x

STy

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 28 April 2022 06:11 WIB

Ayo Lakukan Aksi, Kritik STy Vital

Ayo, PSSI, pegiat sepak bola akar rumput, jadikan kritik terbaru STy sebagai refleksi. Lalu, lakukan aksi pembenahan terstruktur, sistematis, terprogram!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di awal membesut Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STy) langsung tahu kualitas teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) penggawa.Garuda. Satu di antara evaluasi STy saat itu adalah:

”Kalian ini mengoper (bola) saja tidak bisa. Anak sekolah dasar saja bisa passing seperti ini. Kalian ini, kan, pemain timnas. Apa tidak malu dengan predikat ini?” teriak Shin melalui penerjemahnya, Jeong Seok-seo, saat sesi latihan di Stadion Madya, Jakarta, Selasa (18/2/2020). Teriakan STy ini pun viral di berbagai media massa Indonesia, bahkan terdengar sampai ke manca negara.

Setelah itu, STy pun sempat menyimpulkan bahwa teknik dan speed pemain Indonesia sangat lemah. Karenanya, dalam menangani semua Timnas, STy sangat konsentrasi dalam pembenahan fisik dan passing-control.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jelang dua tahun, masih sama

Kini, persoalan klasik menyangkut passing-control pemain yang direkrut ke Timnas ke luar lagi dari penilaian STy. Bahkan, bila awalnya masalah yang dideteksi STy menyoal TIPS, hanya fokus di T (teknik, passing-control) dan S (speed, fisik), menjelang dua tahun STy mengampu Timnas Indonesia, STy semakin memahami kelemahan pemain Timnas.

Kelemahan pun terdeteksi di area I (intelegensi, otak) dan P (personality, sikap, emosi, mental). Kritik terbaru yang ke luar dari mulut dan pikiran STy, bahkan dilontarkan di Korea Selatan.

Media massa pun rampai mengulas hal ini. Sampai-sampai ada yang kasih judul berita Jauh-Jauh ke Korsel, Latihan Teknik Dasar. Sebab, setelah beberapa hari Timnas Indonesia U-23 menjalani pemusatan latihan di Korea Selatan. Secara tegas, saking kesalnya, STy mengajari Marc Klok dan kawan-kawan dasar bermain sepakbola.

STy pun membeberkan kekurangan mendasar para pemain Timnas Indonesia U-23. Menurutnya, pengambilan keputusan anak asuhnya masih perlu diasah lagi. Artinya, ini sektor Intelegensi, otak dan personality, sikap, emosi, mental. Simak ucapan STy:

“Saya masih melalui proses mengajarkan kepada mereka mengenai ‘mengapa saya harus memakai kepala saya ketika menyambar bola rebound di waktu tertentu, ‘mengapa saya menembak di situasi ini, mengapa saya harus mengoper kepada rekan setim saya?’” ujar STy dilansir dari Donga Sports, Selasa (26/4/2022).

Kata lainnya, secara halus, STy sedang bicara kelamahan otak dan personality pemain. STy pun melanjutkan kritiknya:

“Kemudian saya juga mengajarkan dasar sepak bola satu per satu, seperti sundulan, menembak dan passing,” tambahnya. Artinya, itu kembali ke masalah teknik. Sementara, sejak awal di Korsel, STy juga terus menggenjot speed, fisik pemain.

Dengan demikian lengkaplah sudah, STy paham bahwa meski sudah direkrut ke Timnas, sejatinya para pemain Indonesia ini belum lulus TIPS. Mungkin bila dimintai pendapat, kira-kira, berapa nilai rapor TIPS para pemain Timnas, mumgkinkah STy akan mengatakan rapornya lulus?

Bila di bangku sekolah, ketuntasan akademik siswa misalnya minimal nilai.60, dari rentang 10-100, maka pemain Timnas kita bisa jadi nilai rapor TIPSnya masih di bawah 50/40 atau malah kurang dari itu.

Refleksi sepak bola akar rumput

Sebelum STy mengungkap kelemahan TIPS secara lengkap, sejatinya publik, sepak bola nasional sudah sangat tahu dan paham mengenai hal ini. Tetapi, sepanjang Timnas diampu oleh berbagai pelatih, baik lokal mau pun asing. Hanya STy yang berani dan jujur tentang kondisi TIPS pemain Timnas.

Puluhan artikel menyoal ini sudah saya publikasikan di media massa. PSSI pun sudah paham akar masalahnya. Tapi, mengapa benang kusut TIPS pemain ini masih berkibar hingga usia 92 tahun PSSI?

PSSI tetap tak pernah meluncurkan Standar Baku Pemain Timnas. PSSI tak pernah menyentuh sepak bola akar rumput dengan benar baik fungsi, kedudukan, dan tanggungjawab. Padahal sepak bola akar rumput adalah PONDASI SEPAK BOLA NASIONAL.

Tetapi SSB dan sejenisnya yang gaya-gayaan dibiarkan bebas berkeliaran. Kompetisi resmi usia muda (Soeratin U13 dan U15) malah atas nama Klub, bukan SSB. Standar Kepengurusan, Keorganisasian, dan Kurikulum juga masih omong kosong.

Sementara yang paling bikin benang kusut adalah, pelatih di SSB itu sangat banyak yang tidak berlisensi, berlisensi D (kursus seminggu), lisensi C (kursus dua minggu) dan seterusnya.

Sepak bola akar rumput itu=anak-anak Pendidikan Usia Dini (PAUD). SERIBU KALI LEBIH SAYA BILANG. Di sekolah formal, anak PAUD gurunya berlisensi Sarjana/S1 (pendidikan 4 tahun, 8 semester). Paham perkembangan anak, psikologis, sikap anak, intelegensi anak, personality anak, psikomotor anak. Bahasa kerennya, paham pedagogi.

Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar.

Bila pembina/guru/pelatih sepak bola akar rumput tak memiliki bekal ilmu itu, maka inilah belantara sepak bola nasional yang entah sampai kapan akan terurai benang kusutnya.

Tuan STy, maaf. Itulah kondisi sepak bola Indonesia sampai saat ini. Jadi, maaf bila Anda memang harus melatih TIPS pemain dari DASAR LAGI.

Pertanyaannya, apakah para pembina/pelatih sepak bola akar rumput di Indonesia menyadari hal ini? Maaf, selama ini, sepak bola akar rumput Indonesia banyak jadi ajang gaya-gayaan/sok-sok-an. Tak paham organisasi, tak paham menjadi pembina, tak punya kompetensi melatih, tapi terus berada dan cari makan di sepak bola akar rumput.

Lalu, bagaimana melahirkan pemain nasional yang TIPSnya mumpuni, nilai rapornya di atas nilai 80? PSSI, coba verifikasi, berapa persen pembina dan pelatih sepak bola akar rumput di Indonesia yang memiliki kompetensi dan kualifikasi TIPS sesuai standar. Bila didapat hasil verifikasi, mau di ke manakan para pembina/pelatih yang tak lulus?

STy sudah melihat dan memahami fakta TIPS pemain Timnas Indonesia, artinya sangat sadar dan paham betapa bermasalahnya sektor pondasi sepak bola nasional, sebab Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki ilmu dan praktik sepak bola yang benar terus tak tersolusikan. Sepak bola akar rumput pun dibiarkan tanpa pedoman dan arah.

Ayo, PSSI, pegiat sepak bola akar rumput, jadikan kritik terbaru STy sebagai refleksi. Lalu, lakukan aksi pembenahan terstruktur, sistematis, terprogram!

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler