x

STy

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 13 Juni 2022 22:25 WIB

Prestasi Sementara Shin Tae-yong untuk Sepak Bola Indonesia

Dari nilai rapor para pemain Timnas, yang mengerucut pada kelemahan TIPS para pemain, STy terus coba membenahi. Suntikan moral untuk bangkitnya intelegensi dan personality sebelum laga versus Kuwait, terbukti ampuh. Walau tetap ada kelemahan, Timnas mampu menggebuk Kuwait. Berikutnya, hanya kalah tipis 1-0 dari Yordania, dan tetap membuat publik sepak bola Asia dan dunia terbuka mata, Timnas Garuda di bawah asuhan STy mulai disegani, ditakuti lawan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berhasil menang versus Kuwait 2-1 yang ranking FIFAnya di atas Indonesia, lalu hanya kalah 0-1 dari Yordania yang ranking FIFAnya jauh di atas Indonesia dalam babak kualifikasi Piala Asia 2023, adalah bukti bahwa timnas Indonesia di tangan Shin Tae-yong (STy) berkembang.

Terlepas dari segala kekurangan yang ada pada timnas Indonesia, dan masih terus menjadi pekerjaan rumah (PR) STy, kini timnas sudah terbukti mampu sejajar dengan tim dari kawasan Timur Tengah.

Bahkan, untuk lolos ke putaran Final Piala Asia 2023 masih ada kans menjadi satu di antara lima runner-up terbaik, bila dalam laga terakhir mampu menyingkirkan timnas Nepal, dengan produktivitas gol yang lebih unggul dari tim pesaing di Grup lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kacamata kuda

Namun, dari kondisi ini, tetap saja banyak pihak, baik dari dalam pengurus PSSI sendiri, dari pengamat, dari praktisi, dari pegiat sepak bola, hingga publik sepak bola nasional yang tetap saja menilai perkembangan Timnas dari kacamata kuda, tanpa mau melihat kompleksitas permasalahan sepak bola nasional.

Kacamata kuda adalah istilah yang sering digunakan sebagai kalimat kiasan. Orang yang memakai kacamata kuda artinya orang yang dianggap tidak peduli dengan sekitarnya dan kepentingan orang banyak. Orang ini hanya berjalan menuju ke depan, ke arah yang dapat dilihat dengan menggunakan kacamata kuda. Orang berkacamata kuda dianggap orang egois. Makna kacamata kuda menjadi berkonotasi negatif karena dihubungkan dengan apa pun yang tidak peduli pada fakta dan keadaan yang nyata.

Orang yang memandang dan bersikap terhadap sesuatu dengan pandangan kacamata kuda, menandakan bahwa mereka adalah orang-orang yang lemah kecerdasan intelegensi (otak) dan lemah kecerdasan personality (mental/emosi).

Terkait Timnas yang sedang berjuang di Kuwait, bagi orang yang melihat proses dan perkembangan Timnas di tangan STy tidak dengan kacamata kuda, maka akan cerdas menganalisis, mengapa Timnas dapat menang atas Kuwait dan hanya kalah tipis dari Yordamia.

Semisal, sebelum laga versus Kuwait, STy menemukan masalah intelegensi dan personality pemain Timnas yang tidak pada tempatnya. STy langsung menyuntik otak dan mental para pemain. Persoalan ini pun berhembus ke luar dan menjadi santapan media massa. Sampai saya pun gemas, hingga mengkritik pemain Timnas CEMEN melalui artikel yang langsung saya kirim ke Dirtek PSSI.

Suntikan moral STy dan kritikan dari berbagai pihak pun, manjur menaikkan mental dan kepercayaan diri pemain, hingga mampu comeback, dan membalikkan keadaan berbalik unggul 2-1, setelah sebelumnya tertinggal 0-1 dan mampu mempertahankan kemenangan hingga wasit meniup laga berakhir. Padahal berbagai pihak hampir tak ada yang menjagokan Timnas Indonesia akan mampu menekuk Kuwait di hadapan publik sendiri.

Dalam laga meladeni Yordania, Timnas saya anggap mampu mengimbangi dan hanya kalah tipis 0-1. Semua ini adalah bukti bahwa di tangan STy, tim ini berkembang meski tak diperkuat oleh seluruh pemain terbaik Indonesia dan masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diperbaiki untuk Timnas.

STy jujur dan berani membuka aib

Terlepas masih adanya PR karena sudah terjadi kesalahan dan pembiaran yang kolektif terhadap sepak bola nasional sejak akar rumput, saya mencatat, STy adalah pelatih asing pertama yang benar-benar jujur, berani dan tegas MEMBUKA KELEMAHAN dan KEKURANGAN tentang kondisi persepak bolaan nasional, dengan TOLOK UKUR, kondisi para pemain Timnas yang dibimbingnya dari berberapa level terutama Timnas Senior.

STy jujur dan berani membongkar aib kelemahan pemain nasional. Sebelum era STy, nampaknya aib ini riskan dilakukan oleh para pelatih Timnas karena berbagai alasan. Tetapi, ditutupinya aib kelemahan pemain Timnas selama ini, memang menjadi sangat-sangat SIGNIFIKAN, membikin sepak bola Indonesia terus tercecer dan tertinggal, khususnya di Asia Tenggara, umumnya di Asia dan Dunia.

Kehadiran STy, sejatinya sangat berharga bagi persepak bolaan nasional, bukan hanya untuk Timnas. Dengan disiarkannya berbagai kelemahan pemain Timnas Indonesia oleh berbagai media massa di tanah air dan manca negara atas penemuan langsung oleh STy, menjadi pintu untuk perbaikan di semua lini persepak bolaan nasional. Meski dari kondisi nyata ini, PSSI seharusnya yang paling malu.

Bagi pegiat sepak bola nasional, mulai dari sepak bola akar rumput hingga Klub Liga 1, maka dapat instrospeksi dan merefleksi diri, sebab selama ini, terutama kelemahan yang ada pada para pemain Timnas, adalah andil dari olahan di sektor ini yang tak digarap serius oleh PSSI dan diabaikan.

Kini STy telah membuka mata adanya RAPOR merah pada pemain Timnas, saya sebut, akan tetap mustahil berharap kepada PSSI, dan mustahil PSSI mampu mengakomodir dan memperbaiki semuanya, bila berharap kepada pengurus PSSI sekarang yang terus menjadi ajang pesta poranya voter yang itu-itu saja. Lingkarannya hanya bergerak untuk kepentingan mereka saja.

Masih kuat aroma mafia yang hanya mencari makan dan uang dari sepak bola, yang seharusnya semua lini sepak bola nasional sudah tergarap secara profesional, karena sepak bola moderen memang sudah menjadi mata pencaharian. Sudah menjadi profesi profesional bagi yang menekuni.

Kehadiran STy, bagi saya adalah ibarat tetesan air yang terus membasahi tanah tandus dan kering. Bila terus dirawat, maka tetesan air itu akan membasahi seluruh tanah tandus dan kering yang selama ini tak produktif karena dibiarkan terbengkalai. Tapi tetesan air itu, akan menjadikan tanah tandus dan kering itu, subur dan produktif, serta menghasilkan. Asal dirawat dengan benar. Dipupuk dan disingkirkan hamanya, penyakitnya, hingga parasitnya.

Rapor pemain Timnas=Cermin

Sejak kehadiran STy, ilmu dan pengalamannya memang diterima dan dirasakan langsung oleh para pemain Timnas, tetapi apa yang terjadi dalam proses pendidikan dan pelatihan yang dilakukan STy di dalam gerbong Timnas, kisah cerita dan pengalamannya, menjadi bahan berita yang mahal bagi media massa lokal mau pun internasional.

Berita tentang apa yang dilakukan oleh STy di dalam menangani Timnas yang ilmunya mahal, menjadi momentum PSSI dan para pegiat sepak bola tanah air mulai dari sepak bola akar rumput hingga Klub Liga 1, jadi terkoreksi, terkritik, tahu apa yang selama ini salah, di mana salahnya, dan wajib instrospeksi, wajib membuat perbaikan.

Sangat jelas dan diulang-ulang, di mana kegagalan sepak bola nasional selama ini yang rapornya terdeskripsi ada dalam diri para pemain nasional. Secara berurutan, seperti sudah saya tulis dalam artikel-artikel sebelumnya, saya ulang lagi,

Pertama, STy menemukan kelemahan fisik (speed). pemain Timnas. Kedua, STy menemukan pemain Timnas memiliki kelemahan elementer dalam passing dan control (teknik) Ketiga, STy semakin tahu bahwa pemain Timnas lemah dalam berpikir (intelegensi) dan lemah mental (personality).

Dari rapor yang tidak baik atas kondisi individu para pemain Timnas ini, STy juga membagi temuannya atas Timnas Indonesia, saat itu via podcast Deddy Corbuzier yang ditayangkan pada 11 Januari 2022.

STy menyebut indikator kelemahan para pemain Timnas. Kelemahannya:

Pertama belum memiliki mental yang profesional. Ini dibuktikan dari managemen waktunya yang belum baik, seperti saat latihan. Waktu persiapan yang mereka butuhkan sangat lama. Berbeda dengan pemain Korea Selatan. Jelas ini adalah ranah intelegensi dan personality yang artinya lemah dan tak tergarap, padahal levelnya sudah disebut pemain Timnas. 

Maka, pantas masih ada pemain yang dipilih masuk Tim Nasional, tetapi masih bersikap kampungan, individualistis, egois, karena lemah otak dan mental.

Kedua, tidak menjaga pola makan Menurut STy, pemain Timnas masih belum memperhatikan pola makan yang sehat. Kebutuhan karbohidrat dan proteinnya masih belum terjaga dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan. Ini juga tak terasah di ranah intelegensi dan personality yang dikaitkan dengan ranah teknik dan speed. Sebab, asupan makanan akan berpengaruh pada fisik dan ujungnya tercermin dalam praktik teknik.

Ketiga, belum memahami pentingnya weight training. Weight training merupakan latihan kekuatan yang harus dilakukan bagi semua atlet. Bagi pemain sepak bola sendiri, latihan ini sangat penting karena merupakan prasyarat untuk masuk kompetisi. Pelatihan ini terbagi menjadi tiga hal pokok, yakni massa otot, daya kejut, dan pencegahan cidera.

Dari kelemahan ketiga ini, sangat terdeskripsi bagaimana para pemain kurang mendapat asupan via intelegensi dan personalitynya tentang apa yang dibutuhkan oleh fisik demi menunjang teknik.

Artinya, apa yang disampaikan oleh STy jauh hari sebelum Timnas berlaga di Kuwait, hingga saat ini masih signifikan terjadi pada para pemain nasional. Dan, hal itu terus diperhatikan, dikawal, dan dijaga oleh STy.

Di samping kelemahan, STy juga menemukan kelebihan para pemain Timnas Indonesia, di antaramya:

Pertama, memiliki potensi yang tinggi. Buktinya, setelah digarap dan disentuh di sektor yang lemah, hasilnya signifikan, Timnas berkembang karena dasarnya sudah ada modal dasar, namun selama ini tak digarap dan dirawat dengan benar.

Kedua, memiliki semangat yang tinggi, meski berada di tengah keterbatasan situasi sepak bola Indonesia.

Ketiga, sebab dilakukan dengan metode yang benar, para pemain nasional yang terdeteksi belum cerdas, akhirnya jadi mudah menyerap instruksi. Hal ini dirasakan langsung oleh STy.

Dari nilai rapor para pemain Timnas, yang mengerucut pada kelemahan TIPS para pemain, STy terus coba membenahi. Suntikan moral untuk bangkitnya intelegensi dan personality sebelum laga versus Kuwait, terbukti ampuh. Walau tetap ada kelemahan, Timnas mampu menggebuk Kuwait.

Berikutnya, hanya kalah tipis 1-0 dari Yordania, dan tetap membuat publik sepak bola Asia dan dunia terbuka mata, Timnas Garuda di bawah asuhan STy mulai disegani, ditakuti lawan.

Semoga di laga pamungkas versus Nepal yang di atas kertas di bawah level Garuda, para penggawa Timnas akan mampu mengeluarkan TIPS terbaiknya dan tampil pada titik klimaks demi meraih salah satu tiket putaran Final Piala Asia 2023.

Tetap bermain cerdas sesuai strategi STy, tidak ada yang individualis dan egois, bermain kolektif. Tidak ada yang bikin kesalahan elementer dan kesalahan yang tidak perlu.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB