Mengelola Amarah

Senin, 30 Mei 2022 16:51 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Semua orang pasti pernah marah. Sebagian orang menuruti nafsu amarahnya. Tapi keadaan justru lebih buruk. Hubungan dengan orang lain bisa terganggu. Bagaimana mengatasinya? Ikuti terus.

Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku

Anda semua pasti pernah marah.  Semua orang pasti memiliki nafsu amarah karena itu memang pemberian Allah.  Jadi sejatinya normal saja kalau kita marah. Kalau seumur hidup Anda tidak pernah marah sama sekali, maka justru ada yang kurang pada diri Anda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin ada orang yang berkata tidak sopan atau bahkan kasar kepada Anda.  Mungkin ada tindakan orang lain yang usil, nyinyir atau menyinggung perasaan Anda.  Barangkali ada atasan yang zalim, tetangga yang nyolong sesuatu, atau menjahili Anda dsb.  Pokoknya pasti banyak ucapan dan tindakan orang lain yang bisa memicu amarah kita. 

Kedua unsur tersebut, yaitu nafsu amarah kita dan ucapan atau tndakan orang lain, ketika bersenyawa maka akan timbul amarah kita.  Itu kejadian normal saja sejatinya.  Tapi cara kita menanggapinya bisa berbeda.

Sebagian orang akan bertindak berdasarkan nafsu amarahnya. Kalau dia menerima kata kata pedas, tidak sopan atau kasar maka dia akan membalas dengan kata kata yang tidak kalah pedasnya.  Tidak susah menebak akibatnya. Hubungannya dengan orang lain tersebut akan memburuk.  Kemungkinan besar akan tidak mau saling kenal lagi. Lebih parah lagi kalau perang kata itu berlajut.  Kalau itu terjadi di tempat kerja maka bisa menggangu kinerja keseluruhan tim.

Orang seperti itu cenderung akan membalas dengan tindakan ketika menerima perlakuan liyan yang membuatnya marah.  Tidak heran banyak terjadi perkelahian dna tawuran di banyak kota di Indonesia.

Melihat akibat buruknya seperti di atas maka orang yang bijaksana pasti akan menahan diri. Orang yang bijaksana bukan orang yang tidak bisa marah, tapi adalah orang yang tidak lagi dikuasai nafsu amarahnya. Orang bijaksana tidak memakai amarahnya sebagai dasar tindakannya.

Apabila ada orang yang berbicara atau bertindak kasar maka dia akan berusaha menahan amarahnya. Ada beberapa cara yang akan dia lakukan. Pertama dia akan membaca ishtighfar, atau memohon ampunan kepada Allah swt.  Barangkali ulah orang lain itu dipicu oleh kata kata atau perbuatannya. Maka dia memohon ampunan. Kedua dia akan meminta maaf kepada orang lain tadi. Barangkali kata kata atau tindakannya menyakiti.   Ketiga dia bertekad dalam hati tidak akan mengulanginya. Keempat  dia akan tetap menjaga hubungan baik. Dia tetap akan menyapa. 

Kalau orang lain mendiamkannya atau memutuskan hubungan sejatinya dia akan merasa tidak enak hati. Tapi kalau orang lain tersebut sudah benar benar kaku hatinya dan memutuskan hubungan ya itu sudah bukan kesalahannya lagi.

Monggo belajar mengelola amarah agar kita meningkat menjadi orang yang bijaksana. Semoga kita menjadi orang yang mampu menciptakan hubungan baik di semua lingkungan kita. Hanya orang bijaksana saja yang mampu memberi manfaat untuk masyarakat. Bisa dengan ilmunya, hartanya, kekuasaannya, dll.

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana

3 Pengikut

img-content

Anda Dibentuk oleh Buku dan Bacaan

Sabtu, 19 Oktober 2024 08:45 WIB
img-content

Terseyumlah dengan Mata dan Rasakan Manfaatnya

Kamis, 17 Oktober 2024 17:39 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler