x

Presiden Soekarno berpidati di depan delegasi Konperensi Asia Afrika di Bandung, 1955 (Lisa Larsen, THE LIFE Picture Collection, Getty Images)

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Rabu, 1 Juni 2022 08:58 WIB

Ke Ende Flores, Napak Tilas  Lahirnya  Pancasila

Peringatan Upacara Hari Lahir Pancasila 2022, dipusatkan di Ende Flores. Ada misi menapak tilas dari sisi kesejarahan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Upacara Peringatan ke-77 tahun, Hari Lahir Pancasila Tahun 2022 secara terpusat digelar di Lapangan Pancasila Ende, Kelurahan Kotaraja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, menjadi pusat peringatan Hari Lahir Pancasila ke-77 pada 1 Juni 2022 mendatang. Ada sejumlah keistimewaan Ende dalam pandangan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) hingga diputuskan menjadi pusat peringatan Hari Lahir Pancasila.

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila yang menetapkan tanggal 1 Juni 1945 merupakan Hari Lahir Pancasila.  Oleh sebab itu,  setiap tanggal 1 Juni segenap komponen bangsa dan masyarakat Indonesia berkomitmen untuk memperingati Hari Lahir Pancasila sebagai bagian dari pengarusutamaan Pancasila sebagai panduan dalam seluruh bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mengutip dari laman https://bpip.go.id/ Wakil Kepala BPIP Prof Hariyono mengisahkan,  ketika di Ende inilah ada ruang bagi Bung Karno yang biasanya sangat sibuk mengonsolidasikan perjuangan nasional, untuk merenungkan dasar-dasar negara,  yang kelak akan dia pimpin.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Ende, Bung Karno sadar bahwa Indonesia itu bukan hanya Jawa. Karena di Ende ini memiliki etnis dan agama yang beragam. Walaupun Bung Karno adalah pejuang dan tokoh dari kalangan Islam, tapi di Ende dia juga berdiskusi dengan tokoh-tokoh agama lain.

Prof Hariyono mengatakan, Ende adalah salah satu rahim proses kelahiran Pancasila dengan keistimewaannya. Makanya, BPIP ingin peringatan hari lahir Pancasila ke depannya dirayakan di daerah-daerah yang memiliki peran dalam proses sejarah terbentuknya Pancasila.

Pada bulan Mei 1954, Bung Karno pernah menyampaikan pidatonya dihadapan masyarakat Ende, di lapangan Pancasila (alun-alun) sekarang, disebelah selatan Taman Renungan (pohon sukun). Taman ini kelak dikenal dengan nama “Taman Perenungan.”

 

Soekarno di Ende

 Ende Nusa yang berlokasi di pesisir selatan Pulau Flores Tenggara Timur, menjadi saksi bisu cerita pengasingan Soekarno dan menjadi tempat munculnya Pancasila dari hasil perenungan di bawah pohon sukun.

Kabar Soekarno diasingkan ke Ende terdengar ke para pejuang. De Jonge, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda saat itu, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Bung Karno ke Ende.

28 Desember 1933, kapal barang KM van Riebeeck bertolak dari pelabuhan Surabaya. Kapal ini mengangkut Ir. Soekarno, Inggit Garnasih (istri), Ratna Djuami (anak angkat) dan Ibu Amsi (mertua), dengan tujuan pelabuhan Ende. Kapal tiba pelabuhan Ende, pada 14 Januari 1934.

Bung Karno menjalani masa pengasingan di Ende, selama 4 tahun 9 bulan sejak tahun 1934-1938. Selama pengasingan, Bung Karno memiliki akses yang terbatas. Ia sering kali merenung di Taman Perenungan. Di sinilah, ilham kelima butir Pancasila muncul.  Selain itu, aktivitas yang dilakukan melukis, bermain biola, membaca buku, berkebun, menulis dan berkeliling kota.

Selama di Ende, Bung Karno dan keluarga menempati sebuah rumah milik Abdullah Ambuwaru. Satu hal yang menjadi rutinitas Bung Karno adalah duduk di bangku pada sebuah taman yang berada 700 meter dari rumah pengasingannya. Bangku yang menghadap ke pantai, di bawah pohon sukun yang rindang, dan ditemani semilir angin pantai. Berpikir tentang Indonesia, merenungkan Pancasila.

Pohon sukun bercabang lima menjadi peneduh Bung Karno saat merenung di taman. Pohon Sukun adalah tempat Bung Karno merenung mengisi waktu luang semasa pengasingan. Letaknya yang  agak tinggi dan menghadap ke laut, membuatnya merasa nyaman memandang laut lepas. Di sinilah Bung Karno sering duduk termenung untuk memperoleh ilham dalam menggali butir-butir Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada bawah pohon sukun bercabang lima ini Soekarno merenungkan nilai-nilai luhur Pancasila. Sebagai pengingat, di dinding tanaman pohon sukun ini terdapat prasasti bertuliskan: “Di kota ini kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila.”

Dalam pidatonya Bung Karno menyatakan bahwa beliau merenungkan rumusan Pancasila di Bawah pohon sukun. Berkenaan dengan hal tersebut masyarakat Ende menganggap Ende adalah tempat menggali ilham kelima  butir-butir Pancasila sebagai dasar negara. Di bumi Flores tepatnya di Ende Bung Karno menemukan penjelmaan kongkrit dari idenya tentang dasar dan tujuan yang berfungsi sebagai pemersatu Bangsa Indonesia yang majemuk.

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler