Rembulan mendelik.
Pepohonan bagai orang mabuk dihajar angin.
Kelapa-kelapa berjatuhan.
Laut berkontraksi, dihantamnya dermaga itu sampai porak-poranda.
Nelayan meringkuk di balik rumah kayu.
Hujan mengamuk, guntur meronta-ronta.
Sungai-sungai meluapkan darah.
Tanah berguncang, gunung bergetar.
Para petani menjerit kerugian panen.
Minoritas bersimpuh, bersujud memohon kepada-Nya.
Jauhkan bala bencana, selamatkan negeri dari kebinasaan.
Titimangsa jangan binasa dulu anak-anak belum sekolah, sawah belum disiangi, kelapa belum dikopra, pacul belum menancap.
Tapi, di balik benteng kokoh.
Para cukong, rezim-rezim yang rakus, politikusme, dan juga lonte-lonte serta hidung belangnya saling berpelukan.
Nafsu birahi, harta, tahta, wanita telah membakar bola mata.
Menciptakan bencana demi bencana bagi kami.
Sedangkan kalian bisa bertahan walau napas sisa di kerongkongan.
Bombana, 24 April 2022
Ikuti tulisan menarik Romi Assidiq lainnya di sini.