x

Jokowi bersama Masyarakat Ende

Iklan

Andree Sunsafarin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 November 2021

Kamis, 2 Juni 2022 07:08 WIB

Kunjungan Jokowi ke Kota Ende: Pancasila dan Asa Kemajuan bagi Orang NTT

Jokowi baru saja megunjungi NTT (meski momentumnya sudah sedikit terlambat yakni di masa akhir masa jabatan kepresidenannya), tepatnya kota Ende, dalam rangka memperingati hari kesaktian Pancasila. Jika sebelumnya Jokowi sering mengunjungi Labuan Bajo (faktor Pulau Komodo sudah menjadi destinasi wisata premium), kini yang dikunjungi adalah sebuah kota kecil, Ende, di tepih pantai utara laut Flores. Namun kota ini menjadikan kunjungan jokowi bermakna historis dan simbolis, karena kota ini dikenal sebagai kota Pancasila, tempat Soekarno dalam masa-masa pembuangannya mencetuskan lima prinsip berbangsa dan bernegara yang kita sebut sebagai pancasila. Dalam konteks kunjungan ini, Jokowi secara personal harus memahami  dinamika sekaligus menangkap yang ada di belakang kepala orang NTT, bahwa dibalik eforia dan kecintaan mereka terhadap Beliau, sebenarnya ada keriduan terdalam, ada asa supaya paling tidak NTT juga diperlakan sama dengan pulau Jawa, Pulau Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Sudah saatnya NTT tidak lagi menjadi anak tiri pembangunan nasional.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudah 64 tahun semenjak tebentuk menjadi sebuah provinsi, Nusa Tenggara Timur masih menjadi langanan posisi provinsi dengan Indeks kemiskinan tertinggi, yakni urutan ketiga setelah Papua.  Bahkan, menurut catatan Badan Pusat Statistik, di NTT pada September 2020 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin 44,07 ribu orang dibandingkan September 2019, menjadi 1,17 juta penduduk miskin.

Miris, NTT, tanah kaya akan budaya dan alam, yang cerita tentang kekayaannya  disenandungkan dalam lagu Bae Sonde Bae dalam kenyataannya sudah menjadi perahu retak tak punya arah.  Yes, cerita tentang NTT, mirip-mirip cerita tentang Papua, yang katanya "tidur di atas emas dan berenang diatas minyak" namun kenyataannya semua itu tidak dinikmati oleh orang rakyat Papua.   

Kembali ke NTT, daerah ini juga memiliki masalah dengan pendidikan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, dari Total 5,49 juta penduduk NTT, yang berhasil menamatkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi atau universitas hanya mencapai 326,3 ribu jiwa atu cuma 5,95% dari total populasinya.  Ada banyak faktor yang menjadi penyebab diantaranya adalah faktor ekonomi keluarga, sumber daya manusia, infrastruktur, jaminan sosial dan upah guru (honorer) yang sangat rendah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

NTT memang terbukti menghasilkan kaum-kaum intelektual ternama, sebut saja Bapak menteri Kominfo, Johny Plate dkk. Akan tetapi para tokoh intelektual ini justru banyak yang bersemayam dan mengabdi untuk Jakarta daripada pulang ke kampung halamannya dan membangun NTT dari akar rumput. 

Jokowi baru saja megunjungi NTT (meski momentumnya sudah sedikit terlambat yakni di masa akhir jabatan kepresidenannya), tepatnya kota Ende, dalam rangka memperingati  Hari Kesaktian Pancasila. Flashback atau jika kembali ke belakang, Jokowi memang mendapat tempat yang istimewah di hati orang NTT.  Pilpres tahun 2014, hampir seratus persen masyarakat NTT memilih Jokowi. Cerita berlanjut ke Pilpres tahun 2019, dukungan masyarakat NTT untuk tidak berubah, bahkan isu tentang Jokowi tiga periode paling bergema di NTT. Mungkin, karena itulah Jokowi menjadi presiden pertama yang paling sering mengunjungi NTT.

Akan tetapi, kunjungan kali ini  mungkin sedikit berbeda. Jika sebelumnya Jokowi sering mengunjungi Labuan Bajo (karena ada Pulau Komodo menjadi destinasi wisata premium), kini yang dikunjungi adalah sebuah kota kecil, Ende, di tepi pantai utara laut Flores. Namun kota ini menjadikan kunjungan Jokowi bermakna historis dan simbolis, karena kota ini dikenal sebagai kota Pancasila, tempat Soekarno dalam masa-masa pembuangannya, mencetuskan lima prinsip berbangsa dan bernegara yang kita sebut sebagai pancasila.

Berbicara tentang Pancasila, orang NTT mengenal betul apa arti dari setiap sila yang ada di dalamnya.  Tentang ketuhanan, NTT yang adalah mayoritas Kristiani, tidak mengabaikan keberadaan umat beragama lain yang ada. Bahkan salah satu kota yang kompleks, yakni kota Kupang meraih Indeks Toleran Award (ITW) sebagai Kota Toleran Indonesia 2020 bersama 9 kota lainnya dari total 94 kota di Indonesia.

Orang NTT mengerti betul apa arti toleransi. Toleransi tidak hanya sekadar saling menghargai, tetapi sudah melampaui batas-batas agama dan suku. Cerita tentang seorang pastor lahir dari keluarga muslim tidak lagi asing di NTT. Toleransi di NTT sudah berakar pada nilai-nilai kemanusian, atau humanity sila kedua pancasila itu sendiri.

Berbicara tentang nasioanlisme, NTT adalah mungkin satu-satunya wilayah Timur yang tidak memiliki rekam separatisme dalam sejarah terbentuknya NKRI.  Padahal NTT memiliki locus dan konteks sejarah yang memungkinkan dirinya untuk memberontak karena sebagian besar daratan Flores dan seluruh pulau Timor di masa lalu merupakan jajahan Portugis. Akan tetapi yang terjadi, nasionalisme orang NTT justru semakin kuat dan membara, meski sekarang malah cenderung "nasionalisme" ke Jokowi dan menjadi "Jokowiisme", seperti yang diagung-agungkan oleh Viktor Laiskodat, Gubernur NTT.    

Dalam konteks kunjungan ini  Jokowi secara personal harus memahami  dinamika sekaligus menangkap yang ada di belakang kepala orang NTT, bahwa dibalik euforia kecintaan mereka terhadap dirinya,  sebenarnya ada kerinduan terdalam, ada asa supaya paling tidak NTT juga diperlakan sama dengan pulau Jawa, Pulau Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Sudah saatnya NTT tidak lagi menjadi anak tiri pembangunan nasional.

Sudah saatnya Jokowi memperhatikan tidak hanya parawisata, tetapi juga pendidikan sebagai unjung tombak pembentukan SDM orang NTT, tidak hanya Investasi di level kelas menengah ke atas, tetapi juga memperhatikan usaha akar  UKM, termasuk usaha ekonomi mikro demi NTT yang maju setelah 64 tahun berlayar tanpa arah.  Semoga Jokowi memahami kunjungannya sebagai kunjungan yang simbolis yakni adalah asa kemajuan untuk orang NTT, maka sila ke-lima, "Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia" harus menjadi jawaban balas budi beliau atas cinta dan dukungan orang NTT.

 

Ikuti tulisan menarik Andree Sunsafarin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler