x

Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) memantau pergerakan persenjataan berat di Ukraina Timur, 4 Maret 2015. Wikipedia

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 21 April 2022 16:49 WIB

Tip Memahami dan Menilai Berita Perang di Ukraina

Di medan pertempuran, tidak ada berita dan pernyataan yang benar-benar netral. Bahkan wartawan perang yang bergabung dan mengikuti pergerakan satu kubu, pada akhirnya akan melihat-melaporkan dinamika pertempuran dari kacamata dan perspektif kubu yang diikutinya. Bagaimana agar tak terkecoh memahami pemberitaan media tentang Perang di Ukraina itu?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di medan pertempuran, tidak ada berita dan pernyataan yang benar-benar netral. Bahkan wartawan perang yang bergabung dan mengikuti pergerakan satu kubu, pada akhirnya akan melihat-melaporkan dinamika pertempuran dari kacamata dan perspektif kubu yang diikutinya.

Agar tak gampang terkecoh dalam memahami apa yang sesungguhnya telah-sedang-dan-mungkin terjadi dalam perang Rusia-Ukraina, setiap pembaca dan pemirsa harus ekstra hati-hati, dan disiplin mengikuti beberapa tip berikut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Pertama, hindari menyimpulkan sesuatu dengan hanya berdasarkan sumber dari salah satu kutu yang bersiteru.

Sebagai contoh, CNN dan BBC akan cenderung memberitakan perspektif Amerika atau Barat dan karena itu diasumsikan pro-Ukraina. Sebaliknya, jaringan berita RT (Russian Today) dan CGTN (China Global Television Network) diasumsikan akan lebih memilih memberitakan keunggulan pasukan Rusia.

Dan sialnya, bagi pembaca-pemirsa, sebenarnya tidak ada jalan pintas untuk memastikan sumber mana yang paling benar.

Kedua, ada perbedaan mendasar antara pertempuran dan perang. Pertempuran adalah adu jotos di medan laga yang bersifat taktis. Sementara perang lebih luas dan strategis, yang mencakup berbagai front (tempur, media, sosial dan seterusnya).

Ketiga, bahwa tidak pernah ada perang yang dimenangkan hanya dengan satu pertempuran. Perang adalah rangkaian dari puluhan-ratusan-bahkan-ribuan medan tempur yang terjadi secara simultan dan insidentil di berbagai front. Karena itu, berita dari satu-dua-tiga pertempuran, tidak bisa dijadikan acuan untuk menyimpulkan bahwa satu kubu telah menang dan kubu lainnya menderita kalah.

Keempat, harus ada asumsi-perkiraan kasar tentang periode-durasi waktu perang, yang biasanya dihitung berdasarkan volume-jumlah pasukan dan persenjataannya.

Sebagai contoh, ke seluruh wilayah Ukraine, Rusia diperkirakaan mengarahkan sekitar 130 batalion taktis (BTGs=Batallion Tactics Groups), masing-masing BTGs terdiri dari 700 hingga 900 tentara. Artinya, Rusia mengirim pasukan paling kurang 90.000 (sembilan puluh ribu) prajurit. Dengan mengacu pada citra satelit, sebagian analis bahkan menyebut jumlahnya mendekati 130.000 (seratus tiga puluh ribu).

Artinya, dengan kekuatan minimal 90.000 prajurit itu, Rusia mempersiapkan pertempuran jangka panjang. Tidak mungkin berlangsung dua sampai enam bulanan. Tegasnya, perang di Ukraina hampir bisa dipastikan belum akan berakhir dalam periode 6 bulan. Jadi kalau ada pengamat yang mengatakan perang Ukraina akan tuntas dalam tempo tiga bulan, ada dua kemungkinan: pengamat itu nggak paham dan/atau dia bohong.

Sebab memobilisasi-mengatur-menyebar pasukan yang berjumlah minimal 90.000 tersebut tidak mungkin berlangsung dalam hitungan minggu atau dua-tiba bulanan. Pasti berbulan-bulan. Konsekuensinya, untuk menyimpulkan kemenangan dan kekalahan kubu yang berjumlah 90.000 itu pun menjadi tidak gampang.

Kelima, dalam setiap perang, berita biasanya disuplai oleh tiga sumber utama: (1) sumber resmi di kedua kubu, umumnya disampaikan melalui konfernsi pers harian; (2) sumber media-media yang melakukan peliputan langsung ataupun tidak langsung, terutama kantor-kantor berita; (3) analisis para pakar baik secara individu atau yang mewakili lembaga riset. Untuk memaksimalkan pemahaman apa yang terjadi di Ukraina, pembaca-pemirsa harus menyantap dan melahap tiga sumber berita itu.

Keenam, secara faktual, hampir semua beria-berita dunia saat ini didominasi oleh media berbahasa Inggris, yang dikuasai segelintir kantor berita utama: Reuters dan BBC (Inggris): Agence France-Presse/AFP (Perancis); Associated Press/AP, United Press Inernational/UPI, Bloomberg (Amerika). Dan semua media utama dunia tersebut diasumsikan pro kepentingan barat.

Ada beberapa kantor berita lainnya yang juga mendunia, tapi pengaruhnya relatif masih terbatas seperti Russian Today/RT dan TASS (Rusia); Xinhua (China) dan jaringan Aljazeera (Qatar).

Dengan kata lain, di atas kertas, dari segi penguasaan sumber pemberitaan global, Rusia sebenarnya “sudah kalah” duluan bahkan sebelum serbuan ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022. Artinya juga, di sisi media, kubu Ukraina-Barat relatif masih menang, sementara kubu Rusia cenderung bulan-bulanan.

Ketujuh, dan ini catatan penting untuk pembaca dan pemirsa di Indonesia, yakni hampir semua media Indonesia (cetak, elektronik dan medsos) mengandalkan sumber dari media media lainnya (terutama kantor-kantor berita dan jaringan media asing).

Memang ada pengecualian, tetapi sangat jarang media nasional yang memiliki dan mengirim korespondennya sendiri ke medan tempur. Sebab mengirim wartawan ke medan tempur itu mahal dan berisiko tinggi).

Jaringan media Tempo dan Kompas misalnya mengirim wartawannya ke Ukraina. Namun jangkauan jelajahnya pasti tetap terbatas.

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 21 April 2022/ 19 Ramadhan1443H

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler