x

Iklan

sucahyo adi swasono

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474
Bergabung Sejak: 26 Maret 2022

Rabu, 6 April 2022 16:17 WIB

Mitigasi Bencana Besar Luar Biasa, Sebuah Keniscayaan

Artikel kami kali ini, adalah suatu Analisis Historis Kritis, yang hanya sekedar mengingatkan kepada siapapun, terutama sebagai sesama Anak Bangsa tanpa tendensi apapun, pamrih apapun, kecuali sebagai panggilan jiwa, begitu menatap realita fakta atas situasi dan kondisi Dunia pada umumnya, dan Bangsa Negara ini pada khususnya. Bahwa Dunia saat ini berada di tepi jurang kehancuan yang mengerikan. Perang Dunia 3 sudah dimulai dan ancaman Perang Nuklir sudah di depan mata. Kondisi tersebut akan diperparah dengan bencana alam yang sangat dahsyat, seperti gempa-gempa raksasa disertai Tsunami, meletusnya gunung-gunung berapi, banjir besar, kelaparan, wabah penyakit, dan berbagai bencana lainnya. Bencana-bencana tersebut akan meluluhlantakkan sebagaian besar kota-kota di muka bumi, membunuh milyaran manusia dan menghacurkan sebagian besar perangkat teknologi yang ada, sehingga akan menjungkirbalikkan peradaban yang dikata maju saat ini, akan kembali menjadi terbelakang. Bukankah hal yang demikian itu akan berimbas dan berpengaruh pula terhadap Bangsa dan Negeri ini? Oleh karenanya, Fokus perhatian di Artikel ini adalah "Bagaimanakah kita mempersiapkan diri tentang suatu Mitigasi Bencana dengan segala langkah tempuhnya, bila Perang Dunia 3 atau Perang Nuklir, benar dan sungguh terjadi?"

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pembaca yang budiman, saudara se-bangsa dan setanah air, 

Marilah kita sadari bersama, bahwa kehancuran yang akan terjadi tidak bisa dicegah dan dihindarkan, kerusakan sistem keseimbangan di muka bumi sudah pada puncaknya yang demikian parah. Begitu juga dengan keseimbangan tatanan dunia. Terjadinya bencana besar itu, sebenarnya adalah bagian dari proses pemulian sistem keseimbangan di Bumi. Tahun-tahun ke depan kita akan berhadapan dengan masa-masa yang sulit, suatu kondisi yang sangat berat dan mencekam, kekayaan dan jabatan yang selama ini dibanggakan, semua bakal tidak ada artinya. Keluarga maupun sahabat tidak bakal bisa membantu, semua akan sibuk menyelamatkan diri masing-masing.

Oleh karenanya pemerintah dan segenap komponen bangsa seharusnya sadar atas apa yang akan terjadi, dan segera melakukan persiapan upaya-upaya mitigasi untuk meminimalisir risiko dari Perang Dunia 3 maupun bencana-bencana besar lainnya. Pemerintah tak perlu menguras anggaran atau menambah beban utang negara yang telah menggunung dalam memborong alutsista yang mahal sebagai bekal dalam menghadapi Perang Dunia 3.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketahuilah, berapapun kemampuan kita membeli pesawat-pesawat canggih, kapal-kapal canggih, dan lain-lain, tidak akan mampu mengimbangi kekuatan China maupun Sekutu. Ingat! Perang Dunia 3 adalah Perang Nuklir. Amerika punya ribuan nuklir dan China menempati urutan ketiga negara yang mempunyai jumlah nuklir terbanyak di dunia.

Dengan demikian, tidak akan ada gunanya kita melawan mereka. Semakin kita keras menghadang mereka, semakin babak belur kita akan dibuatnya. Berkacalah kepada Ukraina, sekeras apa dan bagaimanakah dia menghadang Rusia? Semakin hancur negaranya! Biarkanlah mereka berperang, perang antara negara-negara yang serakah, karena hal itu bukan perang kita. Kalaupun pada saatnya mereka memaksa menginvasi, mau menguasai negara kita, kita tak perlu menghadang dengan kekuatan penuh dan berdarah-darah, toch perang mereka tak akan berlangsung lama dan hanya sementara. Begitu saatnya mereka babak belur akbat perang, mereka pasti akan hengkang juga dari negeri ini.

Perlu diingat dan disadari, bahwa musibah-musibah besar dunia adalah bagian dari rancangan yang sangat dahsyat, sebagai mekanisme perbaikan sistem keseimbangan ciptaan Tuhan. Karena ketika manusia merusak sistem Keseimbangan, menciptakan ketimpangan atau kesenjangan, maka semuanya akan berujung pada bencana atau kehancuran. Saat itulah mekanisme sistem pemulihan keseimbangan sedang berjalan. Baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial, maupun sistem kesimbangan-keseimbangan yang lainnya.

Dengan demikian, dalam rangka mitigasi Perang Dunia 3 dan bencana-bencana besar lainnya, satu-satunya jalan adalah upaya menata kembali pengelolaan negara dengan berpijak pada prinsip-prinsip keseimbangan. Perbaikan sistem keseimbangan secara menyeluruh dimaksud merupakan implementasi perwujudan dari taubat nasional kepada Sang Maha Pencipta. Yakni, perbaikan dari berbagai kebijakan negara yang selama ini menimbulkan kerusakan keseimbangan Alam secara masif yang berakibat pada ketimpangan, kesenjangan sosial ekonomi yang sangat dalam, dan berbagai bentuk ketimpangan-ketimpangan yang lainnya.

Implementasi sistem keseimbangan dimakud akan menciptakan kemandirian dan ketahanan dalam keseluruhan aspek, baik ketahanan lingkungan, sosial ekonomi, kemandirian dan ketahanan pangan, serta ketahanan pada aspek-aspek yang lainnya. Ini adalah bekal utama dalam menghadapi bencana besar yang mengahadang di depan.

Coba kita perhatikan terhadap negeri ini, negeri yang dikaruniai sumber kekayaan alam yang luar biasa, Negeri kepulauan di Khatulistiwa dengan intensitas penyinaran matahari yang cukup serta curah hujan yang tinggi, sehingga dikenal sebagai negara agraris. Dengan karunia Tuhan yang luar biasa tersebut seharusnya Bangsa ini mampu untuk mandiri, berswasembada, bahkan menjadi eksportir produk-produk pertanian. Namun faktanya, hampir sebagian besar komoditi pangan kita masih diimpor dari negara-negara lain.

Indonesia adalah termasuk negara pengimpor beras terbesar di dunia. Selain beras, kita juga mengimpor gula, kedelai, gandum, bawang putih, daging sapi. Bahkan, negeri yang memiliki garis pantai yang sangat panjang, mengapa jutaan ton garam harus diimpor dari luar negeri? Sungguh sangat memprihatinkan. Ada kesalahan yang sangat fatal dalam pengelolaan negeri ini. Yang sangat miris di dekade terakhir ini, bahwa Indonesia sebagai pengekspor batubara dan minyak sawit terbesar di Dunia, namun mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dalam negerinya? Ini menunjukkan bahwa iblis kapitalisme sangat berkuasa di negeri ini.

Bagaimana kita mampu melewati tahun-tahun yang berat ke depan dalam kondisi bangsa yang rapuh dan lemah? Yang patut disadari, bahwa pangan adalah sektor ekonomi yang paling mendasar. Setiap perang maupun bencana-bencana besar lainnya akan berimbas pada krisis pangan  yang hebat. Ini akan terjadi di sebagian besar negara-negara di dunia, akan tejadi bencana kelaparan yang hebat di muka bumi.

Akan kemanakah kita mencari bantuan, jika masing-masing negara mengalami krisis pangan? Kalau Pemerintah kita ini cerdas, mereka seharusnya menghentikan proyek raksasa yang menghabiskan anggaran besar. Seperti pembangunan infrastruktur di kota-kota besar dengan jalan yang sudah bertingkat-tingkat.

Perlu diketahui perang akan menargetkan penguasaan kota-kota besar, dan di situlah akan terjadi konflik yang berdarah-darah. Dan, kota-kota besar itu akan luluh lantak diterjang oleh mesin-mesin perang. Pada saat itulah setiap negara dituntut mandiri dalam penanganan gawat darurat serta penyediaan obat-obatan. Karena bencana akan banyak mengakibatkan jutaan manusia cedera dan rawan terhadap wabah penyakit.

Kita juga perlu menjaga hutan-hutan kita, karena ke depan akan semakin langka ketersediaan udara bersih maupun air bersih. Ini yang sangat mendesak untuk dipersiapkan, meskipun kemandirian-kemandirian yang lain secara bertahap juga harus dipersiapkan. Dengan kata lain,  diperlukan pemerataan pembangunan.

Anggaran pembangunan di perkotaan harus dialihkan untuk pembangunan di pelosok-pelosok daerah, khususnya di luar Jawa. Membangun infrastruktur pertanian, pembangunan lokasi sumber-sumber air, pembangunan Dam dan Irigasi, serta cetak lahan pertanian secara masif. Program Transmigrasi harus kembali digalakkan karena dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) dalam jumlah besar untuk menggarap lahan-lahan pertanian yang sudah dipersiapkan.

Di sisi yang lain, pemerintah harus melakukan restrukturisasi organisasi pemerintahan, birokrasi harus efektif dan efisien, kinerja pegawai harus profesional, lembaga-lembaga yang tidak produktif dan tidak jelas fungsinya harus ditutup. Perampingan besar-besaran harus dilakukan, ribuan bahkan jutaan pegawai pemerintah harus siap dialihfungsikan untuk menjadi pelaku-pelaku usaha yang produktif di sektor pertanian, meskipun harus dibekali pelatihan yang serius. Demikian pula anggota TNI yang sedang tidak berperan, bisa diarahkan untuk terjun ke sesktor pertanian yang produktif, membangun pertahanan pangan.

Jadi, semua sumber daya harus dikerahkan untuk persiapan mitigasi besar-besaran. Dibutuhkan pendanaan besar dan kebersamaan, perlu pemangkasan gaji dan tunjangan pejabat pemerintahan. Pendapatan harus berbasis kinerja dan produktivitas, bukan atas dasar posisi atau jabatan seseorang. Perlu kontribusi maksimal pengusaha besar dan menengah serta orang-orang kaya yang selama ini telah banyak menikmati hasil kekayaan negeri ini. Bila mereka tidak mau kooperatif, asset harus di sita dan dikelola untuk kepentingan negara. Intinya, semua komponen dan aspek harus diseimbangkan dan dikelola berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan.

Lantas, apa yang harus kita lakukan sebagai pribadi-pribadi dan warga masyarakat? Sadarilah, bahwa Tuhan telah menciptakan alam aemesa beserta isinya dengan keteraturan dan keseimbangan yang sempurna. Disadari atau tidak, bahwa selama ini kita telah mendurhakai Allah, tidak mensyukuri karunia-Nya, banyak aktivitas kita selama ini telah merusak sistem keseimbangan ciptaan Allah. Apakah itu keseimbangan alam, keseimbangan sosial, termasuk sistem keseimbangan yang ada di dalam tubuh biologis kita sendiri.

Meskipun setiap waktu kita sembahyang, sholat, berdoa, memuja dan memuji Tuhan, namun setiap hari pula apa yang kita lakukan sedikit banyak telah berkontribusi dalam merusak sistem keseimbangan ciptaan Tuhan. Dan, selama ini pula kita telah menjadi bagian dari sistem setan, sistem kapitalis yang merusak keseimbangan, sistem yang hanya membikin kehancuran.

Inilah esensi taubat yang benar, yakni menjadi bagian dari sistem keseimbangan Tuhan. Dengan kata lain, Tidak Ada Ibadah yang Utama, selain membangun dan menjaga sistem keseimbangan menurut Allah. Dan, amal ibadah kita tidak akan berarti bila kita mengabaikan sistem keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan.

Oleh karenanya, bagi mereka yang sadar akan kesalahan dan berniat melakukan taubat yang benar, segeralah merapatkan diri menghimpun diri untuk bersama-sama berjuang membangun tatanan kehidupan seimbang. Membangun keseimbangan adalah bagian Utama dari langkah-langkah Mitigasi yang nyata sesuai petunjuk ajaran Tuhan dalam menghadapi bencana besar yang menghadang di depan.

Di mulai dari pribadi-pribadi dan keluarga untuk hidup seimbang, selanjutnya menghimpun diri bersama orang-orang yang peduli keseimbangan. Membangun komunitas seimbang di lokasi yang masih relatif terjaga keseimbangannya, yakni lokasi-lokasi pedalaman yang masih alami dengan keberadaan hutan-hutaan di sekitarnya, dan bukan daerah yang rawan bencana, bukan lokasi yang rawan gempa dan tsunami, bukanlah di areal sekitar gunung-gunung berapi , serta bukan kawasan yang rawan banjir dan longsor.

Dimulai dari skala terkecil, lingkup kampung, sebuah proyek percontohan kampung seimbang, kampung profesional yang mandiri, kampung yang memiliki ketahanan pangan, ketahanan sosial ekonomi dan ketahanan-ketahanan yang lain. Kemudian dari lingkup kampung akan berkembang menjadi desa seimbang, kota seimbang. Inilah sebuah bahtera kehidupan yang akan mampu menyelamatkan orang-orang di dalamnya dari berbagai bencana dahsyat.

Dan, ketika bencana besar sudah mereda, kampung yang sudah berkembang menjadi kota seimbang, akan terus berkembang dan akan memproklamasikan diri menjadi Tatanan Negara Seimbang. Bahkan, berkembang menjadi Tatanan Dunia yang Seimbang.

Demikian, proses taubat yang benar, sekaligus sebagai langkah mitigasi dalam menghadapi bencana yang luar biasa dahsyat. Segeralah bertobat sebelum terlambat. Ingatlah, semua kebijakan kita, perilaku kita dan apa-apa yang kita mliki, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan pengadilan Tuhan. Pikirkan dan renungkanlah

Sekian dan terima kasih, salam satu bangsa Indonesia Nusantara, Salam Pancasila.

 

Kota Malang, 06 April 2022

“Mitigasi Bencana Besar Luar Biasa Dahsyat, yang bakal terjadi dan bila sungguh benar terjadi, adalah sebuah keniscayaan untuk dipersiapkan mulai saat ini ...”                                           

 

 

Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB