x

Interaksi anatara orang dengan menggunakan komunikasi dan negosiasi

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Jumat, 10 Juni 2022 14:34 WIB

Singkirkan Ego Agar Tidak Menyiksa Diri

Jika kamu bisa meninggalkan egomu, kamu akan melihat betapa kamu sudah menyiksa jiwamu sendiri. Nasehat Rumi itu memang sangat tepat. Ego menjadi kendala atau jebakan manusia untuk mencapai derajat tinggi secara spiritual.  Ego ini ibarat musuh yang tak kasat mata. Ia menyatu di dalam diri manusia. Jadi, semua orang pada hakekatnya memiliki musuh. Bagaimana cara mengatasinya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku

If you could leave your selfishness, you woud see how you’ve been torturing you soul. Jika kamu bisa meninggalkan egomu,  kamu akan melihat betapa kamu sudah menyiksa jiwamu sendiri. Demikian terjemahan kalimat bijaksana dari Maulana Jalaludin Rumi sang sufi dari Konya, Turki.   Kali ini kembali kita bahas kata kata bijak Rumi sang pelopor tarian berputar yang dalam bahasa Inggris disebut  The Whirling Dervish  atau Darwis yang berputar dalam bahasa Indonesia, karena gerakannya memang berputar putar.  Mari kita otak atik anjuran sang sufi ini.

Nasehat Rumi memang sangat tepat.  Ego memang menjadi kendala atau jebakan buat manusia untuk mencapai derajat tinggi secara spiritual.  Ego ini saya ibaratkan musuh yang tak kasat mata.  Ia menyatu di dalam diri manusia sehingga kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dia sudah dirugikan oleh egonya sendiri.  Rumi memakai istilah menganiaya jiwa sendiri. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebenarnya wajar saja dan logis sekali kalau kita memikirkan dan memperjuangkan kepentingan diri dan keluarga.  Memang setiap orang diwajibkan berihtiar sebaik baiknya untuk kehidupan dunianya.  Kalau tidak berihtiar malah tidak benar.  Meninggalkan kehidupan duniawi secara total sampai tidak memiliki harta pribadi malah tidak dibenarkan dalam Islam.  Maka manusia bekerja dalam berbagai bidang yang halal itu sudah benar.  Bekerja di pemerintahan atau berbisnis, atau menjadi profesional sama baiknya.

Mencapai prestasi tinggi dan posisi tinggi itu baik baik saja.  Tidak ada yang salah dengan itu. Meskipun demikian  manusia harus mewaspadai bahwa mengutamakan kepentingan pribadi ini jangan sampai ekstrim.  Di sini ada jebakan manakala orang lantas menomorsatukan pencapaian sasaran sasarannya dengan mengabaikan prinsip moral dan kepentingan orang lain. Dia lalu menganggap semua cara adalah benar asal sasaran tercapai.

Kadang untuk mencapai posisi tinggi ada orang yang lalu menyikut kanan kiri.  Ada yang sampai melanggar prinsip moral dan aturan Allah swt.  Anda mungkin melihat sendiri atau lewat berita tentang pelanggaran hukum dan agama yang dilakukan orang untuk mengejar ambisi pribadinya.  Sebagian mungkin tidak terkena hukuman dunia tapi percayalah dia tidak akan lolos dari hukum Allah SWT.

Semua pelanggaran terhadap aturan Allah akan berakibat buruk kepada dirinya sendiri.  Memang belum tentu hukuman dijatuhkan seketika.  Banyak orang yang masih diberi kesempatan untuk memohon ampunan.  Selama masih hidup peluang memohon ampunanNya masih terbuka.  Tapi kalau sampai meninggal dia belum bertobat, belum memohon ampunan maka kelak di pengadilan akherat semua kesalahan dan dosanya akan memberatkannya.  Allah memang maha pengampun, tapi ampunan harus dimohonkan, tidak otomatis.  Jadi benar kata Rumi bahwa orang menganiaya dirinya sendiri karena egonya.   Kesulitan yang dialami adalah akibat dari pokalnya sendiri yang didasari oleh egonya.  Allah tidak menganiaya mahluknya sedikitpun. 

Maka pertanyannya, bagaimana caranya kita terbebas dari jebakan ego? Bagaimana membebaskan diri dari belenggu ego?

Jawaban singkatnya ya dengan mengabdikan diri hanya kepada Allah swt saja, bukan kepada yang lain.  Mengabdikan diri kepada Allah artinya dia menomorsatukan Allah.  Hal terpenting dalam hidupnya adalah Allah swt. Bekerja apa saja yang halal boleh, dan hasil karya itu diniatkan sebagai pengabdian kepada Allah.  Jadi misalnya seseorang menjadi seorang guru.  Dia meniatkan mengajar karena Allah.  Itu niat utamanya.  Mencari nafkah untuk keluarganya di perdagangan juga diniatkan sebagai pengabdian kepada Allah swt.  Kalau niatnya sudah lurus maka dia tidak akan berani melanggar aturan Allah swt.  Dia tidak didominasi oleh egonya. Sehingga tidak akan menganiaya dirinya sendiri.

Selain di dunia kerja, dalam pergaulan pribadi ego ini juga akan menyulitkan manusia.  Mungkin anda sering melihat sendiri ada orang yang tidak mau diungguli oleh orang lain.   Kalau dia mendengar keberhasilan orang lain maka hatinya menjadi panas.  Dia lalu membenci orang yang mengunggulinya.  Tidak jarang dia lalu menyebarkan kata kata tidak baik kepada orang yang menggunggulinya. Ada juga yang lantas berusaha mengganggu.  Sebenarnya egonyalah yang  membuat hatinya sakit, bukan orang lain yang menyakiti hatinya.  Dia tidak rido dengan kejadian yang dialaminya.

Manusia memang sebaiknya belajar menata hatinya, egonya agar bisa sabar dan rido dengan apapun yang dialami.  Ritual agama seperti solat, sedekah, puasa, membayar zakat dsb apabila dilakukan dengan sepenuh hati, dengan sungguh sungguh, dengan niat mengabdikan diri hanya kepada Allah swt, maka insya Allah kita akan menjadi pribadi yang lebih baik.  Semua ritual itu akan membuat kita didominasi, dipimpin oleh Allah swt.  Kita akan dituntun, dibimbing oleh Allah sehingga bisa berjalan di jalan yang benar.  Kalau salah kita akan dikoreksi.

Selamat berjuang melawan musuh yang tidak terlihat ini.  Jangan lupa selalu mendekatkan diri, menghambakan diri kepada Allah swt saja agar bisa memenangi perang kemerdekaan dari ego.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler