x

pssi

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 19 April 2022 13:34 WIB

Usia Sudah 92 Tahun, PSSI ? Ayo Berprestasi!

Sejatinya, apa yang menjadi benang kusut di federasi sepak bola kita, sudah ditemukan titik masalahnya. Tetapi siapa yang bisa menyentuh PSSI. Ada Statuta yang melindungi. PSSI milik voter. Dan para voter selama ini juga terus berkubang dalam kepentingan dan kepentingan yang ujungnya uang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selamat Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ke-92, Selasa, 19 April 2022. Di usia menjelang 1 abad kurang 8 tahun, semoga, sepak bola nasional mampu memberikan prestasi bagi bangsa dan negara yang seutuhnya.

Prestasi seutuhnya, sulit?

Prestasi seutuhnya itu, di antaranya di lingkungan organisasi PSSI kondusif dan sehat. PSSI benar-benar wujud organisasi sepak bola tertinggi di negara ini, dengan bukti ada jejak kepemimpinan dan keorganisasian yang benar dalam tubuh PSSI.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Memiliki program menyeluruh yang mengakomodir semua kepentingan sepak bola nasional. Posisi strategis benar-benar diduduki oleh orang yang tahu dan kompeten di bidangnya. Dan lainnya.

Kini, PSSI memang sudah uzur, tetapi orang-orang yang menggerakkan roda federasi bukan orang-orang uzur. Tetapi, mengapa hingga kini, PSSI masih dibilang nir prestasi?

Bagi orang awam yang tak paham kepemimpinan dan organisasi, serta tak paham cara kerja di PSSI selama ini, maka tak kunjungnya PSSI memberikan prestasi terbaik bagi bangsa dan negara, tentu akan terus menjadi pertanyaan.

Meski sebagai organisasi, tetapi cara kerja dan kepemimpinan di PSSI tak seperti cara kerja kepemimpinan pada organisasi-organisasi pada umumnya. PSSI bekerja sesuai dengan Statuta. Statutanya merujuk FIFA.

Statuta penghambat, melindungi

Statuta FIFA itu, mengalahkan negara dan dunia. Sebab, negara tak boleh ikut campur dalam urusan sepak bola. FIFA pun, ibaratnya adalah kerajaan dunia yang tak dapat disentuh oleh negara mana pun. Herannya, sampai saat ini, hal ini masih bertahan dan akan terus bertahan.

Karenanya, dalam tubuh PSSI, hal-hal yang diprogramkan oleh PSSI, diolah di meja Exco, pengesahannya dan keputusannya dalam Kongres PSSI. Sekurangnya, itulah salah satu adat dalam statuta, sehingga itulah pula yang menjadi penghambat mengapa PSSI sulit berprestasi.

Kapan pondasi sepak bola nasional, sepak bola akar rumput benar-benar diurus dengan benar oleh PSSI? Keberadaannya, kedudukan, fungsi dan tugasnya, afiliasinya, panduan formalnya untuk berdiri Sekolah Sepak Bola (SSB) dan sejenisnya? Peraturan-peraturannya, pendidikan dan pelatihannya, kompetisnya.

Kapan PSSI membuat standar SSB? Kapan PSSI menertibkan SSB, Akademi-Akademian Sepak Bola, Diklat-Diklatan Sepak Bola, dan lainnya?

Kapan lahir Kurikulum Sepak Bola Akar Rumput Indonesia yang benar? Perbaikan dari Filanesia yang belum bisa disebut Kurikulum? Alasannya, selalu ada, selalu merujuk FIFA dan lainnya.

Bagaimana prestasi timnas akan tergapai, sebab pondasinya tak pernah di sentuh dengan benar. Terus dibiarkan. Yang dipikirkan malah kompetisi Liga 1, 2, 3, yang ada uangnya. Liga 1, 2, dan 3 juga tinggal comot pemain muda dari SSB. Tetapi ujung-ujungnya para pemain timnas yang direkrut, juga banyak dari hasil pendidikan dan pembinaan kompetisi swasta.

Kini siapa yang banyak direkrut Shin Tae-yong untuk Timnas U-19 sebagai persiapan Piala Dunia U-20? Siapa yang banyak diambil untuk Timnas U-23 untuk SEA Games 2021 Vietnam?

Ibarat bus

Catatan saya, ada orang-orang yang tak kompeten dalam kepemimpinan dan keorganisasian, tetapi bisa ada dalam tubuh PSSI. Sudah begitu, Kongres PSSI yang memutuskan dan mengesahkan segala sesuatu, selama ini juga menjadi tempat kongkalikong berbagai kepentingan. Jadilah, PSSI akan berputar dan berkutat dalam masalah yang sama. Itu-itu saja. Sebab, akar masalahnya tak pernah disentuh.

Ibaratnya, PSSI itu sebuah bus, terus berjalan sesuai kemauan dan kepentingannya, tanpa menyadari bahwa tugas bus itu bukan hanya mengantar penumpang yang sama, tetapi juga mengantar penumpang yang bergantian. Pun dengan rute yang jelas, peta yang jelas. Sehingga tak salah jalan, tak salah sasaran, tak salah tujuan, karena sebelum berangkat, semua sudah disiapkan dengan matang.

Tapi, mustahil bus akan mampu bergerak bila roda dan bannya bermasalah. Mustahil bus mampu berjalan bila ada obderdil mesin atau sparepart yang tak sehat. AC nya mati. Kabinnya pengap. Kursi-kursi dan yang duduk sudah kadaluarsa, bahkan ada mafia?

Bila prestasi adalah tujuan akhir bus, kapan kira-kira bus akan sampai tujuan bila sopirnya dan para penumpangnya tak paham roda dan bus yang bermasalah. Tak paham onderdil dan sparepart bus yang tak sehat dan harus diganti.

Benang kusut

Sejatinya, apa yang menjadi benang kusut di federasi sepak bola kita, sudah ditemukan titik masalahnya. Tetapi siapa yang bisa menyentuh PSSI. Ada Statuta yang melindungi. PSSI milik voter. Dan para voter selama ini juga terus berkubang dalam kepentingan dan kepentingan yang ujungnya uang.

Namun begitu, semoga saja tulisan ini menjadi pencerahan. Tak usah PSSI belajar dari sepak bola negara lain, minimal belajarlah kepada Futsal Indonesia. Mengapa kini mereka bisa terus mengkilap?

Dengan Statuta yang ada, seharusnya tidak menjadi penghambat untuk PSSI dapat bergerak sesuai dengan kepemimpinan dan jalannya organisasi yang benar. Sayang, yang terjadi, Statuta malah jadi kendaraan untuk kepentingan-kepentingan dan perlindungan mutlak.

Mengapa sama-sama memakai Statuta, kepemimpinan dan keorganisasian federasi sepak bola di negara lain berjalan benar dan Timnasnya berprestasi? Mengapa? Pasti publik tahu jawabnya.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler