x

Iklan

Ricko Blues

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 Maret 2022

Senin, 11 April 2022 16:42 WIB

Sokrates dan Yesus di Bulan April

Ini sudah bulan April 2022. Hidup terus berlanjut. Saya belajar dan terus belajar, lalu sejenak saya sadar ketidaktahuan adalah awal dari pengetahuan. Yesus mengajarkan kepada saya tentang kerendahan hati yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di bulan April 2022, saya sedang merenungkan dua tokoh besar sekaligus yakni Sokrates dan Yesus. Tokoh pertama masuk ke dalam pikiran saya karena sebuah buku berjudul, Matinya Socrates karya Plato yang baru saya beli di sebuah toko buku online. Sedangkan, tokoh kedua, saya renungkan sebagai seorang Kristen yang tidak bisa dibilang taat. Di pekan suci Paskah, memasuki Minggu Palma, Yesus diarak memasuki kota suci Yerusalem. Daun-daun pohon palma (palem) dibentangkan di jalanan. Kisah ini begitu membekas dalam pikiran pertama-tama bukan karena deskripsi di dalam Injil, tapi sebuah film tentang Yesus yang pernah saya tonton sewaktu duduk di bangku SD.

Perayaan Paskah merupakan puncak iman Kristiani. Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan yang masuk ke dalam ruang dan waktu, menjadi manusia seutuhnya. Jika dia tak bangkit, maka Yesus tak lebih dari seorang revolusioner Yahudi yang ingin memperjuangkan kebebasan bangsanya dari penjajah Romawi.

Di atas meja kerja saya, buku Matinya Socrates masih terbuka. Ada puluhan lembar halaman yang belum saya lahap. Tapi sejak lama saya tahu Sokrates bukan 'pemeran pembantu' dalam sejarah pemikiran Barat. Namanya berulang kali dikutip. Saya sudah kagum padanya sebelum buku tentangnya itu selesai dibaca.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sokrates(469 SM-399 SM) adalah bapak filsafat dan pemikir paling terkenal dalam tradisi filosofis Barat.Di masa hidupnya, ia terkenal sebagai seorang pria yang berbudi baik, jujur, bijaksana dan adil. Di Athena, ia punya pengaruh besar khususnya di kalangan anak muda. Pemikiran-pemikirannya cemerlang dan segera mempesona banyak orang. Metode pengajarannya yakni metode tanya-jawab yang lebih dikenal sebagai ‘metode kebidanan’ sangat ampuh membantu orang-orang muda menemukan potensi kebenaran dan kebijaksanaan dari dalam diri mereka sendiri. Salah seorang murid Sokrates yang juga banyak menulis tentang Sokrates adalah Plato yang kelak juga sejajar dengan gurunya sebagai seorang pemikir besar.

Meskipun demikian, tidak semua orang kagum dengan Sokrates. Ia masuk penjara dengan tuduhan merusak moral para pemuda polis Athena dan menyebarkan paham Atheisme yang menolak adanya dewa-dewa yang diakui oleh orang-orang Yunani. Di dalam bukunya, The Apology of Socrates, Plato mengisahkan dengan sangat baik proses peradilan ini. Ia dituduh menolak agama yang diakui oleh Negara dan menyebarkan agama baru ciptaannya sendiri. Tentu saja, Sokrates menolak semua tuduhan itu.Pleidoinya di hadapan hakim tak ada artinya. Dalam proses peradilan selanjutnya, Sokrates dinyatakan bersalah dengan suara 280 melawan 220. Ia dituntut hukuman mati dengan cara meminum racun tumbuh-tumbuhan di usia tujuh puluh tahun.

Hingga sekarang pemikiran Sokrates masih terus dipelajari. Berbagai buku dan risalah penelitian tentang ajarannya ditulis dan selalu menjadi bahan referensi banyak disiplin ilmu. Sejarah kemudian mengenangnya bukan sebagai seorang penista agama dan perusak moral anak muda, tetapi sebagai filsuf paling berpengaruh sepanjang zaman yang sejajar dengan Plato dan Aristoteles.

Dua ribuan tahun lalu di tanah Palestina kejadian serupa Sokrates pernah terulang. Yesus dari Nazareth, anak seorang tukang kayu tampil sebagai seorang rabbi (guru) ‘yang tidak biasa’ dalam konteks sosial kala itu. Ajaran-ajarannya tentang Tuhan dan berbagai keutamaan hidup menyentuh langsung kehidupan masyarakat Palestina yang menderita. Di dalam institusi agama Yahudi, masyarakat miskin harus menaati berbagai aturan keagamaan yang sudah tidak relevan dan membebani bahkan cenderung tidak manusiawi. Pun, masyarakat juga harus membayar upeti kepada pemerintah Romawi yang turut menjajah mereka secara sosial dan budaya.

Dalam kaca mata melawan dua otoritas yang menindas seperti ini, ajaran-ajaran Yesus menjadi sangat aktual dan merebut simpati banyak orang. Seruan moralnya tentang cinta kasih justru menjungkirbalikkan nilai-nilai yang selama ini dihayati masyarakat Yahudi dan praktek penindasan kaum penjajah. Dengan latar belakang sosio-kultural seperti inilah Yesus diadili dalam sebuah peradilan Romawi yang kolot. Orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat yang eksistensinya sudah tidak diperhitungkan lagi oleh karena kehadiran Yesus mulai menyusun strategimenjatuhkan hukuman terhadapnya. Ia dihukum mati dengan cara disalibkan di Golgota (Bukit Tengkorak) bersama dua orang penjahat setelahsebelumnya diarak dan disiksa habis-habisan oleh para serdadu Romawi. Banyak orang menghujat dan banyak orang juga yang menangis. Walau demikian, orang benar dan jujur punya sejarahnya sendiri. Ajaran-ajaran Yesus ditulis di dalam Kitab Suci dan dihayati hingga saat ini. Pengikutnya yang disebut Kristen menyebar hingga ke berbagai pelosok dunia dan menjadi yang terbesar di dunia. Universalitas ajarannya diakui dan menjadi referensi dalam menentang berbagai ketimpangan dan ketidakadilan sosial.

Ini sudah bulan April 2022. Hidup terus berlanjut.

Saya belajar dan terus belajar, dan sejenak saya sadar, ketidaktahuan adalah awal dari pengetahuan sebagaimana pesan Sokrates. Lalu Yesus mengajarkan kepada saya tentang kerendahan hati yang tercermin dalam tindakan sehari-hari.

 

 

Ikuti tulisan menarik Ricko Blues lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler