DI UJUNG SENJA
Kata merajut hati di kala senja bertalu di ufuk barat
Rias-rias kelabu tampak merona di atas merahnya angkasa
Rintik-rintik air turut menghias angkasa
Namun lebur dalam embun malam
Temani keringnya budi di relung yang panas
Hingga serasa cinta kian pergi, hilang termakan kerasnya dunia
Seperti rintik-rintik airkah, hidup manusia masa kini?
Hilang termakan nafsu duniawi, yang kau sebut dalam rupiah
Ataukah dolar pun euro, dan lainnya, hingga hati tertambat suka dalam luka
Memang hidup kian menyayat hati, merasuk dan menusuk akal sehat kejamnya manusia
Sembari derap langkah dan mata mencari sumber rupiah selanjutnya
Ah..Panas hati, kembali memancar bila tetesan perawan tak dijumpai
Demikiankah hidup mereka yang tumbuh sebagai korban
Dari keras dan kejamnya dunia
Ataukah takdir ilahi? Yang disebut pantas!!!
Semuanya terasa sirna, seperti perempuan diujung senja, bermandikan rindu yang fana
Menyusui dalam kenangan, kini pergi terbawa rindu yang senyap
Meski rindu kian panjang, namun cinta telah tertambat pada hati yang tak pantas tuk dicintai
Inilah hidup meski dalam derita nafsu manusia
Namun, senja kan mengukir kisah disepanjang harinya
Bahwa masih ada hati yang merindukan tuk dicintai dalam ketulusan.
For Human Traffiking
Atambua, 20 April 2022.
Ikuti tulisan menarik Ose Mau lainnya di sini.