x

Ilustrasi kegiatan mendongeng dalam Festival dan Kreativitas Anak Usia Dini 2017 di Kemdikbud, Rabu 10 Mei di Jakarta. Istimewa

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Kamis, 28 April 2022 06:18 WIB

Mendongeng untuk Menumbuhkembangkan Nilai Moral Anak

Mendongeng mampu memengaruhi moral anak-anak. Mengapa? Sebuah cerita mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memraktikkannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Karakter anak bangsa merupakan  aspek penting sebagai penentu kemajuan sebuah bangsa. Karakter bangsa sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, karakter yang berkualitas perlu dibina sejak usia dini agar anak terbiasa berperilaku positif.

Berkaitan dengan pembentukan karakter anak usia dini, menarik untuk dicermati isi Pemerdikbud Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini antara lain disebutkan, bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak  sejak  lahir  sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Struktur kurikulum PAUD memuat program-program pengembangan yang mencakup: nilai agama dan moral; fisik-motorik; kognitif; bahasa; sosial-emosional; dan  seni. Program pengembangan nilai agama dan moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup perwujudan suasana belajar untuk berkembangnya perilaku baik yang bersumber dari nilai agama dan moral serta bersumber dari kehidupan bermasyarakat dalam konteks bermain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Berkaitan dengan paparan tersebut, guru PAUD dalam proses belajar mengajar dapat memberikan cerita dalam bentuk dongeng dengan tujuan agar anak-anak usia dini mampu memahami nilai moral yang terdapat pada dongeng. Memberikan cerita dalam bentuk dongeng ini yang dikenal sebagai istilah mendongeng.

Ihwal Mendongeng 

Sebagaimana diketahui, mendongeng merupakan salah satu bentuk warisan budaya kita yang merupakan tradisi lisan sebagai sarana komunikasi dan merekam peristiwa-peristiwa kehidupan. Tradisi lisan ini terus berkembang, dan pernah menjadi primadona bagi ibu atau nenek dalam mengantar tidur anak atau cucu mereka. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan faktor kesibukan yang semakin meningkat tradisi mendongeng banyak ditinggalkan orang. Televisi, film, dan gawai lebih menarik perhatian dibanding mendongeng.

Mendongeng merupakan kegiatan yang tampaknya sepele, tetapi sangat berarti bagi perkembangan jiwa anak. Menurut Priyono  (2001) mendongeng bila dilakukan dengan pendekatan yang sangat akrab akan mendorong terbukanya cakrawala pemikiran anak, sejalan dengan pertumbuhan jiwa sehingga mereka akan mendapat sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya dan dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

Kisah  dari dongeng dapat dipetik manfaatnya, terutama dongeng-dongeng yang mengandung pesan moral. Oleh karena itu,  pendongeng harus pandai memilih dongeng yang sesuai dengan usia anak serta mengandung nilai pendidikan yang bermanfaat untuk anak. Di samping mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi anak kegiatan mendongeng merupakan metode efektif untuk membuat anak belajar. Anak-anak sering menggunakan waktu belajar seenaknya. Dengan metode mendongeng, anak akan mendengarkan dengan penuh perhatian karena dongeng sangat menarik bagi anak-anak.  

Menumbuhkembangkan Nilai Moral pada Anak Usia Dini

Dalam proses pendidikan, anak usia dini membutuhkan keteladanan, motivasi, pengayoman/perlindungan, dan pengawasan secara berkesinambungan sebagaimana dicontohkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam filosofi: ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Usia dini adalah masa ketika anak menghabiskan sebagian besar waktu untuk bermain. Karenanya pembelajaran pada PAUD dilaksanakan melalui bermain dan kegiatan-kegiatan yang mengandung prinsip bermain.

Berkaitan dengan hal tersebut, mendongeng dapat dimanfaatkan pendidik (guru) sebagai metode pembelajaran kepada peserta didik Taman Kanak-kanak.  Kak Jendro dalam buku Praktik Mendongeng (2018: 11-12) menegaskan,bahwa mendongeng adalah menyampaikan cerita kepada audiens melalui ketrampilan berbahasa lisan yang produktif. Boleh ditambahkan gerakan serta mimik dan perubahan intonasi, karakter, dan ilustrasi suara dengan pengemasan bahasa yang runtut. Sehingga dapat menghibur atau bersifat hiburan,dan berisi pesan moral kehidupan, baik berbentuk fisik maupun non fisik.

 Pendongeng harus dapat menciptakan suasana tenang dan akrab dengan pendengarnya seolah-olah mereka itu teman. Dalam penceritaan terkadang sebuah kalimat bisa menjadi dua kalimat atau lebih dari cerita yang tertulis. Dan setiap orang memilki kemampuan yang berbeda dalam bercerita. Pengaruh sebuah cerita bagi pendengar akan berbeda-beda bergantung kepada siapa yang menjadi pendongengnya. Ada pendongeng yang dapat membuat pendengarnya terdiam, lalu membayangkan seolah-olah ada burung di atas kepala mereka.

Tujuan mendongeng dapat tercapai, apabila dalam mendongeng hendaknya memilih dongeng yang sesuai dengan usia anak. Dongeng yang dibawakan jangan sampai menjadi mimpi buruk bagi anak. Selain sesuai dengan usia anak dongeng hendaknya mengandung unsur nilai-nilai pendidikan dan hiburan, bahasa yang digunakan untuk mendongeng harus sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuananak.

 Mendongeng bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu mendongeng tanpa alat peraga dan mendongeng dengan alat peraga. Mendongeng tanpa alat peraga biasa dilakukan oleh seorang ibu/nenek kepada cucunya dan guru kepada muridnya. Sedangkan mendongeng dengan alat peraga adalah mendongeng dengan dibantu oleh alat peraga, misalnya mendongeng dengan cara membacakan buku cerita bergambar, sambil memainkan boneka, atau dibantu oleh adengan fragmen tergantung kretivitas pendongeng.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemilihan dongeng yang berkaitan dengan nilai moral dan anak usia dini. Dalam dongeng terdapat sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu dapat berupa moral, amanat, atau message yang selalu berkaitan dengan hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. Seperti halnya moral dalam dongeng yang dapat dipahami sebagai sarana untuk mengajarkan dan mendidik melalui cara-cara cerita fiksi.  Ajaran moral itu disampaikan lewat sikap dan perilaku konkret sebagaimana yang ditampilkan oleh para tokoh cerita.

Nurgiantoro (2015)menyatakan bahwa tokoh-tokoh cerita tersebut dapat dipandang sebagai model untuk menunjuk dan mendialogkan kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh penulis cerita Melalui sikap dan tingkah laku para tokoh yang ada dalam dongeng itu, moral ditampilkan oleh pengarang sengaja digunakan sebagai petunjuk mengenai baik buruk dalam menjalani kehidupan, mana yang boleh dilakukan mana yang tidak boleh dilakukan, seperti tingkah laku dan sopan santun dalam pergaulan. Pengarang menampilkan dengan tokoh yang baik dan jahat.

Penelitian Elsy Gusmayanti dan  Dimyati (2021) menyimpulkan dongeng mengandung nilai moral yang secara tidak langsung mampu mendidik anak; mengembangkan moral dan karakter anak; dan sesuai dengan umur dan perkembangan anak. Adapun nilai moral dalam dongeng yang ditemukan dalam penelitian tersebut adalah sabar, santun, jujur, mandiri, bertanggung jawab, percaya diri, dan peduli.

Saat ini guru dalam memilih dongeng, dapat memanfaatkan sumber dongeng dari beragam situs (website) yang terdapat pada internet. Dua situs yang dapat dijadikan acuan adalah media daring yang memuat konten dongeng berupa fabel yaitu Lampungpos.com  dan Nusantara Bertutur sebagaimana dapat ditemukan pada situs https://klasika.kompas.id/kategori/nustur/. Pada situs tersebut, bahkan disertakan rekaman audio dari pendongeng profesional.

Pemilihan dongeng sebagai materi pembelajaran dikarenakan dongeng sebagai salah satu dari sastra anak, berfungsi untuk memberikan hiburan, juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat pada waktu itu. Dongeng dipandang sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai, dan untuk masyarakat lama itu dapat dipandang sebagai satu-satunya cara. Sesuai dengan keberadaan misi tersebut, dongeng mengandung ajaran moral.

Dongeng sering mengisahkan penderitaan tokoh, namun karena kejujuran dan ketahanujiannya tokoh tersebut mendapat imbalan yang menyenangkan. Sebaliknya tokoh jahat pasti mendapat hukuman.Dongeng memiliki beberapa manfaat bagi anak, yaitu: mengajarkan budi pekerti pada anak; membiasakan budaya membaca, dan mengembangkan imajinasi

Penyampaian dongeng/cerita menempati posisi pertama untuk mengubah etika anak-anak, karena sebuah cerita mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikannya. Anak-anak akan merekam semua doktrin, imajinasi, dan peristiwa yang ada di dalam alur cerita. Kualitas penalaran anak terhadap pendidikan moral yang disampaikan oleh gurunya melalui cerita, tergantung dari bagaimana guru menggunakan cerita agar penalaran dan pemahaman anak tentang moral dapat berkembng, yang merupakan cikal bakal pembentukan karakter.

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB