x

Iklan

Fina Wulandari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2022

Jumat, 10 Juni 2022 14:45 WIB

Mengenal Lebih Dalam Sejarah Sastra Melayu Tionghoa di Indonesia


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebagai seorang pelajar, pastinya kita sudah tidak asing lagi dengan Sastra Melayu Tionghoa, namun apakah kalian sudah sangat mengenal tentang apa itu Sastra Melayu Tionghoa? Jadi, Sastra Melayu Tionghoa merupakan karya penulis peranakan Tionghoa yang berkembang sejak akhir abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20. Secara kuantitatif, menurut perhitungan Claudine Salmon, selama kurun waktu hampir 100 tahun (1870-1960) kesusastraan Melayu-Tionghoa ada 806 penulis dengan 3.005 buah karya. Bandingkan catatan A. Teeuw, selama hampir 50 tahun (1918-1967), kesusastraan modern Indonesia asli hanya ada 175 penulis dengan sekitar 400 buah karya. Kalau dihitung sampai tahun 1979, sebanyak 284 penulis dan 770 buah karya.

Meskipun berkembang di Indonesia, keberadaan sastra Melayu Tionghoa seringkali tidak diakui sebagai bagian dari sastra Indonesia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia belum dianggap sebagai orang Indonesia. Selain itu, bahasa Melayu Rendah yang digunakan dalam karya-karya sastra Melayu Tionghoa dianggap bukan merupakan sumber bahasa Indonesia. Karya-karya sastra yang menggunakan bahasa Melayu Rendah pada saat itu dikatakan sebagai karya sastra yang bermutu rendah, dan hanya karya sastra yang menggunakan bahasa Melayu Tinggi, yang saat itu dianggap sebagai sumber bahasa Indonesia, yang diakui sebagai sastra Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa sastra Indonesia modern dianggap baru dimulai pada periode Balai Pustaka yang karya-karyanya menggunakan bahasa Melayu Tinggi.

Sebenarnya, orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke Indonesia telah berbaur dengan penduduk setempat dan menempatkan diri sebagai orang Indonesia. Hal ini terlihat dari karya-karya mereka yang banyak menceritakan tentang kehidupan orang Tionghoa di tengah-tengah penduduk setempat. Bahasa pemersatu yang memegang peranan penting dalam pembauran orang Tionghoa dengan penduduk setempat adalah bahasa Melayu Rendah. Penggunaan bahasa Melayu Rendah ini dalam masyarakat lebih luas dibandingkan penggunaan bahasa Melayu Tinggi yang terbatas untuk orang-orang berpangkat atau bangsawan. Kemudian seiring dengan perkembangan masyarakat, bahasa Melayu Rendah menjadi semakin teratur dan menjadi bahasa pengantar dalam surat kabar dan karya sastra, sehingga penggunaannya sebagai lingua franca semakin luas. Karena penggunaannya di tengah-tengah masyarakat Indonesia semakin luas, bahasa Melayu Rendah juga ikut mempengaruhi lahirnya bahasa Indonesia

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan fakta sejarah, pada tahun 1981 Claudine Salmon menunjukkan bahwa sastra Melayu Tionghoa pantas dipandang sebagai bagian dari kesusastraan Indonesia. Sejak saat itu penelitian terhadap sastra Melayu Tionghoa sebagai bagian dari sastra Indonesia semakin banyak dilakukan. Karya sastra Melayu Tionghoa ternyata memiliki mutu yang tidak kalah dibandingkan karya-karya Balai Pustaka yang sebelumnya dianggap sebagai pelopor sastra Indonesia modern. Perkembangan sastra Melayu Tionghoa dan berdirinya Balai Pustaka memiliki hubungan yang erat. Balai Pustaka didirikan pemerintah Belanda untuk mengontrol bahan bacaan yang beredar dalam masyarakat, termasuk hasil karya penulis Tionghoa yang isinya dikhawatirkan dapat merendahkan pemerintahan Belanda. Karena itulah berdirinya Balai Pustaka tidak terpisahkan dari keberadaan sastra Melayu Tionghoa. 

Karya sastra para peranakan Tionghoa berlatar masa 1870-1960. Karya Sastra Melayu Tionghoa menggambarkan dinamika yang terjadi semasa puncak Pax Nederlandica (masa keemasan penjajahan Belanda) dan beberapa dekade awal kemerdekaan Indonesia. Dari sana kita bisa merasakan bagaimana hidup di zaman itu dan bagaimana hubungan sosial yang terjadi di masyarakat pada masa kisah tersebut ditulis. Gambaran sejarah lain juga terungkap jelas dalam kisah-kisah tentang perkembangan organisasi Tiong Hoa Hwe Koan (THHK), potret perempuan di zaman kolonial, organisasi perempuan yang sulit berkembang, dan emansipasi kaum perempuan melawan kungkungan tradisi untuk meraih cita-citanya.

Sebaliknya literatur golongan Tionghoa peranakan dimulai oleh Liem Kim Hok yang memulai karirenya dengan menulis Siti Akbari, yang menceritakan penyebaran agama Hindu di Hindia. Dalam sejarah pers di Hindia ia pernah menyusun aturan bahasa "Melayu Betawi" yang terbit tahun 1891. Kemudian disusul oleh Nio Joe Lan yang menyadur Hikayat Sultan Ibrahim, yang mengisahkan penyebaran agama Islam di Hindia. Karya yang lebih maju dari golongan Tionghoa peranakan ditulis oleh Liem Koen Hian dengan judul Ni Hoe Kong Kapitein Tionghoa di Betawi dalem Tahoen 1740 terbit tahun 1912. Tulisan ini menggambarkan peristiwa pembunuhan orang-orang Cina pada tahun 1740.

Tulisan-tulisan orang Indo maupun Tionghoa peranakan yang digambarkan secara singkat di atas, masih menampakkan watak asimilatif atau pembauran. Walaupun dalam beberapa hal mulai kritis terhadap sistem kolonial, tetapi secara keseluruhan isinya masih tetap mempertahankan segi-segi moral kolonial, terutama tulisan-tulisan yang diproduksi oleh golongan Eropa. Ini yang membuat bacaan-bacaan tersebut masih dikategorikan sebagai bacaan yang menyenangkan, untuk mengisi waktu luang para pembacanya.

Kisah-kisah dalam Karya Sastra Melayu-Tionghoa menggambarkan pergulatan mencari identitas dan pengakuan yang dialami etnis Tionghoa di Indonesia. Tampak pula keragaman dalam masyarakat Tionghoa yang berorientasi ke tanah leluhur, memuja kolonialisme Belanda atau berusaha menjadi orang Indonesia. Sebuah fakta lagi yang menguak betapa heterogennya masyarakat Tionghoa di Indonesia, dimana sering disamaratakan dengan stereotipe tertentu

 

 

Daftar Pustaka:

Artati, Y, B. Periodisasi Sastra Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Intan Pariwara. 2019.

Claudine Salmon. Sastra Indonesia Awal Kontribusi Orang Tionghoa. Jakarta: Gramedia. 2010.

Ikuti tulisan menarik Fina Wulandari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler