x

cover buku Yang Fana Adalah Waktu

Iklan

Anisah Rahmayanti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 April 2022

Senin, 18 April 2022 22:29 WIB

Analisis Unsur Pembangun Puisi dalam Puisi Yang Fana Adalah Waktu karya Sapardi Djoko Damono

Puisi ialah karya sastra yang terikat pada rima, irama, matra, serta penyusunannya memuat larik dan bait. Dalam puisi terdapat unsur pembangun, yaitu unsur ekstrinsik dan intrinsik. Unsur intriksik pada puisi ialah amanat, tema, nada, rasa, diksi, dan sebagainya sedangkan pada unsur ekstrinsik ialah biografi, nilai, dan sosial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Puisi merupakan salah satu dari ragam sastra yang berasal dari hasil ungkapan dan perasaan para penyair dengan bahasa yang terikat dengan rima, matra, irama, serta bentuk susunannya terdapat larik dan bait. Dalam puisi seorang penyair dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara bebas dan imajinatif. Puisi juga memiliki beberapa unsur pembangun, unsur pembangun puisi dibagi menjadi dua, yaitu unsur pembangun intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur pembangun intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam puisi dan terbagi menjadi dua, yaitu unsur batin dan fisik. Dalam unsur batin terdapat amanat, tema, rasa, dan nada, sedangkan dalam unsur fisik terdapat diksi, tipografi, imaji, , rima, dan gaya bahasa. Berikut penjelasannya:

Unsur Batin

  • Tema
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tema adalah gagasan pokok dalam puisi, dengan adanya tema maka seorang penyair dapat menentukan diksi yang akan digunakannya

  • Rasa

Rasa adalah ungkapan perasaan seorang penyair yang dituangkan ke dalam puisinya.

  • Nada

Nada adalah cara seorang penyair menyampaikan puisi dengan susunan kata-katanya, nada juga dianggap sebagai sikap seorang penyair dalam puisi sehingga efeknya dapat terasa oleh para pembaca.

  • Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan seorang penyair kepada pembaca puisinya.

Unsur Fisik

  • Diksi

Diksi adalah pilihan kata yang tepat. Dengan menggunakan diksi maka puisi jadi terkesan lebih indah dan berguna sebagai unsur yang membantu penyair dalam mengungkapkan ekspresinya.

  • Tipografi

Tipografi adalah tata cara peletakan huruf dalam puisi, tipografi juga berguna untuk menggambarkan tema dan isi pada puisi.

  • Imaji

Imaji adalah rangkaian kata yang dapat memperjelas maksud dan tujuan dari seorang penyair.

  • Rima

Rima adalah kesamaan bunyi atau nada.

  • Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara penyair dalam menggunakan rangkaian kata guna mengungkapkan sesuatu.

Unsur pembangun ekstrinsik adalah unsur yang terdapat di luar puisi dan terbagi menjadi tiga, yaitu unsur biografi, unsur sosial, dan unsur nilai. Berikut ini penjelasannya:

 

  • Biografi

Unsur biografi adalah unsur yang berkaitan dengan latar belakang seorang penyair.

  • Sosial

Unsur sosial adalah unsur yang berkaitan dengan kondisi masyarakat ketika puisi itu dibuat.

  • Nilai

Unsur nilai adalah unsur yang berkaitan dengan pendidikan, politik, sosial, ekonomi, budaya, adat istiadat, dan lainnya.

 

Dalam artikel ini penulis memilih menganalisis unsur pembangun puisi pada puisi Yang Fana Adalah Waktu karya Sapardi Djoko Damono. Berikut ini adalah isi puisi tersebut:

Yang fana adalah waktu.

Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga

sampai pada suatu hari

kita lupa untuk apa

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.

Kita abadi.

 

Puisi “Yang Fana Adalah Waktu” membawa tema tentang waktu. Setiap bait yang digunakan mengungkapkan bahwa kehidupan manusia akan abadi sampai di kehidupan akhirat dan akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang telah  dilakukan di dunia, sedangkan waktu hidup manusia hanya sementara. Perasaan yang tergambarkan dalam puisi ini ialah penyair merasa bahwa kehidupan hanyalah sementara sehingga sebagai manusia kita tidak boleh terlena akan dunia. Nada dalam puisi ini ialah sendu karena pada bait kelima menggambarkan seperti adanya tamparan tegas mengenai fananya kehidupan ini. Selanjutnya mengenai amanat pada puisi ini ialah kita sebagai manusia janganlah menyia-nyiakan waktu dan tidak boleh terlena pada dunia yang fana ini, gunakanlah waktu sebaik-baiknya agar tidak ada kata penyesalan nantinya.

Diksi pada puisi “Yang Fana Adalah Waktu” ialah penggunaan kata konkret, kosakata yang digunakan adalah kata keseharian yang mudah dipahami dan tidak memunculkan makna baru. Tipografi yang digunakan ialah rata kiri seperti gaya penulisan pada umumnya. Imaji yang digunakan ialah visualisasi, hal ini terdapat pada bait “Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga” yang membuat pembaca secara tidak langsung membayangkan bagaimana detik waktu dipungut dan dirangkai seperti rangkaian bunga. Rima yang digunakan terdapat pada setiap akhir sajak, yaitu bunyi vokal u, a, dan i sebagai bunyi yang lembut. Gaya bahasa yang digunakan ialah majas aliterasi, hal ini terdapat pada bait “detik demi detik” yang mengulang konsonan D di awal kata secara berurutan.

Berdasarkan hasil analisis pada puisi “Yang Fana Adalah Waktu” dapat disimpulkan bahwa setiap puisi tentunya memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik seperti tema, nada, amanat, irama, diksi, biografi, nilai, dan sebagainya. Pada puisi tersebut juga memiliki makna yang mendalam mengenai kehidupan. Bahwa kehidupan hanyalah sementara, tetapi manusia akan abadi sampai ke akhirat, maka sebagai manusia kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu dan gunakan waktu yang kita miliki sebaik mungkin agar tidak adanya penyesalan di kemudian hari.

Ikuti tulisan menarik Anisah Rahmayanti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB