x

Supartono JW

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 2 Mei 2022 13:21 WIB

2 Mei 2022, Idul Fitri 1443 Hijriah dan Hardiknas ke-62

Tanggal 2 Mei 2022, adalah momentum terbesar bagi bangsa dan negara Indonesia. Sebab, bukan hanya umat Islam dapat merayakan Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah bersama-sama, namun 2 Mei juga merupakan Hari Pendidikan Nasional (Hardikanas)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hasil belajar mudah terlupa bila tak dipelajari lagi, hasil pendidikan terpatri di sanubari-abadi, cipta manusia berkarakter-berbudi.

(Supartono JW.02052022).

Tanggal 2 Mei 2022, adalah momentum terbesar bagi bangsa dan negara Indonesia. Sebab, bukan hanya umat Islam dapat merayakan Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah bersama-sama, namun 2 Mei juga merupakan Hari Pendidikan Nasional (Hardikanas).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yakin, Ki Hajar Dewantara, di SurgaNya tersenyum bahagia, sebab para pemimpin negeri yang seharusnya mengayomi dan menjadi teladan bagi rakyat, ternyata dapat ikhlas dan rendah hati, sehingga umat muslim di Indonesia dapat merayakan Idul Fitri tahun 2022 bersama-sama sekaligus memperingati Hardiknas ke-63 tahun 2022.

Rendah hati dan ikhlas

Kendati umat muslim di Indonesia terbelah saat mengawali ibadah puasa, namun pada akhirnya tetap bersatu dalam merayakan Lebaran. Apa pun alasannya, mau menggunakan justifikasi atau pembenaran bagaimana pun, andai bukan karena adanya sikap rendah hati dan ikhlas, maka mustahil Lebaran akan dirayakan bersama pada 2 Mei 2022.

Sikap rendah hati dan ikhlas, juga lahir bukan seperti semudah membalik telapak tangan. Sebab, sebelum sikap rendah hati dan ikhlas muncul, berbagai pihak dan masyarakat sudah terus mengingatkan bahwa meski perbedaan itu indah, tetapi bila dapat bisa bersatu mengapa tidak?

Allah telah ciptakan manusia berbeda dalam lebih dari 15 hal, seperti termaktub dalam ayat-ayat Al-quran. Seperti perbedaan pendapat, usaha, keadaan, pekerjaan, derajat, kemampuan, jenis kelamin, suku bangsa, bahasa, warna kulit, syariat, kiblat, cara sembahyang, keimanan dan ketaqwaan, hingga rasa syukur dan lainnya.

Tapi, karena manusia dibekali dengan matahati.dan pikiran, maka dengan kecerdasan matahati dan pikiran, perbedaan itu dapat bersatu dan dipersatukan.

Sikap rendah hati dan ikhlas juga sangat identik dengan karakter Ki Hajar Dewantara. Karena sikap rendah hati dan ikhlas inilah, Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dengan buah pemikiran dan tindakannya:

Ing Ngarso Sung Tulodho Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani, artinya: Di depan memberi teladan, Di tengah membangun kemauan, Di belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian. Ketiga filosofi tersebut pun diterapkan dalam Gerakan Pramuka sebagai sistim among( ruh dari pendidikan kepramukaan).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti rendah hati adalah sifat tidak sombong atau tidak angkuh. Sementara arti rendah hati juga disebut dengan dengan sikap seseorang yang menyadari segala keterbatasan dalam dirinya.Arti rendah hati dalam bahasa Inggris juga dikenal dengan humble. Ya, pada dasarnya arti rendah hati adalah sisi baik yang dimiliki seseorang. Tidak heran kalau banyak manfaat ketika kalian memiliki sifat dan sikap rendah hati. Maka dari itu, jika disimpulkan arti rendah hati berarti menjauhi sifat dan perilaku sombong, angkuh, serta melebihkan diri sendiri.

Sementara, kata ikhlas berarti bersih hati, tulus hati. Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas adalah memberi pertolongan dengan ketulusan hati. Sementara itu, keikhlasan berarti sebuah kejujuran atau kerelaan.

Karena keteladanan, kerendahan hati, dan keikhlasannya melalui Keppres RI Nomor 316 Tahun 1959. Penetapan Hari Pendidikan Nasional dilatarbelakangi oleh sosok yang memiliki jasa luar biasa di dunia pendidikan kita, yaitu Ki Hadjar Dewantara, yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889.

Semoga Ki Hajar Dewantara akan terus tersenyum bahagia, sebab para pemimpin di negeri ini, diberikan hidayah, menjadi manusia yang rendah hati dan ikhlas. Maka dapat menjadi teladan, pendingin suasana rakyat yang terus berseteru sebab perkara politik dan urusan perut, terus terpolarisasi.

Contoh perayaan Idul Fitri bersama dan bersatu adalah fakta adanya kerendahan hati dan ikhlas, apa pun alasannya. Sementara penetapan awal ibadah Ramadhan yang berbeda, apa pun alasannya karena ada sikap tak rendah hati dan tak ikhlas.

Selamat Idul Fitri 1443 Hijriah bersama di NKRI. Selamat Hardiknas ke-63. Terima kasih Ki Hajar Dewantara.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

2 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB