x

Pelepasan tukin di pantai Ujung Genteng

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 31 Maret 2022 12:33 WIB

Bebas dari Belenggu

Banyak sekali manusia yang sukses tapi sejatinya terbelenggu atau terpenjara. Bukan penjara beneran tapi dikuasai oleh nafsunya dan oleh setan. Bagaimana membebaskan diri dari penjajahan itu? Silahkan baca artikel ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono, Penulis buku

Why do you stay in prison when the door is wide open? Kalimat di atas adalah kutipan dari kalimat mutiara  Jalaludin Rumi, seorang sufi terkenal asal Konya, Turki.  Arti harafiahnya – mengapa Anda tetap tinggal di penjara ketika pintunya terbuka lebar.   Tentu saja dia tidak sedang membahas rumah tahanan atau bui dan nara pidana.  Mungkin Anda sudah punya dugaan tentang maksudnya.  Mari kita bahas.

Tafsir saya kata ‘penjara’ dalam kalimat di atas adalah harta dan kekuasaan duniawi yang memang sangat memikat buat manusia sehingga sebagian (besar) manusia rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.  Mereka berani melanggar aturan Allah swt untuk mendapatkan harta dunia dan kekuasaan.  Riba mereka jalani.  Eksploitasi sesama manusia dan kekayaan alam dijalani.  Menipu dilakukan.  Korupsi, kolusi, nepotisme tumbuh subur.  Demikian juga judi, penipuan dan lain lain.  Jadi orang orang yang melakukan pelanggaran tehadap ayat ayat Allah swt itu adalah orang yang terpenjara oleh kemegahan harta dan kekuasaan.  Apakah orang terpenjara itu bahagia?  Tentu saja tidak. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, kata Rumi, pintu penjara itu tidak digembok.  Pintunya justru terbuka lebar.  Apa maksudnya?  Tafsir saya dia ingin mengatakan bahwa sesungguhnya tidak sulit buat manusia untuk membebaskan diri dari pejara kehidupan duniawi.  Bagaimana caranya?  Secara singkat mengabdikan diri dengan total kepada Allah swt.  Itulah satu satunya cara untuk merdeka.  Jadi di sinilah paradox kehidupan.  Manakala manusia menundukkan dirinya dengan menjadi abdi Allah swt maka dia justru merdeka dari penjara kehidupan duniawi.  Tatkala dia tidak mau menundukkan diri, tidak mau menjadi abdi Allah swt maka dia bisa saja sukses dalam pandangan manusia karena memiliki banyak harta dan kekuasaan.  Tapi sejatinya dia menjadi orang tahanan.  Dia dibui dalam penjara yang tidak nampak sangar.  Tidak seperti penjaranya para penjahat.  Maksudnya dia menjadi hamba harta dan kekuasaan.

Saya ingin kaya raya dan berkuasa.  Apakah itu salah?  Tentu saja tidak. Tapi ada caranya.  Di mana kita tahu caranya?  Di dalam Al Qur’an bayak sekali ayat yang mengingatkan manusia agar jangan terpedaya oleh kehidupan duniawi.  Mencari rejeki memang wajib. Orang yang menghambakan diri kepada Allah swt tidak harus menghindari kehidupan duniawi.  Menjadi kaya dan berkuasa tidak salah, boleh boleh saja.  Tapi harus tidak melanggar aturanNya.  Maka ikuti saja aturan Allah swt agar kita mampu mendapatkan kehidupan yang bahagia tidak hanya di dunia tapi juga di akherat.  Bagaimana kiatnya mencari keduanya?  Sekali lagi, panduan lengkapnya ada di Al Qur’an.  Itulah panduan tertinggi. 

Dalam buku One way ticket to happiness saya menggambarkan mereka sebagai orang orang jajahan.  Orang yang dijajah oleh nafsunya.  Sejatinya mereka orang yang tidak menguasai dirinya.    Mereka dikuasai oleh setan dan nafsunya.

Semoga membantu Anda menemukan pencerahan.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

5 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB