x

Timnas

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 26 Mei 2022 07:00 WIB

TIPS Pemain Timnas Dipetakan vis Psikotes

Andai di setiap jenjang, para calon pemain Timnas selalu melalui dan menerapkan prosedur psikotes, dan setiap pelatih nasional juga didampingi psikolog. Maka, bicara TIPS pemain, maka kita akan dapat melihat di setiap laga Timnas di berbagai level, para pemain yang cerdas intelegensi (otak), cerdas personality (mental, emisional), cerdas teknik, dan cerdas fisik (speed).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kelemahan dan kekurangan, bukan untuk diabaikan atau dihindari, tetapi wajib dibantu dan diperbaiki. Kekuatan dan kelebihan bukan hanya untuk dipertahankan, tetapi wajib terus ditingkatkan. (Supartono JW.25052022)

Usai gelaran SEA Games 2021 Vietnam, akibat sikap lemah intelegensi dan personality beberapa pemain sepak bola Garuda terutama saat meladeni Timnas Thailand U-23 di partai semi final, banyak publik sepak bola nasional yang bertanya kepada saya, apakah sebelum lolos masuk Timnas U-23, para pemain sudah mengikuti psikotes?

Psikotes adalah prosedur pemeriksaan yang telah mengalami pembakuan, yang dimaksudkan untuk menyelidiki dan menetapkan sifat-sifat psikis khusus individu, pengujian mental.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jawaban saya, coba cek saja pemberitaan menyoal Timnas U-23 ini di media massa atau jejak digital pemberitaanya, sejak awal pemanggilan pemain, lalu TC ke Korea Selatan, hingga akhirnya para pemain berjersey Garuda di Vietnam.

Ada publik yang menjawab, mereka hanya menemukan jejak pemberitaan baik via media massa mau pun jejak digital, bahwa para pemain yang di panggil dari dalam negeri hanya menjalani tes kesehatan.

Memang, untuk kesiapan Timnas U-23, baik pemain yang berada di dalam negeri atau pun di luar negeri, tak ada program psikotest untuk pemain. Mungkin Shin Tae-yong (STy) tak memasukkan program psikotes karena menganggap para pemain sudah mumpuni dalam hal intelegensi dan personality, sebab di Korea Selatan, Vietnam, dan negara Asia, Eropa, Amerika lainnya, persoalan psikotes bukan dadakan, instan saat sebuah Timnas dibentuk oleh pelatih. Namun, federasi sepak bola bersangkutanlah yang sudah menanganinya. Sudah menjadi program berjenjang sejak para pemain ada di fase sepak bola akar rumput.

Karenanya, dalam menyiapkan pasukan Garuda terdekat, untuk FIFA Matchday, Kualifikasi Piala Asia, dan Piala AFF, yakin STy pun tak akan mengurus atau menyentuh persoalan psikotes atau psikologi pemain. Apalagi, selama ini, sejak menangani Garuda, STy juga hanya konsen pada sektor teknik (T) dan speed (S). Meski pada akhirnya, STy juga tahu rapor TIPS pemain Timnas, banyak yang belum lulus, terutama intelegensi (I) dan personality (P).

Sejatinya, saat saya mencoba mencari tahu, mengapa STy tak menyentuh persoalan psikotes atau tes psikologi pemain, sebab pada akhirnya, saya sebut STy gagal karena ada 3 pemain yang tak dapat menjaga attitude karena dipastikan intelegensi dan personality-nya lemah hingga digajar kartu merah di laga segenting babak semi final, ada jawaban bahwa Departemen Teknik PSSI sudah mengusulkan agar STy juga konsen pada psikologi pemain.

Tetapi, Departemen Teknik PSSI pasrah. Sebab, keputusan kepelatihan tetap ditangan STy, mulai program, rekrutman pemain. Dan, PSSI suport semua program yang diajukan.

Salah kaprah yang dibiarkan

Di sisi lain, kendati PSSI sudah berusia 92 tahun, tapi sepak bola akar rumput, wadahnya terus dibiarkan SALAH KAPRAH. Karenanya sangat logis, para pemain yang direkrut ke Timnas Indonesia pun, boleh disimpulkan selama ini selalu bermasalah dalam hal intelegensi dan personality karena sudah salah pendidikan dan penanganan sejak usia dini, usia muda, terus berlanjut ke usia dewasa saat mereka bergabung atau direkrut oleh Klub, hingga dipanggil ke Timnas.

Maka tak heran, bila Timnas Indonesia di berbagai level kala bertanding di tingkat Asia Tenggara saja, kelemahan sektor intelegensi dan personalitynya sering dimanfaatkan oleh lawan untuk mencari keuntungan dari segi nonteknis.

Karena lawan tahu, maka mereka tak harus memprovokasi, pun para pemain Indonesia sering bikin kesalahan sendiri hingga bermain kasar dan emosional. Apalagi bila diprovokasi, maka sikap dan kondisi aslinya akan ke luar. Sikap yang disebut kampungan, kelas tarkam, dll.

Lihat, semisal pemain Vietnam danThailand, adakah yang saat berlaga, menggulung lengan jersey atau menggulung celananya? Lihat, beberapa pemain Indonesia, malah berkali-kali tersorot kamera, bangga melinting kaos dan celana hingga lengan tangan dan paha kaki nampak. Apa biar dikira jagoan atau apa? Ini adalah attitude yang sumbernya dari kecerdasan intelegensi dan personality.

Simpulnya, karakter pemain Indonesia sudah sangat dipahami oleh lawan-lawan di Asia Tenggara, sehingga mereka sering mengambil keuntungan untuk menang dengan cara licik dengan jalan memprovokasi sebagai strategi ampuh. Ini semua terjadi, karena dari tahun ke tahun, persoalan ini tak pernah diperbaiki oleh PSSI.

Bila PSSI akan terus abai pada wadah sepak bola akar rumput, abai pada pendidikan pesepak bola yang standar, abai pada persoalan TIPS, maka, meski Indonesia banyak memiliki pemain berbakat, tak akan cukup siginifikan bila hanya sekadar menyamai Timnas Vietnam atau Timnas Thailand yang masih lingkup Asia Tenggara. Sepak bola moderen bukan hanya mengandalkan bakat.

Psikotes wajib bagi calon pemain Timnas

Sebab PSSI mengabaikan wadah sepak bola akar rumput termasuk di dalamnya pendidikan dan pelatihan TIPS yang berjenjang dan berkesinambungan bagi para pesepak bola, maka para pelatih lokal mau pun asing yang ditunjuk atau dipercaya mengampu Timnas, tentu akan berupaya membikin pasukannya cerdas TIPS.

Semisal, mengapa sebagai pelatih lokal, Indra Sjafri malah bisa mempersembahkan Medali Perak di SEA Games 2019? Mengapa pelatih asing macam Luis Milla hanya mampu persembahkan Medali Perunggu di SEA Games 2017. Lalu, STy juga Medali Perunggu di SEA Games 2021?

Ternyata bila mengikuti jejak digital tentang Timnas di SEA Games, khusus Indra Sjafri, sebelum memastikan pemain dinyatakan fix menjadi skuad Timnas, Indra menerapkan standar rekrutmen pemain yang baku, yaitu ada psikotes, tes kesehatan, dan fisik. Bila dinyatakan memenuhi kriteria dan standar, maka pemain baru dinyatakan menjadi bagian dari skuad Timnas. Sesudah itu, dalam proses TC pun masih diterapkan sistem degradasi dan promosi pemain.

Bahkan, di luar itu, saat Indra membesut Evan Dimas dan rekan, Indra wajib tahu dan memahami profil teknis, profil medis, dan profil psikologi para pemain yang dipilih. Malah ditambah adanya ahli metafisika yang turut dilibatkan. Selain itu, Indra juga melakukan komunikasi dengan keluarga pemain.

Apa yang dilakukan oleh Indra, saya sebut sebagai upaya potong kompas, karena persoalan TIPS pemain memang selalu diabaikan pendidikan dan pembinaannya oleh PSSI. Cara potong kompas Indra pun saya sebut berhasil. Itulah yang selama ini saya sebut sebagai pelatih yang paham pedagogi, sehingga cikal bakal TIPS pemain hingga perkembangannya dipahami oleh pelatih.

Pelatih=guru, maka wajib memahami latar belakang TIPS pemain, masalah yang terjadi dalam setiap individu pemain menyangkut TIPSnya, tahu cara menangani masalah, hingga membantu berkembang. Oleh karenanya, psikotes adalah vital bagi para calon pemain Timnas di berbagai level, untuk memetakan kondisi intelegensi dan personality.

Fungsi psikotes

Psikotes penting untuk mengukur kemampuan dan kecerdasan calon siswa, pemain, karyawan, dll. Hasil tes akan menggambarkan potensi yang dimiliki calon siswa, pemain, karyawan, dll, sehingga pihak-pihak terkait memiliki arahan yang lebih jelas dalam mengembangkan tumbuh kembang calon siswa, pemain, karyawan, dll.

Wajib dipahami bahwa psikotes itu bukan untuk menentukan lulus atau tidak lulus calon siswa, pemain, karyawan, dll dalam proses penerimaan/rekrutmen. Tetapi, psikotes dijadikan bahan bagi pihak terkait untuk dapat:

Pertama, memahami gambaran umum karakteristik calon siswa, pemain, karyawan, dll. Karakteristiknya dapat digambarkan dengan menggunakan tes psikologi. Ini juga merupakan salah satu kelebihan tersendiri dari tes psikologi. Gambaran umum seseorang bisa diketahui melalui tes psikologi tertentu dengan mengacu teori-teori psikologi kepribadian.

Kedua, memahami gambaran umum kebiasaan calon siswa, pemain, karyawan, dll. Psikologi itu sendiri sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku seseorang, maka kemudian kebiasaannya dapat diidentifikasi melalui beberapa macam tes psikologi. Pun, dapat pula melihat bagaimana reaksinya saat menghadapi permasalahan tertentu.

Ketiga, mengukur kemampuan dan potensi calon siswa, pemain, karyawan, dll. Dengan tes tertentu dapat diketahui di bagian mana saja seseorang lebih unggul dan memiliki potensi. Dapat diukur minat dan bakat masing-masing.

Keempat, menilai motivasi calon siswa, pemain, karyawan, dll.Tingkat kemauan seseorang yang cenderung berubah-ubah atau stabil dapat disimpulkan melalui beberapa macam tes psikologi.

Kelima, manfaat untuk persiapan konseling. Hasil psikotes digunakan Konselor sebagai persiapan konseling bila seseorang sudah menjadi atau diterima menjadi siswa, pemain, karyawan, dll.

Keenam, untuk pemeriksaan diagnosa kejiwaan. Psikotes merupakan salah satu bentuk pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada seseorang yang mengalami masalah kejiwaan. Beragam tes psikologi diagnostik, dapat dipilih yang paling sesuai. Ini akan sangat berguna sekali terutama untuk menentukan diagnosa kejiwaan yang paling sesuai.

Ketujuh, bermanfaat dalam persiapan konsultasi. Konsultasi dilakukan untuk membantu seseorang menemukan pemecahan masalah. Psikotes dapat membantu untuk mengetahui jenis konsultasi yang tepat yang akan diberikan kepada sesorang.

Kedelapan, membantu menyusun metode konseling, mengajar, mendidik, melatih, dll. Dengan diketahuinya masalah-masalah yang ada pada seseorang, maka akan dapat dirancang strategi konseling, mengajar, mendidik, melatih, dll, yang tepat. Tes psikologi diberikan sesuai dengan kasus atau permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga strategi yang digunakan dapat tepat sasaran.

Selain delapan manfaat psikotes, dipastikan bahwa psikotes atau tes psikologi adalah alat ukur, yaitu mengukur kepribadian dan kemampuan seseorang. Selanjutnya, jenis hasil psikotes ada dua, yaitu yang dibandingkan dengan orang lain, dan dibandingkan dengan diri sendiri.

Dengan demikian, semisal ada calon siswa yang dianggap gagal dalam psikotes, itu karena sekolah hanya punya kuota untuk 100 kursi, tapi yang mendaftar dan ikut test ada 500. Maka, hasil psikotest tentu dibandingkan dengan calon yang lain. Dan, dipilihlah 100 siswa yang masalahnya paling sedikit atau mudah dibantu sesuai standar sekolah bersangkutan.

Semisal ada 1000 pelamar kerja, tapi Perusahaan hanya membutuhkan 50 pekerja, maka dipilihlah 50 pekerja yang masalahnya juga paling sedikit.

Berikutnya bila seorang pelatih sepak bola butuh 20 pemain, yang dipilih masuk TC ada 30, maka 20 yang dipilih adalah yang paling mendukung kebutuhan Tim.

Tetapi, bukan berarti 100 siswa yang terpilih, 50 karyawan yang terjaring, dan 20 pemain Timnas yang direkrut, adalah pribadi yang tanpa masalah. Tentu ada kelemahan dan kekurangannya, bila dipadukan dengan delapan manfaat psikotest. Di sinilah tugas pihak Bimbingan Konseling (BK) atau bagian SDM perusahaan atau pelatih/tim psikologi melalukan bimbingan dan konseling.

Jadi, perkara psikotes itu bukan lulus atau tidak lulus. Bila sesorang melakukan psikotest untuk kebutuhan sendiri, maka dia jadi tahu siapa dirinya, apa masalahnya, dan bagaimana mengatasi masalah dan mengembangkan dirinya.

Bila sebuah sekolah atau Instansi atau institusi, atau perusahaan butuh karyawan, maka psikotes jadi ukuran apakah seseorang sesuai kriteria yang dibutuhkan. Tentunya, juga dengan membandingkan hasil psikotes pelamar lainnya. Hal ini juga berlaku sama bila pelatih Timnas mau merekrut pemain. Pelatih wajib tahu profil, intelegensi, dan psikologi pemain, di luar persoalan teknik dan speed. Terlebih bila program pelatihan dalam bentuk TC yang panjang.

Psikotes juga bukan hanya untuk diri sendiri atau calon siswa, pemain, karyawan, dll. Calon guru dan pelatih pun wajib menjalani psikotest. Sehingga akan diketahui kepribadiannya, intelegensinya, psikologinya, hingga kompetensi sesuai karakteristik sesuai bidangnya. Bila mereka tak mumpuni dalam bidang dan karakteristik sesuai bidangnya, maka belum layak menjadi guru dan pelatih. Harus ada bimbingan, konseling, hingga pendidikan lagi, agar memenuhi syarat.

Jejak digital pelatih Timnas dan Tim yang pakai psikotes@ Berikut, saya tampilkan beberapa jejak digital pelatih Timnas Indonesia dan Klub yang memakai prosedur psikotest di antaranya:

Pertama: Pelatih Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri menetapkan tiga tes yang harus dilalui oleh calon penggawa Skuad Garuda Jaya. Adapun tes itu meliputi tes kesehatan, psikotes dan tes fisik. Ada tiga tes jika ingin masuk Timnas U-19. Masing-masing yaitu, tes kesehatan, psikotes dan tes fisik. Empat pemain yang baru saya panggil itu sudah menjalani psikotes (Kamis, 06/3), tes kesehatan (Jumat, 07/3) dan tes fisik (Sabtu pagi, 08/3), terang Pelatih Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri.

Kedua: Selain melakukan latihan, Timnas Indonesia U-16 juga menjalani psikotes. Ada sebanyak 34 pemain Timnas U-16 yang jalani psikotes di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, Jumat (11/3/2022). Pengisi materi dalam kegiatan itu adalah Laksmiari Saraswati yang juga pernah menjadi psikolog bagi Timnas U-16 di masa kepelatihan Fakhri Husaini. “Sebagai pelatih, mungkin saya bisa memotivasi pemain. Akan tetapi, untuk membangun dan menjaga mental mereka, saya butuh bantuan dari psikolog yang mengisi kegiatan ini," kata Pelatih Timnas Indonesia U-16, Bima Sakti, dikutip dari pssi.org.

"Tes ini juga untuk melihat karakter para pemain. Sebab sepak bola tidak hanya bicara soal kemampuan fisik pemain, tetapi intelejensia mereka pun harus kita ketahui.” ujar Bima Sakti.

Ketiga: Para pemain Timnas U-16 Indonesia melakukan psikotes agar bisa dicek soal mentalitasnya. Hasilnya, para pemain dalam kondisi yang baik dan siap tempur. Timnas U-16 Indonesia memang sudah kembali menjalani TCd i Stadion Patriot, Bekasi, sejak Senin (6/7/2020). TC tersebut memang berjalan ketat dan mewajibkan seluruh skuat harus menggunakan sarung tangan.

Keempat: Pelatih Timnas Indonesia U-22, Indra Sjafri, tak hanya menilai kemampuan teknis pemain dalam seleksi skuat Merah Putih. Tapi ada poin lain. Sebanyak 38 pemain dipanggil ke Jakarta untuk mengikuti seleksi Timnas U-22 tahap pertama. Mereka menjalani sesi latihan kedua pada Selasa (8/1/2019) di Stadion Madya, kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.

Dalam sesi pemusatan latihan kali ini, Indra akan langsung menerapkan sistem promosi degradasi. Pemain yang tak sesuai dengan kriterianya otomatis akan dicoret dan digantikan pemain baru. Indra menyebut pemain harus melewati serangkaian tes. Tak hanya di atas lapangan, tetapi juga menyangkut kesehatan, psikologis, dan intelegensi.

Kelima: Para pemain juga tampak antusias dengan tes psikologi yang diikuti. Muhammad Hargianto misalnya. Ia mengaku baru dua kali mengikuti tes psikologi.

"Tadi habis tes kesehatan, kemudian tes psikologi. Susah ya agak rumit juga tapi lumayan bisa mengikuti (res psikologi)," ungkap Hargianto.

Sementara bagi Saddil Ramdani, tes psikologi terbilang penting bagi pemain. Minimal untuk mengetahui kemampuan psikologi pemain agar bisa diarahkan oleh pelatih nantinya.

"Senang biar pengetahuan kita lebih bagus lagi. Alhamdulillah saya tidak ada masalah kalau tes kesehatan," ujarnya.

Sesuai jadwal yang telah dibuat Milla, pemain akan menjalani pemusatan latihan jangka panjang selama 10 hari di Lapangan Sekolah Pelita Harapan (SPH) Karawaci, Tangerang.

Keenam: Tak hanya berlatih, penggawa Persebaya Surabaya juga diberikan ilmu enterpreuner serta kembali menjalani tes psikologi jelang babak 8 besar Liga 2 2017. Alasan jajaran pelatih dan manajemen Bajul Ijo memberikan dua hal tersebut lantaran ingin mematangkan kualitas pemain dari segi fisik, tapi juga membenahi mental.

Dari jejak tersebut, bisa disimak kapan waktunya dll.

Andai di setiap jenjang, para calon pemain Timnas selalu melalui dan menerapkan prosedur psikotes, dan setiap pelatih nasional juga didampingi psikolog. Maka, bicara TIPS pemain, maka kita akan dapat melihat di setiap laga Timnas di berbagai level, para pemain yang cerdas intelegensi (otak), cerdas personality (mental, emisional), cerdas teknik, dan cerdas fisik (speed).

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB