x

Iklan

Nailatunnajah 123

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 14 April 2022

Minggu, 22 Mei 2022 06:06 WIB

Ketertarikan Masyarakat terhadap Karya Sastra dalam Pembelajaran Bahasa dan Budaya Indonesia

Karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Karya sastra tidak bisa dianggap sebagai fiksi belaka. Kandungan makna merupakan salah satu daya tarik karya sastra. Pembelajaran sastra selalu menimbulkan masalah. Mulai dari keterbatasan pengetahuan guru hingga posisi karya sastra bagi siswa. Rendahnya kemampuan memaknai karya sastra guru dan siswa juga menjadi kendala dalam pembelajaran sastra. Karya sastra mengemban misi untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan membentuk karakter pembacanya. Melalui karya sastra guru dapat membentuk sikap dan karakter siswa. Keterasingan karya sastra bagi siswa merupakan masalah yang terjadi saat ini. Sastra memiliki hubungan yang erat dengan budaya. Sastra lahir dari budaya, dan sastra juga mencerminkan budaya. Betapa banyak kearifan lokal yang tercermin dalam budaya. Puisi merupakan salah satu contoh karya sastra yang kaya akan nilai budaya. Nilai-nilai yang diungkapkan dalam Pantun menunjukkan bahwa salah satu budaya Indonesia adalah musyawarah dan mufakat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Karya sastra sudah seharusnya menjadi kecintaan di khalayak masyarakat, sebab dapat memperkaya pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang kehidupan. Keterasingan sastra bagi masyarakat berdampak pada esensial terhadap penerimaan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra. Selain itu, daya tarik karya sastra sebagian dari budaya juga turut luntur. Padahal bila kita kaji secara mendalam, tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dimaksudkan untuk menumbuhkan keterampilan, rasa cinta, dan penghargaan masyarakat terhadap bahasa dan sastra Indonesia sebagai bagian budaya warisan leluhur. Konsekuensi ini semakin kian terasa dan menjadi masalah yang harus segera dicari solusinya

Karya sastra merupakan representasi dari pikiran pengarang yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Tujuan karya sastra tidak hanya sebagai karangan yang menghibur tetapi juga menyisipkan nilai-nilai agama, sosial, dan moral. Karya sastra juga identik dengan citra tradisional masyarakat pemilik sastra. Tentu saja, segala bentuk karya sastra merupakan khazanah budaya bangsa yang berharga.

Karya sastra dapat mengungkap realitas kehidupan manusia, namun proses penciptaannya selalu melalui imajinasi dan kreativitas tinggi pengarangnya. Sebelum menulis sebuah karya sastra, pengarang terlebih dahulu mengalami semua permasalahan kehidupan manusia secara serius dan kemudian mengungkapkannya kembali dalam bentuk puisi, novel, cerpen, atau drama dengan bahasa. Ada batasan "tak terbatas" bagi kreativitas sastra dalam proses pengembangannya. Pengarang dapat mengatasi, memanipulasi dan menghadapi berbagai persoalan hidup yang dialami dan diamatinya. Kemudian disajikan kepada pembaca sebagai bahan refleksi dan introspeksi. Oleh karena itu, melalui karya sastra, pembaca berkesempatan secara tidak langsung menjadi lebih pintar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anda bisa merasakan peran karya sastra sebagai pendidik dan pengirim nilai-nilai masa lalu. Karya sastra selalu hadir untuk menyampaikan pesan dan makna berupa makna hidup, agama, tindakan dan masyarakat. Penerimaan nilai-nilai budaya dan tradisi dalam karya sastra nampaknya sudah memasuki masa yang memprihatinkan. Sebuah karya sastra yang sarat makna dan ajaran moral kehidupan merupakan benda asing bagi pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia. Pastikan tidak ada kekurangan karya sastra dalam misinya mendidik dan menanamkan kepribadian.

Pembelajaran bahasa Indonesia secara umum dibagi menjadi studi linguistik dan studi sastra. Dalam kajian sastra terdapat berbagai jenis dan bentuk karya sastra. Dimulai dengan karya-karya berupa puisi, prosa dan teater. Keberadaan karya sastra ini mengemban misi sebagai bentuk ekspresi dan dokumentasi. Ekspresivitas berarti karya pengarang. Dokumentasi berarti karya sastra sebagai bukti budaya mereka yang hidup pada era karya sastra.

Salah satu daya tarik karya sastra adalah makna simbolik karya sastra. Ingat masa lalu ketika orang tua mendidik anak-anak mereka dengan menceritakan asal-usul dan legenda daerah tersebut. Anak-anak yang mendengarkan cerita akan menemukan bahwa maksud dan tujuan mendongeng ayah dan ibu tidak hanya menarik, tetapi juga menanamkan nilai moral, agama, dan budaya.

Memahami karya sastra tentunya didukung oleh pendekatan sastra. Karya sastra yang digunakan untuk mempelajari bahasa Indonesia dapat berasal dari berbagai genre. Salah satunya mungkin dari puisi kuno, Pantun dan Grindam. Kedua bentuk puisi kuno ini merupakan karya sastra yang memiliki banyak makna simbolis. Komunitas etnis yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia menunjukkan bahwa negara ini kaya akan budaya. Kebudayaan tidak hanya diwakili oleh benda-benda buatan manusia dan aktivitas masyarakat. Namun, juga termasuk karya sastra yang diciptakan.

Sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Sastra dan budaya ibarat dua sisi mata uang yang saling berkaitan. Sastra lahir sebagai reaksi yang dipengaruhi budaya. Di beberapa karya sastra Indonesia yang terkenal, kita mengenal puisi, pantun, legenda, mitos dan lainnya. Karya sastra ini bila dipahami mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Salah satu karya sastra yang mencerminkan budaya adalah prinsip tradisi berupa pantun tradisional bagi yang menggunakannya.

Singkatnya, dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa sastra lebih menarik daripada kalimat sederhana. Pengertian nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra bisa lebih dari sekedar paradigma atau perlakuan sebelumnya terhadap sebuah karya sastra. Dengan menggunakan karya sastra sebagai media, kita dapat mewujudkan manusia yang diharapkan memiliki kecerdasan, intelektual, dan emosional. Kedudukan dan kedudukan karya sastra yang mulai kehilangan posisinya di benak. Selain fungsi karya sastra sebagai pengantar makna dan nilai-nilai luhur, karya sastra hadir sebagai cermin budaya. Sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang menjadi inspirasi bagi karya sastra. Esensi yang perlu dipahami adalah bahwa ketidaktahuan terhadap karya sastra berarti mengisi nilai-nilai budaya.

Ikuti tulisan menarik Nailatunnajah 123 lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu