
Jumat, 20 Mei 2022 13:45 WIB
Memaknai Harkitnas, Sesuatu yang Baik Itu Dijalanin Bukan Dikomentarin
Bagaimana memaknai Hari Kebangkitan Nasional di zaman begini? Sederhana, sesuatu yang baik itu dijalanin bukan dikomentarin. Momen membangun kesadaran nasional
Dibaca : 418 kali
Tanggl 20 Mei selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Bangkit itu berarti “bangun lalu berdiri ...”. Maka ada makna tersirat di situ. Bangkit dari apa dan berdiri untuk apa? Sementara kita tidak lagi berhadapan dengan penjajah. Tidak pula sedang berperang dengan musuh nyata.
Mungkin yang paling pas. Bukan lagi kebangkitan nasional tapi kesadaran nasional. Bangkit untuk membangun kesadaran nasional. Sadar sebagai sebuah bangsa. Untuk selalu menjaga kebersamaan dan keutuhan. Berpihak pada kemanusiaaan dan kepedulian. Tidak melulu soal politik, kekuasaan atau gaya hidup. Sadar agar tidak tergerus nafsu dunia.
Maraknya hoaks, ujaran kebencian bahkan saling hujat, apalagi di media sosial, jadi bukti pentingnya kesadaran nasional. Sadar untuk lebih fokus pada solusi bukan masalah. Sadar mencermati ide dan gagasan bukan orang yang bicara. Sadar untuk meniadakan emosi dan menjauhi kepentingan pribadi. Sadar untuk memajukan bukan menyalahkan.
Hari Kebangkitan Nasional harus jadi momen untuk membangun kesadaran nasional. Sadar atas apa yang sudah diperbuat dan bagaimana ke depannya? Karena “sadar” itu artinya insaf; merasa; tahu dan mengerti (kata sifat) atau ingat kembali (kata kerja). Maka siapa pun, harus menyadari, menginsafi, atau memahami keadaan yang sesungguhnya. Agar tetap objektif dan berpihak pada realitas.
Di zaman begini. Siapa pun pasti punya pilihan. Apa pun dan untuk apa pun. Maka tiap pilihan harus dilandasi kesadaran. Minimal, memilih untuk memulai sesuatu yang baik hari ini. Bertumpu pada solusi bukan masalah. Sesuatu yang baik dijalanin bukan dikomentarin. Karena bila tidak, maka nantikanlah penyesalan di hari esok.
Kebangkitan nasional itu ya kesadaran. Sadar atas pilihan, sadar pula atas konsekuensinya. Sadar bahwa hidup tidak sendirian. Tapi untuk kebersamaan. Bangsa Indonesia itu punya potensi ke depan yang lebih baik. Bukan hanya mempersoalkan masa lalu yang buruk seakan tidak bisa diperbaiki. Bukankah memperbaiki hari esok lebih baik daripada menyalahkan hari kemarin yang buruk.
Jadi, apa pun kondisinya, Tidak usah risau. Lakukan saja yang baik untuk bangsanya sendiri. Untuk selalu ikhtiar dan sabar menjalaninya. Perbaiki niatnya dan sungguhkan doanya. Insya Allah, semuanya akan baik dan lebih baik. Apa pun yang gagal kemarin akan berhasil. Apa pun yang patah akan pulih, Apa pun yang kurang akhirnya akan lebih. Bahkan siapa pun yang sakit akan sembuh, siapa pun yang sedih akan gembira. Karena hakikatnya, Allah SWT selalu ada untuk umantnya dan bangsanya. Bahwa apa yang ada dan dimiliki hari ini memang sangat pantas untuk kita.
Kebangkitan nasional itu momen bersama untuk sadar nasional. Sadar, sadar, lalu sabar. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Begitulah sedikit memaknai Hari Kebangkitan Nasional di Taman Bacaan. Salam literasi #Harkitnas #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
23 jam lalu

Pendidikan Islam Sangat Berpengaruh Terhadap Karakter Siswa
Dibaca : 135 kali
20 jam lalu

Trias Politika, antara Kedaulatan Rakyat dan Kedaulatan Tuhan
Dibaca : 182 kali
23 jam lalu

Dualisme Penerbitan Sertifikasi Wartawan antara Dewan Pers dengan LSP Pres Indonesia
Dibaca : 142 kali
1 hari lalu

Pidato Kebudayaan Profesor Salim Said pada Hari Sastra Indonesia 2022
Dibaca : 231 kali
3 hari lalu

Novela Seno Gumira Ajidarma: Suara Hati Seorang Pelacur
Dibaca : 2.281 kali
4 hari lalu

Apresiasi juga Dengki Iringi Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia
Dibaca : 1.055 kali
5 hari lalu

Pendidikan Jarak Jauh Ketlisut dan Raib dari Draft RUU Sisdiknas?
Dibaca : 774 kali
2 hari lalu

Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui Projek dalam Kurikulum Merdeka
Dibaca : 558 kali
4 hari lalu
