x

Iklan

Johanes Sutanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 3 Juni 2022 20:23 WIB

Mispersepsi Likuiditas Exchange Traded Fund (ETF), Ternyata Begini Faktanya

Ada anggapan keliru (mispersepsi) masyarakat investor terhadap produk ETF. Mereka menganggap ETF itu tidak likuid

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Produk investasi Exchange Traded Fund (ETF) atau reksa dana yang diperjual-belikan layaknya saham ternyata masih menyisakan persoalan yang mungkin dianggap sepele namun justru membuat investor masih mengambil jarak.

Persoalan sepele tersebut adalah soal likuiditas. Ada anggapan keliru (mispersepsi) masyarakat investor terhadap produk ETF. Mereka menganggap ETF itu tidak likuid. Alhasil mereka masih enggan masuk dan mentransaksikannya.

Nyatanya ETF tersebut sangat likuid tak seperti anggapan yang masih diyakini sejumlah investor. Secara konkret masyarakat investor belum melihat dan menyimak secara seksama perbedaan mekanisme perdagangan ETF di pasa primer (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apalagi berkat inovasi Indo Premier Sekuritas yang mengintegrasikan platform transaksi ETF khusus untuk pasar primer di aplikasi IPOT, likuiditas ETF di pasar primer akan mudah dicermati secara langsung

Mari kita ulik secara lebih detail mekanisme ETF yang ada di pasar primer (primary market) dan pasar sekunder (secondary market) supaya lebih gamblang dalam melihat fakta likuiditasnya.

Pasar Primer (Primary Market)

Perdagangan ETF di pasar primer sebenarnya sangat likuid karena harganya jelas mencerminkan harga riil dari bid dan offer underlying saham yang membentuknya. Semisal saat klik ETF Premier LQ45 yang sudah ada platform ETF di aplikasi IPOT maka hanya dengan satu klik saja pembelian ETF akan langsung terjadi yakni dengan membeli semua saham yang tergabung dalam indeks LQ45 sesuai dengan bobot dan komposisi yang telah ditentukan.

Begitu juga saat ingin menjual ETF maka semua saham yang terangkum dalam ETF ini akan langsung terjual pada posisi bid saat jam bursa. Hanya saja perlu dicatat kalau transaksi ETF di pasar primer ini lebih untuk investor dengan modal gede atau institusi karena pembeliannya minimal 1 basket (unit creation) yang berisi 1.000 lot saham atau 100.000 lembar saham. Unit creation inilah yang membuat investor retail merasa terbentur dengan keterbatasan dana.

Pasar Sekunder (Secondary Market)

Perdagangan ETF di pasar sekunder yang mudah dilakukan seperti halnya transaksi saham di aplikasi IPOT memperlihatkan bahwa mekanisme perdagangannya sebenarnya didasarkan pada demand dan supply yang menyebabkan likuiditasnya sebatas nilai kapitalisasi unit ETF yang sudah dikreasi dengan nilai kapitalisasi pasar. Karena hal inilah investor lantas memandang ETF itu tidak likuid saat menatap order book dengan volume bid dan offer yang tidak merata.

Namun karena transaksi ETF di pasar sekunder ini pembeliannya minimal hanya 1 lot (100 lembar saham) tentu saja ini sangat terjangkau untuk investor retail yang secara dana memang terbatas. Dengan dana yang terbatas, investor retail pun bisa memiliki semua saham yang masuk dalam indeks ETF tersebut. Keterjangkauan ini jelas memperlihatkan likuiditas karena ETF ini nyata-nyata tidak membutuhkan modal yang gede.

Ikuti tulisan menarik Johanes Sutanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB