x

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Selasa, 24 Mei 2022 19:05 WIB

Tantangan Dunia Kerja dan Pendidikan Kita

Calon pekerja profesional kita melimpah. Sementara tantangan dan peluang yang ada semakin kompetitif. Bagaimana pendidikan kita menyikapinya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Calon pekerja profesional kita melimpah. Sementara tantangan dan peluang yang ada semakin kompetitif. Bagaimana pendidikan kita menyikapinya?

***

Saat mengisi kuliah umum bertajuk "Tantangan dan Peluang SDM di era 5.0 di Universitas Prima Indonesia Medan, Sumatera Utara, Jumat (20/5). Erick Thohir Menteri BUMN mengatakan, IMF dan Bank Dunia memprediksi Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terkuat nomor empat di dunia pada 2045.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Erick, tantangan ini harus diantisipasi semua pihak. Ada hal urgen yang disampaikannya. Salah satu permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah belum sinkronnya riset maupun materi ajar di ruang kelas, dengan perkembangan zaman. Sehingga, Indonesia cenderung defisit talenta digital. Padahal nantinya, akan terbuka banyak model bisnis baru yang bertumpu pada kualitas sumber daya manusia atau knowledge based economy. Sebaliknya, beberapa pekerjaan yang ada sekarang, akan semakin tidak relevan ke depannya," ucap mantan Presiden Inter Milan tersebut.

 

Tantangan

Rilis BPS 2021, menyatakan bahwa penduduk Indonesia bertambah 32,05 juta dalam kurun 2010--2020. Dengan penambahan itu, jumlah populasi Indonesia telah mencapai 270,02 juta jiwa per September 2020. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata ialah 1,25 persen per tahun.

 

Dari hasil Sensus Penduduk  2020, BPS mencatat, mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z (yang lahir pada kurun 1997--2012) dan generasi milenial (lahir pada kurun 1981--1996). Proporsi generasi Z sebanyak 27,94 persen dari total populasi dan generasi milenial sebanyak 25,87 persen. Sebagian besar dari dua generasi ini masuk dalam kategori usia produktif yang dapat menjadi peluang mempercepat pertumbuhan ekonomi.

 

Persentase penduduk usia produktif (15–64 tahun) terhadap total populasi pada 2020 sebesar 70,72 persen. Sedangkan persentase penduduk usia nonproduktif (0–14 tahun dan 65 tahun ke atas) tercatat sebesar 29,28 persen pada 2020. Persentase penduduk usia produktif tampak sedemikian besar. Oleh karenanya, itu menunjukkan bahwa Indonesia masih berada pada era bonus demografi.

 

Angkatan kerja usia produktif melimpah sebesar 70,72 persen dari total populasi (2020). Pemerintah tentu harus melihat kondisi ini sebagai berkah. Kekayaan berupa sumber daya manusia harus dikelola secara baik guna menyongsong Indonesia Emas 2045.

 

Untuk melahirkan SDM berkualitas, maka solusi terbaik melalui pendidikan yang berkualitas pula. Dengan begitu, tenaga kerja yang mengisi posisi dunia kerja juga berkualitas. Apalagi jika ditarik ke isu globalisasi, maka persaingan semakin sengit. Antara daya saing dan daya industri harus memberikan pengaruh positif terhadap beberapa indikator ekonomi seperti kinerja produksi dan kinerja perdagangan.

 

Saat Amerika dan Eropa mengalami krisis tahun 2008, sejumlah tenaga kerja asing masuk ke pasar kerja Indonesia. Kondisi ini membuat negara kita menjadi lahan subur bagi tenaga kerja asing di era perdagangan bebas. Untuk itu, Pemerintah harus mengambil langkah strategis untuk menghadapi kondisi ini.

 

 

Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di super smart society era (society 5.0) ini. Termasuk yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul.

 

Era super smart society 5.0 sendiri diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang pada tahun 2019, yang dibuat sebagai antisipasi dari gejolak disrupsi akibat revolusi industri 4.0, yang menyebabkan ketidakpastian yang kompleks dan ambigu. Dikhawatirkan invansi tersebut dapat menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan yang dipertahankan selama ini.

 

Pendidikan Profesional

Dwi Nurani, S.KM, M.Si, Analis Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Direktorat Sekolah Dasar pada saat mengisi seminar nasional “Menyiapkan Pendidikan Profesional Di Era Society” pada Rabu, 03 Februari 2021  menyampaikan perlunya perubahan paradigma.

 

“Untuk menghadapi era Society 5.0 ini satuan pendidikan pun dibutuhkan adanya perubahan paradigma pendidikan. Diantaranya pendidik meminimalkan peran sebagai learning material provider, pendidik menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang memotivasi peserta didik untuk “Merdeka Belajar,” papar Dwi Nuran.

 

Merdeka Belajar akan menciptakan pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui peningkatan layanan dan akses pendidikan dasar salah satunya adalah upaya pemenuhan maupun perbaikan infrastruktur dan platform teknologi di sekolah dasar. Pendidikan nasional berbasis teknologi dan infrastruktur yang memadai diharapkan dapat menciptakan sekolah dan ataupun kelas masa depan.

 

Merdeka Belajar juga dapat dimaknai dengan kebijakan strategis baik pemerintah maupun swasta dalam mendukung implementasi merdeka belajar, prosedur akreditasi yang dapat beradaptasi, sesuai kebutuhan oraganisasi/lembaga/sekolah, serta pendanaan pendidikan yang efektif dan akuntabel salahsatunya ditandai dengan otonomi satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan.

 

Selain itu dalam melaksanakan merdeka belajar diperlukan manajemen tata kelola dari semua unsur, baik pemerintah daerah, swasta (industri), kepala sekolah, guru dan masyarakat. Melalui manajemen berbasis sekolah diperlukan jiwa kepemimpinan seorang kepala sekolah yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya. Untuk peningkatan sumber daya manusia, baik guru maupun kepala sekolah, diperlukan pembinaan baik lokal maupun internasional yang berkelanjutan sehingga mampu menjawab tantangan dunia industri atau menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0,” ujarnya. 

 

Dalam menghadapi era Society ada dua hal yang harus dilakukan yaitu adaptasi dan kompetensi. Beradaptasi dengan Society 5.0, Dwi Nurani menegaskan kita perlu mengetahui perkembangan generasi (mengenal generasi). Istilah baby boomers yang dimaksud adalah tinggi tingkat kelahiran dari beberapa generasi mulai dari generasi x sampai dengan generasi z, yang ditandai dengan terjadinya transformasi peradaban manusia.

 

Sementara itu di abad 21 kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa ini adalah memiliki kemampuan 6 Literasi Dasar (literasi numerasi, literasi sains, literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan). Tidak hanya literasi dasar namun juga memiliki kompetensi lainnya yaitu mampu berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving. Hal yang terpenting memiliki perilaku (karakter) yang mencerminkan profil Pelajar Pancasila  seperti rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kepedulian sosial dan budaya.

 

Menghasilkan SDM unggul dengan beradaptasi di era Society 5.0. Dwi Nurani mengingatkan, peserta diidk harus diimbangi dengan penguatan profil pelajar Pancasila. Penguatan nilai Pancasila terhadap peserta didik ini dapat dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler, kegiatan kokurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan lingkungan sekolah, pemberdayaan budaya masyarakat.

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler