap adil terhadap satu orang saja sukar, apa lagi terhadap banyak orang dengan kehendak yang berbeda-beda, apa lagi dalam konteks hubungan kekuasaan: antara yang berkuasa dan rakyat jelata. Di sinilah tantangan terbesar yang mesti dijawab pemegang kuasa, yakni bagaimana menggunakan kuasanya untuk memberi keadilan kepada rakyat banyak.
Bersikap adil berarti berani bersikap tegas kepada yang kuat—sekalipun itu kawan, kerabat, maupun saudara dekat. Di sisi yang bersamaan, bersikap adil berarti bertekad menolong rakyat lemah agar mampu menghadapi yang kuat. Bila pemegang kuasa lebih berpihak kepada yang kuat, berarti ia mengabaikan pentingnya bersikap adil. Bersikap adil juga bermakna memberi hak kepada yang berhak.
Apabila pemegang kuasa selalu membela yang kua, mereka mestinya malu. Malu karena sebagai pemegang kuasa, ia tidak berani bersikap tegas kepada yang kuat, dan hanya berani justru kepada yang lemah. Sebagian orang yang seharusnya menegakkan keadilan ternyata tidak bernyali saat berhadapan dengan yang kuat. Kepada yang lemah, mereka justru menunjukkan keangkuhan kuasanya. Malu, seharusnya.
Tapi, apakah rasa malu masih diperlukan dalam konteks kekuasaan, apakah masih jadi bagian yang dipertimbangkan dalam urusan kekuasaan? Misalnya saja, meskipun Konstitusi sudah jelas-jelas membatasi masa jabatan presiden hanya dua periode, ada saja elite yang berujar sembari cengengesan bahwa sebaiknya jabatan itu diperpanjang 2-3 tahun atau bahkan satu periode lagi. Meskipun Konstitusi telah membatasi, tetap saja mereka tanpa malu-malu melontarkan gagasan penundaan pemilu hingga penambahan masa jabatan. Ada asas keadilan yang dilanggar.
Ada persoalan fundamental dalam moralitas kekuasaan: ketika aturan diotak-atik demi melanggengkan kekuasaan, ini bukan sekedar perkara mengatur-atur aturan, melainkan karena etika kekuasaan tidak lagi jadi dasar pertimbangan. Bila seorang pemimpin memegang teguh etika kekuasaan, sekalipun digoda oleh aturan yang bisa diubah-ubah sesuai kebutuhan dan kepentingan pragmatis, pemimpin ini tidak akan goyah. Pemimpin seperti ini meyakini bahwa etika dan moralitas kekuasaan berada di atas aturan, dan etika inilah yang mestinya menjadi pengingat dirinya manakala ada orang-orang yang menggodanya agar terus berkuasa dengan cara mengubah-ubah aturan.
Konstitusi adalah aturan tertulis, sebagaimana penegakan hukum juga dituangkan dalam aturan-aturan tertulis. Di balik atau di dasar aturan tertulis terdapat etika dan moralitas terkait pengaturan kekuasaan. Manakala aturan tertulis dilanggar, etika dan moralitas kekuasaan mestinya menjadi benteng pertahanan. Namun, etika dan moralitas kekuasaan juga ikut dilanggar oleh para elite, entah mau berdiri di atas landasan apa lagi bangsa ini? >>
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
15 jam lalu

Generasi Milenial Butuh Hal Baru dari Politik dan Aktivisme Mahasiswa
Dibaca : 164 kali
1 hari lalu

Netizenokrasi: Wajah Intelektualisme Publik Era Milenial
Dibaca : 267 kali
2 hari lalu

Ironis, 85% Taman Bacaan di Indonesia Tidak Pernah Dibantu Pemerintah Daerah
Dibaca : 276 kali
2 hari lalu

Seperti Apa Kriteria Parpol yang Dipilih Masyarakat?
Dibaca : 233 kali
2 hari lalu

Novela Seno Gumira Ajidarma: Suara Hati Seorang Pelacur
Dibaca : 2.120 kali
Rabu, 29 Juni 2022 19:19 WIB

Apa Kata Dunia Andaikan Ganjar-Anies Diduetkan?
Dibaca : 1.223 kali
4 hari lalu

Apresiasi juga Dengki Iringi Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia
Dibaca : 969 kali
4 hari lalu

Pendidikan Jarak Jauh Ketlisut dan Raib dari Draft RUU Sisdiknas?
Dibaca : 711 kali
5 hari lalu

Timnas Israel Ikut Piala Dunia U-20 pada 2023, Apa Sikap Indonesia Sebagai Tuan Rumah?
Dibaca : 593 kali
1 hari lalu
