Suara Kezoliman.
Dalam dahaga yang menjagal kerongkonan.
Kelaparan melilit di sudut-sudut kota.
Raung demi raung memekakkan telinga.
Warna kehilangan kontras.
Buram, sepia, putus asa dan hitam putih kian tertib.
Desing peluru dalam jelmaan Izroil sang pencabut nyawa.
Mereka bilang, ini negeri para nabi.
Tapi kenapa, kami ditembaki seperti babi.
Dunia menutup indera, buta mata-buta hati.
Nyawa hanya sebatas kelakar di ujung pelatuk.
Tanah adalah tanah, dan sengketa adalah raja.
Siapa kuat dia menang, siapa menang dia kuasa.
Biadab, ini bukan tentang tanah.
Siapa peduli jeritan lambung, kalau mati jua dikandung tanah.
Haruskah telapak menengadah, berharap generasi tumbuh berani.
Tanamkan doktrin jikalau dia tidak mematikan melainkan pada kehendak-Nya.
Bombana, 22 April 2022
Ikuti tulisan menarik Romi Assidiq lainnya di sini.