
STy
Kamis, 9 Juni 2022 09:37 WIB
Yordania Lebih Berat dari Kuwait, Semoga Timnas Beruntung Lagi
Penyakit Timnas selama ini, bila di awal dianggap tampil baik dan menang, maka menggeloralah euforia baik di internal penggawa Timnas dan publik sepak bola nasional. Terbuai puja-puji, lalu nyungsep lagi. Apalagi, juga menjadi budaya, bila setelah tampil baik dan menang, lalu liburnya lama, maka selalu Timnas punya kendala sendiri dan sulit tampil dalam perform yang diharapkan.
Dibaca : 989 kali
Suntikan motivasi Shin Tae-yong (STy) manjur. Nasihatnya pun berbuah naikkan mental para pemain timnas yang tampak terlihat murung saat menjalani latihan menjelang meladeni Kuwait. Kondisi ini pun sampai diliput oleh berbagai media massa Indonesia.
Cemen, kecerdasan, mentalitas pemain. Saya bahkan sampai menulis artikel yang isinya menyebut pemain timnas cemen (cetek mental). Demi memompa semangat juang para penggawa Timnas, saya juga menulis artikel lagi yang isinya musuh utama timnas Indonesia adalah kecerdasan dan mentalitas diri pemain sendiri, bukan Kuwait.
Pasalnya, saya setuju dengan STy yang mengatakan timnas Kuwait sekarang sudah tidak sama dengan dahulu. Artikel tersebut, setelah tayang, selalu saya kirim langsung kepada Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri, sebagai catatan, pengingat, dan semangat.
Terbukti timnas Kuwait tak kuat. Kembali ke Timnas Kuwait, sebelum tahun 2000 mereka adalah tim yang begitu kuat di Asia. Tetapi setelah itu, Kuwait tidak sekuat dahulu, sehingga sangat mungkin bagi Indonesia untuk mengalahkan Kuwait meski berstatus sebagai tuan rumah.
Karenanya, STy tetap mewaspadai Kuwait dan menganggap mereka lebih bagus permainannya daripada Indonesia dan meminta pada para pemainnya untuk melakukan latihan dan juga mau bekerja keras mempersiapkan diri dengan baik.
Apa yang diungkap oleh STy sebelum laga, ternyata terbukti. Tampil di hadapan publik sediri, Kuwait takluk oleh Timnas Indonesia, yang kali ini penampilannya boleh dibilang nampak cerdas dan kuat mentalitas.
Sadar kelemahan
Penampilan Timnas yang demikian, selain suntikan moril dari sang pelatih, saya juga yakin para pemain Timnas mendengar sendiri atau membaca di media massa, tentang kritikan dari publik sepak bola nasional terhadap mereka. Sebab, selama ini Timnas selalu tampil tak stabil dan tak sesuai ekspetasi, sehingga terus nirprestasi.
Akar masalahnya adalah karena di antara mereka masih ada yang dianggap atau saya anggap masih belum lulus TIPS sebagai pemain Timnas. Masalah klasiknya adalah lemah intelegensi (kecerdasan), lemah personality (mental), dan di era STy, terdeteksi lemah teknik dan fisik.
Semoga karena menyadari kelemahannya lalu berupaya tak cemen, meladeni Timnas Kuwait dengan berupaya cerdas dan kuat mental, percaya diri. Kebetulan, seperti prediksi STy, Timnas Kuwait sekarang tak sekuat Thailand atau Vietnam. Andai Kuwait sekuat Thailand atau Vietnam, tentu hasilnya akan lain. Terlebih Kuwait berlaku sebagai tuan rumah.
Jadi, kemenangan pasukan Garuda atas Kuwait 2-1 di Stadion Internasional Jaber Al-Ahmad, Kuwait City, Rabu (8/6/2022) malam WIB, selain karena para pemain Timnas berhasil mengatasi kecerdasan dan mentalitas dirinya, cerdas menerjemahkan strategi STy, juga karena Timnas Kuwait yang tidak terlalu bagus.
Meski begitu, dari segi kecerdasan, juga masih nampak bermasalah, karena Garuda terlebih dulu kemasukan, masih ada pemain yang beberapa kali mengulang kesalahan elementer, dan tetap ada pemain yang egois dan individualistis.
Perjalanan masih jauh, jangan euforia
Dari fakta-fakta tersebut, meski mampu menang atas Kuwait, Pasukan Garuda masih harus membuktikan lagi apakah di laga kedua versus Yordania akan mampu tampil minimal sama modelnya dengan saat menekuk Kuwait?
Atau malah permainannya akan lebih baik dan lebih berkembang, hingga Yordania jadi korban berikutnya? Atau sebaliknya kecerdasan dan mentalitas kembali terpuruk karena level lawannya lebih baik dari Thailand dan Vietnam?
Yordania yang meladeni Nepal, sukses meraih 3 poin, setelah menelan Nepal 2-0. Melihat kekuatan Yordania, Timnas memang wajib lebih bekerja keras. Wajib ditambah cerdasnya. Jangan sampai muncul cemennya. Pemain yang banyak bikin kesalahan elementer dan egois, sadar diri dan refleksi-instrospeksi diri.
Selain itu, penyakit Timnas selama ini, bila di awal dianggap tampil baik dan menang, maka menggeloralah euforia baik di internal penggawa Timnas dan publik sepak bola nasional. Terbuai puja-puji, lalu nyungsep lagi. Apalagi, juga menjadi budaya, bila setelah tampil baik dan menang, lalu liburnya lama, maka selalu Timnas punya kendala sendiri dan sulit tampil dalam perform yang diharapkan.
Ingat, ini masih perjuangan level kualifikasi. Targetnya lolos putaran final dan masih ada dua laga yang menentukan lolos tidaknya Timnas. Bila berhasil lolos, maka tentu akan menanti lawan-lawan yang levelnya jauh di atas kemampuan Timnas.
Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
1 hari lalu

PSM Makassar Harapan Terakhir Indonesia di AFC Cup
Dibaca : 199 kali
Senin, 27 Juni 2022 23:38 WIB

Menghargai Legenda Sepak Bola Dunia dalam Trofeo Ronaldinho
Dibaca : 446 kali
Sabtu, 25 Juni 2022 18:26 WIB

PSM Makassar dan Bali United Adalah Wajah Sepakbola Indonesia
Dibaca : 488 kali
Minggu, 26 Juni 2022 07:55 WIB

Pesepakbola Ini Tak Bertato, Apa Alasannya?
Dibaca : 335 kali
Kamis, 23 Juni 2022 14:17 WIB

Hakan Calhanoglu Perlu Banyak Ngobrol dengan Legenda
Dibaca : 493 kali
2 hari lalu

Novela Seno Gumira Ajidarma: Suara Hati Seorang Pelacur
Dibaca : 2.138 kali
4 hari lalu

Apresiasi juga Dengki Iringi Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia
Dibaca : 979 kali
4 hari lalu

Pendidikan Jarak Jauh Ketlisut dan Raib dari Draft RUU Sisdiknas?
Dibaca : 736 kali
1 hari lalu

Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui Projek dalam Kurikulum Merdeka
Dibaca : 485 kali
5 hari lalu

Beauty Privilege: Eksistensi Tergantung pada Penampakan Fisik atau Mentalnya?
Dibaca : 454 kali
Rabu, 29 Juni 2022 19:18 WIB
