x

Iklan

Irfansyah Masrin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 Januari 2020

Rabu, 30 Maret 2022 06:56 WIB

Ramadhan, Momentum Pembinaan dan Penyempurnaan Taqwa

Bertujuan meraih gelar taqwa yang sempurna

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Taqwa bermakna taat, takut, dan tunduk terhadap segala hal yang Allah perintahkan dan meninggalkan semua yang Allah larang. Bahkan meninggalkan segala hal yang Allah larang jauh lebih utama daripada memperbanyak melakukan perintah. 

Karena semakin banyak seseorang meninggalkan keburukan, maka berpeluang semakin mudah seseorang menuju kebaikan, karena sudah tidak ada lagi keburukan yang menghalangi seseorang dari kebaikan. Sebaliknya jika seseorang lebih banyak berbuat kebajikan lantas di sisi lain ia juga menumpuk keburukan dan dosa, maka justru kebaikan-kebaikan yang dilakukan akan tertutupi oleh keburukannya hingga berakhir kesia-siaan.

Itulah mengapa meninggalkan keburukan jauh lebih utama daripada memperbanyak kebaikan, lebih baik lagi jika meninggalkan segala keburukan bersamaan dengan meningkatnya kebaikan-kebaikan. Sehingga kualitas diri kita akan selalu dibentuk oleh kebaikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karenanya taqwa tidak hanya bermakna sepihak, tapi juga memiliki dua sisi perintah dan larangan. 

Taqwa ini hanya akan ada pada orang-orang yang yakin (beriman). Itulah mengapa banyak yang mengaku ber-Islam namun tidak bertaqwa, karena ia belum menyempurnakan keimanannya dengan jalan taqwa.

Pada hakikatnya ber-Islam sudah pasti beriman. Karena seseorang yang telah bersyahadat sudah barang tentu mengimani Allah beserta segala hal yang terkait dengaNya. Demikian pula seseorang yang telah beriman kepada Allah termasuk bagian daripada diri seorang yang telah berislam.

Namun banyak yang ber-Islam dan beriman tapi tidak melaksanakan segala ketaatannya kepada Allah. Maka keimanannya belum sempurna. Karena iman yang sempurna ditunjukkan kepada ketaatan yang menyeluruh terhadap perintah dan larangan Allah, inilah yang disebut Taqwa.

Dalam Al-Qur'an dinyatakan "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah" (Al-Baqarah: 208)

 

Maka makna "kaffah" di sini diartikan "keseluruhan/sempurna. Dimaksudkan bahwa kita harus memeluk Islam secara sempurna atau secara keseluruhan. Bukan hanya diimani dalam lisan dan hati. Namun disempurnakan dengan mengintepretasikan segala perintah dan larangan Allah dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasul secara menyeluruh. Artinya bukan taat setengah-setengah atau taat pada sesuatu yang disenangi saja, bahkan bukan taat pada perintah yang enteng-enteng saja. Taqwa atau taat seperti ini disebut taat sesuka hati. Maka tidak dapat dibenarkan. 

 

Lebih jauh lagi taqwa secara menyeluruh adalah mengamalkan segala hal yang Allah perintahkan dalam Al-Qur'an dan Rasul contohkan, dan meninggalkan segala apapun yang dilarang sesuai keterangan dalam Al-Qur'an dan hadits. Apapun itu.

 

Karenanya di Momentum ramadhan ini secara refleks kita diarahkan pada satu kesadaran penuh bahwa ramadhan sebagai bulan pendidikan, momentum melatih diri dan sanak keluarga untuk lebih meningkatkan ketaatan dan menjauhkan diri dari keburukan. 

 

Bulan ramadhan sebagai bulan pembinaan diri seorang muslim dan ditempa agar terbiasa taat secara sempurna di bulan-bulan yang lain. Seseorang yang terbiasa mencuri, maka ia tak hanya harus berhenti mencuri di bulan Ramadhan, tapi ia juga harus berhenti mencuri di bulan yang lain. 

 

Para pejabat yang senang dengan suap dan korupsi tidak hanya menunda suap dan korupsi di bulan Ramadhan, melainkan momentum ramadhan sebagai momen membunuh kerakusan dan memusnakah kedzaliman dalam diri dengan melatih kontrol diri terhadap itu semua di bulan ramadhan lalu segera sadar agar tidak melanjutkan misi dosa itu di bulan-bulan selanjutnya.

 

Demikian pula ramadhan tidak hanya dirayakan sebagai "Sahril Qur'an", bulan diturunkannya Al-Qur'an lalu berlomba-lomba menamatkan membaca Al-Qur'an, meskipun itu tidaklah salah. Namun yang jauh lebih penting bahwa momen Ramadhan sebagai momentum memaknai dan mamahami isi Al-Qur'an lalu menerapkannya di kehidupan nyata secara sempurna. 

 

Segala perintah dan larangan itu bermakna hukum. Maka semua hukum-hukum yang dijelaskan di Al-Qur'an tidak hanya ditaburi tekstualnya, namun diamalkan isi kandungannya di segala aspek kehidupan. Kontekstualisasi Al-Qur'an.

 

Konsep definitif taqwa ini semakin menjelajah pada aspek-aspek taqwa lainnya. Taqwa individual, taqwa sosial dan taqwa politik. Ketiga aspek taqwa berintegrasi menjadi satu makna taqwa yang secara menyeluruh (Kaffah)

 

Taqwa individual sebagai pengalaman seseorang secara pribadi dalam upaya menjalankan ketaatan kepada Allah. Baik berupa ibadah spiritual, bagaimana berakhlak pada diri sendiri, hingga pemaknaan tentang kehidupan, manusia dan alam semesta, serta segala apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan itu ada (Aqidah Aqliyah)

 

Taqwa sosial menjelaskan kebermaknaan manusia pada kehidupan horizontal. Ia memiliki kewajiban menjalankan kebaikan, mencegah segala keburukan yang akan terjadi pada lingkup sosial (amal ma'ruf nahi mungkar) hingga upaya menyebarkan dan menegakkan kebenaran di tengah-tengah manusia (dakwah)

 

Tentunya semua aspek tersebut tidaklah sempurna tanpa taqwa politik. Yaitu menjadikan Islam sebagai arus utama kepemimpinan berpikir manusia dalam kehidupan (Qiyadah Fiqriyah Fil Islam). Menjadikan Islam sebagai satu-satunya ideologi yang mampu membawa peradaban dunia ke arah yang lebih baik yang berdasar pada Aqidah Aqliyah yang melahirkan peraturan hidup yang menyeluruh bagi seluruh umat manusia. 

 

Sehingga semua hal yang didambakan akan tercapai. Keberkahan dari langit akan bertumpah ruah dan kenikmatan dari bumi akan dirasakan, kemakmuran dan keadilan menjadi salah satu hasil dari Ketaqwaan yang sempurna kepada Allah dan RasulNya.

 

Terakhir, momentum ramadhan adalah momentum menambah spirit dan menguatkan energi positif terhadap pembentukan qualitas diri seorang muslim. Menyelami makna spiritual dan mencharge keimanan hingga kesempurnaan taqwa dapat terealisasi di berbagai aspek kehidupan setelah Ramadhan. 

Ikuti tulisan menarik Irfansyah Masrin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler