x

Ilustrasi Media Sosial. Image dari Gerd Alatman dari Pixabay

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Rabu, 20 April 2022 12:48 WIB

Memaafkan adalah Kemenangan Terbaik

Kadang kita merasa tersinggung atau sakit hati dengan kata kata atau perbuatan orang lain. Akibatnya mungkin kita ingin membalas dendam dengan omongan atau perbuatan. Tapi itu justru akan memperburuk situasi kita sendiri. Kita akan kalah. Kalau ingin menang kita justru harus memaafkan. Bagaimana mungkin? Silahkan baca terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Memaafkan Adalah Kemenangan Terbaik. 

 

Bambang Udoyono

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

 

Sebenarnya nènèk moyang kita memiliki peri bahasa dalam bahasa Jawa yang artinya mirip.  Wani ngalah luhur wekasané.  Secara harafiah artinya siapa yang berani mengalah akan luhur (unggul) akhirnya. Jadi intinya adalah anjuran untuk mengalah.  Dengan kata lain mundur selangkah untuk maju dua tiga langkah.

 

Menurut Ali bin Abi Thalib orang yang memberi maaf justru akan menang. Menang kepada siapa? Ya menang dengan orang yang menyakiti atau merugikan.  Mengapa menang?  Karena orang yang memberi maaf sejatinya sudah mampu mengatasi nafsu amarahnya.  Orang yang dirugikan, dizalimi, disakiti hati, direndahkan marwahnya, pastilah memiliki rasa sakit hati.  Sebenarnya wajar saja.  Semua orang bisa marah atau sakit hati.  Tapi orang yang sudah menguasai nafsu amarahnya dan egonya  akan mampu menguasainya.  Maka dia akan mampu memberi maaf kepada orang yang menzaliminya.  Kalau orang yang menzalimi masih dikuasai oleh rasa amarah, ego, dsb maka sebenarnya orang yang dizalimi dan memaafkan itulah yang lebih luhur.  Dia lebih tinggi derajatnya secara spiritual.  

 

Bagaimana kita bisa sampai pada tahap itu?  Bukankah sebagai manusia biasa kita punya nafsu amarah?    Memang tidak mudah.  Kalau mudah pasti semua orang mampu.  Ini lebih mudah diomongkan daripada dilakukan.  Meskipun demikian paling tidak ada dua hal yang bisa dilakukan.

 

Semua ritual agama terutama puasa membimbing kita menguasai nafsu termasuk nafsu amarah.  Apabila dilakukan dengan sungguh sungguh insya Allah kita tidak dikuasai oleh nafsu amarah, dan bahkan bisa menguasainya.  

 

Menulis juga memiliki manfaat besar dalam kesehatan jiwa dan raga.  Expressive writing atau therapeutic writing  bisa membantu Anda mengeluarkan uneg uneg (beban mental) dan berbagai beban psikis sehingga Anda merasa lega, merasa plong

 

Cobalah lakukan kedua tindakan itu – puasa dan menulis terapetik- agar anda bisa menguasai nafsu amarah sehingga ada bisa mamaafkan.

 

Dalam buku yang berjudul One way ticket to happiness saya menyediakan satu bab berjudul “Memaafkan adalah menyembuhkan luka hati”, untuk membahas topik ini.  Manfaatnya besar sekali untuk meringankan beban mental.

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler