x

Perkumpulan pendidik sains kimia Bangka Belitung

Iklan

Iwan Kartiwa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2021

Senin, 6 Juni 2022 09:55 WIB

Mengawal Perjalanan Panjang Calon Guru Penggerak

Memperhatikan rentang waktu PGP yang demikian panjang (sebelum direvisi diklat PGP berlangsung selama 9 bulan, namun sejak angkatan 5 berkurang menjadi 6 bulan) hal ini menjadikan tantangan tersendiri. Durasi waktu diklat yang lama tersebut, dipastikan akan mengundang sejumlah persoalan dan resiko kegagalan. Bukan tidak mustahil dalam perjalanannya sejumlah CGP ada yang mengalami penurunan motivasi, kejenuhan, kelelahan hingga ancaman untuk mengundurkan diri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Iwan Kartiwa

(Pengajar Praktek PPGP Angkatan 5 Kab. Sumedang dan CKS SMA Provinsi Jawa Barat Tahun 2021)

Tepat Tanggal 18 Mei yang lalu secara resmi pelaksanaan progam pendidikan guru penggerak (PPGP) angkatan 5 secara resmi dibuka. Untuk PPGP angkatan 5 ini terbagi menjadi 3 model pelaksanaan yaitu pendidikan guru penggerak (PGP) regular, PGP daerah khusus (dasus), dan PGP rekognisi. PGP regular berjumlah 7.816 orang, PGP dasus 191 orang, dan PGP rekognisi diikuti 98 orang. Setiap PGP yang diikuti oleh calon guru penggerak memiliki waktu pelaksanaan diklat yang berbeda. PGP reguler akan mulai melaksanakan diklat PGP secara daring pada tanggal 19 Mei 2022. Untuk PGP dasus pembelajaran tatap muka baru dimulai pada tanggal 21 Mei 2022 dan untuk PGP rekognisi akan menyesuaikan dengan jadwal PGP regular. Namun secara umum setiap model PGP tersebut akan melaksanakan diklat PGP selama 6 bulan terhitung sejak 18 Mei sampai dengan 19 November 2022.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Memperhatikan rentang waktu PGP yang demikian panjang (sebelum direvisi diklat PGP berlangsung selama 9 bulan, namun sejak angkatan 5 berkurang menjadi 6 bulan) hal ini menjadikan tantangan tersendiri. Durasi waktu diklat yang lama tersebut,  dipastikan akan mengundang sejumlah persoalan dan resiko kegagalan. Bukan tidak mustahil dalam perjalanannya sejumlah CGP ada yang mengalami penurunan motivasi, kejenuhan, kelelahan hingga ancaman untuk mengundurkan diri. Memang tidak diketahui secara persis pada level proses mana para CGP mengalami tingkat kesulitan atau kejenuhan yang cukup mengganggu. Belum juga diketahui secara pasti berapa dalam proses diklat PGP itu para CGP yang mundur atau tidak mampu menuntaskan diklat hingga selesai, mungkin pada fase awal, pertengahan, atau mungkin juga diakhir kegiatan karena satu dan lain hal.

Selama ini memang kita lebih banyak mendapatkan informasi bahwa para CGP secara umum sangat termotivasi dan selalu bergairah untuk menyelesaikan setiap tahapan diklat CGP tersebut. Kendati demikian dalam perjalanannya karena diklat ini berlangsung dalam rentang waktu yang lama, dengan kurikulum yang padat dan komprehensif, penugasan yang cukup banyak serta beragam dengan timespend yang cukup ketat, ditambah penggunaan metode diklat yang bervariasi memungkinkan para CGP yang tidak siap mungkin memilih mundur secara teratur. Dalam diklat PGP ini metode diklat dilaksanakan secara daring melalui aplikasi LMS (learning management system) berbasis SIM-PKB baik bersifat syncronus maupun asyncronus, ditambah lagi ada kegiatan luring dalam bentuk lokakarya dan pendampingan. Kegiatan Lokakarya dilaksanakan 7 (tujuh) dan pendampingan dilakukan dalam kurun waktu 6 (enam) kali. Semua itu perlu kekuatan fisik, mental dan daya tahan yang prima.

Persoalan yang kerap muncul dalam pelaksanaan diklat PGP ini tentu saja mengerucut pada 2 (dua) faktor baik yang bersifat internal maupun eksternal. Persoalan internal terkait dengan motivasi dan managemen waktu CGP yang bersangkutan. Sementara secara eksternal menyangkut soal dukungan baik di lingkungan kerja maupun keluarga. Perlu dipastikan bahwa kondisi internal dan eksternal para CGP selalu kondusif sebagaimana moto dan salam pendidikan guru penggerak yaitu “salam selamat dan bahagia”.

Apabila dipetakan ada tiga tahapan PGP yang memang memerlukan daya juang dan daya tahan yang luar biasa. Tahap seleksi, pendidikan dan pasca pendidikan. Tahap seleksi meliputi seleksi tahap 1 dalam bentuk pengisian curriculum vitae dan essai. Berikutnya tahap 2 berupa simulasi mengajar dan wawancara. Tahap seleksi ini sangat ketat, selektif dan benar-benar objektif sesuai penilaian dan pertimbangan yang diberikan oleh para penilaian termasuk asesor yang teruji dan memiliki rekam jejak sebagai tim penilai yang tidak perlu diragukan lagi kapasitas dan objektivitasnya untuk memilih para CGP yang benar-benar layak dan terbaik.

Tahap berikutnya dalam bentuk pendidikan guru penggerak. Dalam 6 bulan pendidikan, para CGP akan belajar secara daring dan luring dari berbagai sumber belajar termasuk platform LMS yang sudah disiapkan. Dalam platform LMS ini akan 3 paket modul pembelajaran yang harus diselesaikan. Kegiatan pembelajaran daring berbasis LMS difasilitasi ole instruktur dan fasilitator. Sementara pembelajaran luring dalam bentuk kegiatan lokakarya dan pendampingan dipandu oleh para pengajar praktik. Paket modul yang harus diselesaikan setiap CGP berjumlah 3 buah terdiri atas: Paket Modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak (modul 1.1, 1.2, 1.3, 1.4). Paket modul II Praktek Pembelajaran yang berpihak pada Murid (modul 2.1,2.2,2.3), dan Paket Modul III Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah (Modul 3.1,3.2,3.3). Semua rangkaian paket modul yang harus diselesaikan tersebut menggunakan sintak pembelajaran Merdeka Belajar. Merdeka merupakan akronim dari tahapan kegiatan pembelajaran yang diawali dengan M=mulai dari diri, E=eksplorasi konsep, R=ruang kolaborasi, D=demonstrasi konsep, E=elaboarasi pemahaman, K=koneksi antar materi dan A=aksi nyata. Sebuah sintak pembelajaran yang benar-benar sangat menantang, dinamis dan bermakna karena menuntut pemahaman dan implementasi secara factual dan kontekstual.

Tahap ketiga adalah pasca pendidikan. Dalam hal ini bagaimana eksistensi dan fungsi para CGP yang sudah dinyatakan lulus pendidikan PGP di masa depan. Sekalipun kita sangat percaya bahwa para alumni PGP bukanlah guru ecek-ecek yang akan kembali terjerembab pada zona nyaman. Kita juga percaya bahwa mereka adalah guru-guru yang selalu gelisah dengan keadaan dan selalu ingin melakukan prakarsa perubahan. Situasi ini rasanya tetaplah tidak cukup dibiarkan begitu saja. Diperlukan keberpihakan dalam bentuk pemberdayaan mereka secara lebih optimal, sistematis, massif dan terstruktur. Salah satunya adalah dengan memprioritaskan mereka dalam banyak momen dan aktivitas pendidikan baik skala mikro maupun makro. Para alumni PGP adalah pemilik sertifikat guru penggerak yang memiliki prioritas untuk menjadi calon kepala sekolah, pengawas dan instruktur guru. Hal ini sebagaimana amanat Permendikbud no. 40 tahun 2021 mengenai syarat calon kepala sekolah. Hal ini tentu saja perlu mendapat dukungan dan perhatian semua pihak. Pasca pendidikan (diklat CGP), maka setiap CGP harus tetap eksis dan berkontribusi secara positif mewarnai perubahan dan prestasi pendidikan dimanapun mereka bertugas melalui berbagai karya dan aksi nyata.

Sekali lagi PGP merupakan proyek besar nasional dalam rangka menyiapkan pemimpin perubahan pendidikan. Diharapakan setelah PGP berakhir setiap peserta PGP akan memiliki 4 (empat) kompetensi yang sangat penting yaitu mampu mengembangkan dirinya dan orang lain, menjadi pemimpin pembelajaran, memimpin pengembangan sekolah dan menjadi pemimpin manajemen sekolah. Keempat kompetensi inilah diyakini akan mampu menjadi bekal amunisi dalam melaksanakan transformasi pendidikan nasional kita dimasa mendatang.

Oleh sebab itu rasanya tidak berlebihan bila semua pihak dituntut terus bahu membahu memberikan berbagai bentuk dukungan dan perhatian agar para CGP mampu mengikuti dan menyelesaikan semua tahapan tadi. Bentuk dukungan dapat diberikan dalam kerangka penguatan motivasi, pemberian apresiasi ataupun pemantapan jiwa dan semangat resiliensi (daya juang). Penjelasannya sebagai berikut. Pertama, Penguatan motivasi dilakukan dalam bentuk pemberian support dukungan baik materil maupun imateril agar para CGP memiliki motivasi tinggi dan mampu menjaga amanat serta kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya untuk menjadi agen perubahan pendidikan melalui program pendidikan guru penggerak. Kedua, pemberian apresiasi. Semua pihak dapat memberikan apresiasi (pengakuan dan penghargaan) yang proporsional terhadap pencapaian-pencapaian yang sudah diraih oleh para CGP tanpa berlaku nyinyir atau bertindak apriori. Hindari tindakan-tindakan yang bersifat resistensi terhadap prakarsa perubahan yang mungkin sedang digulirkannya. Ketiga, pemantapan resiliensi. Resiliensi mengandung pengertian kemampuan yang ada dalam diri individu untuk kembali pulih dari suatu keadaan yang menekan dan mampu beradaptasi serta mampu bertahan dari kondisi tersebut. Maksudnya resilisensi atau daya juang yang sudah ditunjukan para CGP melalui seleksi ketat dan diklat yang panjang dengan serangkaian penugasan yang luar biasa tersebut dapat terjaga secara konsisten. Pemantapan resiliensi atau daya juang makin diperlukan pada tahap pasca pendidikan tadi. Dimana setelah itu para alumni CGP akan makin disorot dan menjadi perhatian publik khususnya di lingkungan sekitaranya sampai sejauh mana mereka masih tetap eksis dan memberikan kontribusi perubahan minimal di lingkungan komunitas praktisi yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Sebuah tantangan yang luar biasa dan para CGP tentu akan mampu menjawabnya dengan karya dan aksi nyata. Wallahualam bi shawab.

 

Ikuti tulisan menarik Iwan Kartiwa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB

Terkini

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB